Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Kolombia telah menikmati hubungan diplomatik sejak tahun 1980, dan Duta Besar Kolombia untuk Indonesia Juan Camilo Valencia Gonzalez mengatakan bahwa hubungan kedua negara berada dalam posisi terbaik 40 tahun terakhir.
Meskipun di tengah berbagai tantangan seperti pandemi global COVID-19, hubungan diplomatik itu pada posisi terbaik selama ini.
Pemerintah Indonesia sendiri telah menunjukkan ketertarikan untuk memperkuat kerja sama ekonomi dengan negara-negara Amerika Latin, termasuk Kolombia, melalui forum bisnis Indonesia-Amerika Latin dan Karibia (INA-LAC).
Simak perbincangan ANTARA dengan Dubes Gonzalez yang berbagi pandangan Kolombia terkait hubungan kedua negara dan arah kerja sama yang menjadi target pemerintahnya.
ANTARA: Bagaimana Kolombia memandang hubungan bilateral dengan Indonesia?
Duta Besar Juan Camilo Valencia Gonzalez: Kedua negara memulai hubungan diplomatik pada 15 September 1980 dan empat dekade kemudian, kita telah menjadi semakin dekat, tak hanya karena revolusi teknologi informasi dan komunikasi, tetapi juga karena dalam beberapa tahun terakhir, kedua negara telah semakin saling memahami.
Saat ini, kita menyadari bahwa kita saling berbagi nilai-nilai yang sama seperti nilai keluarga dan rasa solidaritas. Kita memiliki ekonomi yang berdasar pada pertanian dan bersama-sama, kita telah mengidentifikasi potensi besar e-Commerce dan ekonomi kreatif bagi kedua negara kita. Dapat dikatakan bahwa prinsip Bhinneka Tunggal Ika Indonesia juga dapat diterapkan ke dalam hubungan bilateral antara kedua negara kita, di bawah demokrasi dan saling menghormati.
Kita memiliki agenda bilateral yang kaya, di mana kita bekerja dalam berbagai bidang, di antaranya bidang politik, komersial, kerja sama, dan isu-isu akademik dan budaya. Upaya diplomatik kita tak hanya mencakup hubungan dengan Pemerintah Indonesia, namun juga dengan masyarakat kedua negara, sehingga mereka juga dapat menemukan potensi besar yang ada.
Di dunia yang kini seolah lumpuh akibat pandemi, upaya kami tetap tidak berhenti, di mana terdapat rata-rata 500 langkah diplomatik yang diambil dengan Indonesia setiap tahunnya. Ini mencakup berbagai kegiatan yang lebih mendekatkan para pengusaha dari kedua negara, berbagai webinar terkait kesempatan bisnis, kegiatan kebudayaan, promosi pariwisata, pertemuan para ahli untuk mempromosikan kerja sama teknis, partisipasi dalam forum internasional seperti CPOPC, dan hubungan antar-parlemen.
Saya ingin menggarisbawahi bahwa Kolombia dan Indonesia adalah mitra strategis.
ANTARA: Apa saja fokus dalam hubungan bilateral saat ini?
Dubes Gonzalez: Terkait kerja sama, kami sangat menghargai berbagai upaya yang telah dilakukan bersama dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah area yang menjadi kepentingan bersama dan berdampak di kancah global termasuk pembangunan berkelanjutan, perlindungan lingkungan, pertanian, keamanan, pariwisatan, dan kesehatan.
Kami juga telah mengajak ratusan masyarakat Indonesia ke negara kami, melalui program beasiswa untuk belajar Bahasa Spanyol di universitas-universitas terbaik di Kolombia, dan kini, karena adanya pandemi, melalui pelatihan bahasa Spanyol virtual dengan diikuti lebih dari 100 pelayan publik dari Indonesia dan Sekretariat ASEAN.
Kita juga memiliki 12 dokumen MoU yang berlaku dalam berbagai area yang menjadi kepentingan bersama, antara lain yakni pertanian, upaya penanganan penyelundupan narkoba, kesehatan, konsultasi politik, pembebasan visa, dan kepintaran finansial untuk mencegah dan memberantas pencucian uang.
Terdapat enam nota kesepahaman/instrumen yang sedang dinegosiasikan guna memperkuat hubungan bilateral, termasuk terkait produk halal, pembangunan kapasitas diplomatik, ekonomi kreatif, kerja sama antar satuan kepolisian nasional, pemantauan obat-obatan dan makanan, dan studi kelayakan untuk Preferential Trade Agreement di masa depan.
ANTARA: Anda telah menyinggung sedikit terkait kerja sama ekonomi dan dalam beberapa tahun terakhir Pemerintah Indonesia telah menunjukkan keinginan tinggi untuk memperkuat diplomasi ekonomi di Amerika Latin dan Karibia, termasuk melalui penyelenggaraan forum bisnis INA-LAC yang digelar untuk ketiga kalinya pada pertengahan Oktober tahun ini.
Dalam pandangan Anda, apakah upaya ini efektif untuk menggenjot perdagangan antara kedua kawasan? Terutama antara Indonesia dan Kolombia?
Dubes Gonzalez: Pertama-tama, biarkan saya mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia mengambil langkah yang sangat cermat dalam memfokuskan ketertarikannya di kawasan Amerika Latin. Meskipun kita telah saling mengenal satu sama lain, dalam skala kawasan Amerika Latin dengan Asia Tenggara, kami sama-sama tak memiliki begitu banyak informasi terkait satu sama lain, sehingga kegiatan bisnis pun belum berjalan maksimal.
Pada dasarnya ini adalah soal kurangnya informasi, sehingga acara-acara seperti forum INA-LAC sangatlah penting, khususnya bagi para pengusaha untuk dapat bersama-sama mulai mempelajari kemungkinan untuk bekerja sama.
Ketika orang-orang bersatu, maka mereka akan dapat menciptakan sesuatu, ini bukan hanya soal produk saja. Ketika kegiatan-kegiatan mulai dilakukan bersama maka perdagangan dan uang akan mulai mengalir.
Dan INA-LAC sangatlah penting untuk satu alasan lain, karena dalam era pasca-COVID nanti, platform-platform virtual sangatlah penting.
ANTARA: Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mendorong kerja sama perdagangan Indonesia dan Kolombia? Dan bagaimana kedua negara dapat menghadapi tantangan-tantangan tersebut?
Dubes Gonzalez: Meski telah terdapat berbagai upaya yang dilakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk memperkuat hubungan perdagangan, masih terdapat kekurangan yang begitu besar terkait pengetahuan tentang potensi perdagangan dan investasi.
Kita perlu memperbaiki konektivitas terkait dengan ekspor. Kepentingan untuk ini semakin jelas di masa pandemi. Seiring dengan membaiknya perdagangan bilateral, konektivitas dan kondisi logistik akan membaik.
Penting pula untuk memajukan negosiasi kesepakatan yang memfasilitasi perdagangan antara kedua negara. Upaya ini perlu diiringi dengan informasi yang jelas bagi para pelaku bisnis terkait legislasi yang berlaku untuk ekspor produk tertentu.
Kita perlu bekerja sama untuk menyederhanakan otorisasi dan izin untuk memasuki pasar nasional masing-masing.
ANTARA: Apa saja sektor kerja sama ekonomi yang masih memiliki potensi untuk dijajaki oleh kedua negara?
Dubes Gonzalez: Kolombia memiliki sejumlah bahan mentah (bahan-bahan alami, kulit, senyawa kimia, aluminium) yang kompetitif untuk industri-industri Indonesia.
Indonesia sendiri juga kuat dalam berbagai produk jadi seperti tekstil dan suku cadang otomotif. Saya menggarisbawahi bahwa kedua negara kita saling melengkapi dalam berbagai industri.
Kolombia juga memiliki iklim investasi yang mendukung karena pertumbuhan ekonomi dan kemampuannya untuk menghadapi krisis eksternal, bersamaan dengan keamanan aspek legal, indikator makro-ekonomi yang stabil, tenaga kerja yang berkualitas, serta akses ke pasar global.
Pemerintah pun telah mengidentifikasi berbagai sektor dengan kesempatan investasi, termasuk produk pertanian dan produksi makanan, energi (konvensional dan terbarukan), industri manufaktur, dan informasi teknologi dan industri kreatif.
Kita juga perlu untuk terus mendorong peningkatan konektivitas antar-kawasan. Kolombia berharap untuk membangun aliansi yang dapat menghubungkan Amerika Latin dan Asia Tenggara dengan lebih baik, seperti menjadikan Bogota dan Jakarta atau Bali sebagai hub perjalanan.
Baca juga: 10 anggota FARC tewas dalam operasi militer Kolombia
Baca juga: AS dan Kolombia kirim agen selidiki pembunuhan presiden Haiti