Artikel - Mengejar vaksin "booster" demi mudik yang aman
Hingga saat ini Kementerian Kesehatan sudah mengadakan 475 juta vaksin, 395 juta vaksin sudah disuntikkan dan masih ada 89 juta vaksin yang bisa digunakan sebagai booster dan dosis kedua
Yogyakarta (ANTARA) - Ada yang lain di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Rabu (6/4) 2022) malam. Sebagian dari mereka yang selesai menjalankan ibadah shalat tarawih, mengikuti program vaksin dosis ketiga atau booster.
Program booster itu diselenggarakan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah Metro Jaya. Masyarakat yang ingin divaksin booster atau penguat tidak dikenai biaya alias gratis. Polda Metro Jaya menargetkan 146.000 suntikan vaksin ke masyarakat di 336 titik setiap hari. Masjid Istiqlal merupakan salah satu titik tersebut.
Penyelenggaraan vaksin booster massal itu dilakukan agar kegiatan mudik tahun 2022 ini setidaknya dapat membawa kebahagiaan bagi pemudik dengan modal kesehatan yang paripurna di tengah pandemi COVID-19.
Tentu saja kesempatan itu dimanfaatkan benar oleh warga yang sudah memiliki rencana untuk mudik. Maklum saja sudah dua Lebaran banyak warga yang tidak mudik akibat pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia. Maka dari itu, tahun ini diperkirakan akan lebih banyak pemudik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi terdapat 79 juta pemudik pada tahun ini. Jumlah ini merupakan angka nasional. Lebih khusus lagi, ada 13 juta warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) bakal mudik Lebaran tahun ini. Hal tersebut dikemukakan Menhub saat rapat bersama pimpinan Komisi V DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Prediksi yang disampaikan Menhub itu didapatkan berdasarkan survei Litbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Maret 2022. Survei menyebutkan secara angka nasional transportasi pilihan pemudik adalah 40 juta kendaraan pribadi, lalu menggunakan bus dan penyeberangan 26,7 juta, pesawat 8,9 juta, kereta api 8,2 juta, kapal laut 1,4 juta dan angkutan lainnya 0,1 juta.
Kemanakah tujuan para pemudik? Sebagian besar akan ke Jawa Tengah (23,5 juta), Jawa Timur (16,8 juta), Jawa Barat (14,7 juta), dan selebihnya daerah lain.
Dari gambaran angka itu, tampak bahwa warga memang sudah merindukan kampung halaman. Apapun syaratnya, mereka berusaha memenuhinya. Terpenting bisa mudik, termasuk rela antre booster selepas shalat tarawih di Masjid Istiqlal.
Memang, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menerbitkan Surat Edaran (SE) No. 16 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease Tahun 2019. SE terkait Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) ini berlaku efektif mulai 2 April 2022.
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Suharyanto mengatakan SE terbaru ini menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo, bahwa masyarakat yang sudah booster boleh mudik. Aturan tersebut sebagai bentuk kepercayaan Pemerintah kepada masyarakat yang dinilai sudah taat dan patuh menjalankan protokol kesehatan.
Pemerintah berharap melalui SE itu masyarakat dapat berperan lebih dalam upaya mencegah penularan COVID-19, terutama saat melakukan tradisi mudik lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah.
Namun yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah peran warga itu benar-benar ingin menjaga agar tidak terjadi penularan COVID-19? Atau sekadar ingin mudik saja? Mengingat bagi sebagian besar warga mudik nyaris sebagai keharusan. Karena Hari Raya IdulFitri dinilai sebagai saat tepat untuk berkumpul dengan keluarga.
Bagi perantau yang masih lajang, ada kesan tidak baik menolak permintaan orangtua untuk mudik. Bahkan mereka yang sudah berkeluarga, tetapi masih ada orang tua di kampung halaman, mudik menjadi rutinitas tahunan yang dilakukan masyarakat. Walau harus diakui betapa mudik memeras tenaga dan kantong.
Ada pula yang menganggap mudik sebagai rekreasi tahunan. Biasanya yang model begini akan memilih menggunakan mobil pribadi. Tak apa macet panjang, asal sekeluarga bercengkerama di dalam mobil. Lagi pula, mobil seolah pertanda keberhasilan di rantau. Orang di kampung halaman akan menilai tingkat kesuksesan dari jenis mobil yang dibawa ke kampung halaman.
Jadi, apapun alasan yang dikemukakan warga, bagi pemerintah mudik menjadi kesempatan untuk memperbanyak angka pemakai booster, mengingat sejauh ini angka itu masih kecil. Bahkan target juga tidaklah muluk-muluk.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi menyatakan Kemenkes menargetkan 30 persen masyarakat di Indonesia bisa mendapat vaksin dosis ketiga atau booster hingga akhir Mei mendatang. "Akhir Mei kami berharap 30 persen, atau 62.479.716 orang".
Stok vaksin terhitung cukup. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa stok vaksin di Indonesia mencukupi untuk vaksin booster dan dosis kedua hingga lebaran mendatang.
"Hingga saat ini Kementerian Kesehatan sudah mengadakan 475 juta vaksin, 395 juta vaksin sudah disuntikkan dan masih ada 89 juta vaksin yang bisa digunakan sebagai booster dan dosis kedua," kata Menkes.
Tampaknya melalui tradisi mudik dua pihak saling diuntungkan.Pemerintah bisa menggenjot jumlah penerima vaksin booster lewat dalih mudik sehingga penyebaran COVID-19 bisa dicegah seoptimal mungkin.
Sementara itu pemudik pun bisa melakukan perjalanan menuju kampung halaman tanpa rasa khawatir karena sudah memenuhi syarat mudik dengan menjalani booster yang diperoleh secara gratis pula.
Kedua pihak juga dipastikan memiliki harapan yang sama yaitu selepas tradisi mudik, kasus COVID-19 tidak melonjak lagi.
Baca juga: Artikel - Wanita dengan PCOS lebih berisiko terhadap masalah kesehatan lainnya
Baca juga: Artikel - Membangun sinergi antara artis dan penggemar di era digital
Program booster itu diselenggarakan Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah Metro Jaya. Masyarakat yang ingin divaksin booster atau penguat tidak dikenai biaya alias gratis. Polda Metro Jaya menargetkan 146.000 suntikan vaksin ke masyarakat di 336 titik setiap hari. Masjid Istiqlal merupakan salah satu titik tersebut.
Penyelenggaraan vaksin booster massal itu dilakukan agar kegiatan mudik tahun 2022 ini setidaknya dapat membawa kebahagiaan bagi pemudik dengan modal kesehatan yang paripurna di tengah pandemi COVID-19.
Tentu saja kesempatan itu dimanfaatkan benar oleh warga yang sudah memiliki rencana untuk mudik. Maklum saja sudah dua Lebaran banyak warga yang tidak mudik akibat pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia. Maka dari itu, tahun ini diperkirakan akan lebih banyak pemudik.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi terdapat 79 juta pemudik pada tahun ini. Jumlah ini merupakan angka nasional. Lebih khusus lagi, ada 13 juta warga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) bakal mudik Lebaran tahun ini. Hal tersebut dikemukakan Menhub saat rapat bersama pimpinan Komisi V DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (6/4/2022).
Prediksi yang disampaikan Menhub itu didapatkan berdasarkan survei Litbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub) pada Maret 2022. Survei menyebutkan secara angka nasional transportasi pilihan pemudik adalah 40 juta kendaraan pribadi, lalu menggunakan bus dan penyeberangan 26,7 juta, pesawat 8,9 juta, kereta api 8,2 juta, kapal laut 1,4 juta dan angkutan lainnya 0,1 juta.
Kemanakah tujuan para pemudik? Sebagian besar akan ke Jawa Tengah (23,5 juta), Jawa Timur (16,8 juta), Jawa Barat (14,7 juta), dan selebihnya daerah lain.
Dari gambaran angka itu, tampak bahwa warga memang sudah merindukan kampung halaman. Apapun syaratnya, mereka berusaha memenuhinya. Terpenting bisa mudik, termasuk rela antre booster selepas shalat tarawih di Masjid Istiqlal.
Memang, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 menerbitkan Surat Edaran (SE) No. 16 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease Tahun 2019. SE terkait Pelaku Perjalanan Dalam Negeri (PPDN) ini berlaku efektif mulai 2 April 2022.
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen TNI Suharyanto mengatakan SE terbaru ini menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo, bahwa masyarakat yang sudah booster boleh mudik. Aturan tersebut sebagai bentuk kepercayaan Pemerintah kepada masyarakat yang dinilai sudah taat dan patuh menjalankan protokol kesehatan.
Pemerintah berharap melalui SE itu masyarakat dapat berperan lebih dalam upaya mencegah penularan COVID-19, terutama saat melakukan tradisi mudik lebaran Idul Fitri 1443 Hijriah.
Namun yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah peran warga itu benar-benar ingin menjaga agar tidak terjadi penularan COVID-19? Atau sekadar ingin mudik saja? Mengingat bagi sebagian besar warga mudik nyaris sebagai keharusan. Karena Hari Raya IdulFitri dinilai sebagai saat tepat untuk berkumpul dengan keluarga.
Bagi perantau yang masih lajang, ada kesan tidak baik menolak permintaan orangtua untuk mudik. Bahkan mereka yang sudah berkeluarga, tetapi masih ada orang tua di kampung halaman, mudik menjadi rutinitas tahunan yang dilakukan masyarakat. Walau harus diakui betapa mudik memeras tenaga dan kantong.
Ada pula yang menganggap mudik sebagai rekreasi tahunan. Biasanya yang model begini akan memilih menggunakan mobil pribadi. Tak apa macet panjang, asal sekeluarga bercengkerama di dalam mobil. Lagi pula, mobil seolah pertanda keberhasilan di rantau. Orang di kampung halaman akan menilai tingkat kesuksesan dari jenis mobil yang dibawa ke kampung halaman.
Jadi, apapun alasan yang dikemukakan warga, bagi pemerintah mudik menjadi kesempatan untuk memperbanyak angka pemakai booster, mengingat sejauh ini angka itu masih kecil. Bahkan target juga tidaklah muluk-muluk.
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr Siti Nadia Tarmizi menyatakan Kemenkes menargetkan 30 persen masyarakat di Indonesia bisa mendapat vaksin dosis ketiga atau booster hingga akhir Mei mendatang. "Akhir Mei kami berharap 30 persen, atau 62.479.716 orang".
Stok vaksin terhitung cukup. Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa stok vaksin di Indonesia mencukupi untuk vaksin booster dan dosis kedua hingga lebaran mendatang.
"Hingga saat ini Kementerian Kesehatan sudah mengadakan 475 juta vaksin, 395 juta vaksin sudah disuntikkan dan masih ada 89 juta vaksin yang bisa digunakan sebagai booster dan dosis kedua," kata Menkes.
Tampaknya melalui tradisi mudik dua pihak saling diuntungkan.Pemerintah bisa menggenjot jumlah penerima vaksin booster lewat dalih mudik sehingga penyebaran COVID-19 bisa dicegah seoptimal mungkin.
Sementara itu pemudik pun bisa melakukan perjalanan menuju kampung halaman tanpa rasa khawatir karena sudah memenuhi syarat mudik dengan menjalani booster yang diperoleh secara gratis pula.
Kedua pihak juga dipastikan memiliki harapan yang sama yaitu selepas tradisi mudik, kasus COVID-19 tidak melonjak lagi.
Baca juga: Artikel - Wanita dengan PCOS lebih berisiko terhadap masalah kesehatan lainnya
Baca juga: Artikel - Membangun sinergi antara artis dan penggemar di era digital