Kupang (ANTARA) - Sebanyak 30 rumah di Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur dilaporkan mengalami kerusakan akibat gempa tektonik dengan 5,5 magnitudo yang mengguncang daerah itu pada Minggu (20/11) malam lalu.

Camat Amarasi Selatan Tonce Teuf kepada ANTARA saat dihubungi dari Kupang, Selasa, (22/11/2022) siang mengatakan bahwa jumlah rumah yang rusak itu merupakan data yang diperoleh per Senin (21/11) malam.

“Ini data terakhir yang kami dapatkan semalam, saat ini pendataan masih terus dilakukan,” katanya.

Dia mengatakan bahwa 30 rumah atau bangunan yang rusak itu tersebar di tiga desa/kelurahan di Kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang.

Tiga desa itu antara lain, Desa Retraen dua rumah, Desa Sahraen terdapat 12 rumah satu gereja, Kelurahan Sonraen terdapat 11 rumah satu gereja, Kelurahan Buraen terdapat tiga rumah rusak ringan.

Dari sejumlah desa itu, di desa Retraen terdapat dua rumah yang dampak kerusakannya sangat besar. Yakni satu rumah ambruk dan rata dengan tanah, dan satu rumah lagi rusak berat karena tembok depan rumahnya roboh.

“Sisanya hanya retak saja. Sama juga seperti dua gereja,” tambah dia.

Kini warga yang terdampak khususnya yang rumahnya rusak berat, menumpang di rumah keluarganya. Sementara yang rumahnya retak masih tetap menetap di rumah itu.

“Kami sudah imbau agar mereka yang tinggal di dalam rumahnya yang retak agar selalu waspada, karena bencana ini bisa terjadi kapan saja,” ujar dia.

Sementara itu Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kupang Frans Wewo mengatakan pihaknya belum bisa memberikan laporan resmi soal jumlah warga yang terdampak karena data masih simpang siur.

“Kami akan tunggu data resmi. Tetapi untuk saat ini beberapa KK sudah kami berikan bantuan untuk meringankan beban mereka,” ujar dia.

Baca juga: Sejarah mencatat 14 kali gempa merusak terjadi di Cianjur-Sukabumi

Baca juga: Sebanyak 162 korban meninggal akibat gempa Cianjur

 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Puluhan rumah di Kupang dilaporkan kena dampak gempa bumi

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024