Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur mendukung para petani untuk meningkatkan produktivitas lewat pengoptimalan program Pemerintah Provinsi NTT yakni Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS).

"TJPS ini pola kemitraan, jadi kerja sama dinas pertanian, petani atau wirausaha mandiri (wiman), pihak Bank NTT, dan off taker. Kami dampingi dan dorong mereka meningkatkan pendapatan jadi lebih besar," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lembata Kanisius Tuaq ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Manggarai Barat, Senin, (16/1/2023).

Program TJPS di Kabupaten Lembata telah berjalan sejak Musim Tanam (MT) April-September 2022 dengan lahan yang dimanfaatkan seluas 12,5 hektare dan produktivitas 4-5 ton per hektare. Sedangkan lahan yang harus ditanami jagung pada Musim Tanam Oktober 2022-Maret 2023 ini seluas 250 hektare. Kanisius mengatakan program ini tersebar pada delapan kecamatan di Kabupaten Lembata. Program ini pun diperuntukkan bagi para petani dan 272 wiman.

Dia menyebut para petani lebih menaruh minat pada MT April-September karena memiliki harga yang lebih menguntungkan yakni berkisar dari Rp6.000 hingga Rp6.500 per kg. Selain itu biaya penyiangan lebih rendah karena rumput atau gulma tidak begitu banyak bila dibandingkan dengan gulma di musim hujan.

Sebagai program baru, dinas teknis ini pun melakukan berbagai upaya untuk mendorong petani meningkatkan produktivitas pertanian lewat program tersebut, termasuk lewat berbagai edukasi kepada masyarakat.

Dari sisi modal, pemerintah daerah bekerja sama dengan bank pembangunan daerah yakni Bank NTT. Kanisius menyebut jumlah dana Kredit Merdeka yang dikucurkan guna mendukung TJPS pada periode MT April-September sebesar Rp170-an juta untuk luas lahan 12,5 hektare tersebut.

Selanjutnya proses pengajuan untuk MT Oktober 2022-Maret 2023 telah ditutup pada 15 Januari 2023 dengan rata-rata kucuran dana dari Bank NTT sebesar Rp10 juta per hektar, sehingga total dana untuk program ini mencapai Rp2,5 miliar.

"Proses pendaftaran wiman, pengajuan ke bank, pencairan uang ke rekening, dan seterusnya sampai tanam telah diakhiri sehingga kami bisa fokus ke budidaya pendampingan teknis lapangan," ungkap Kanisius.

Dia mengakui kondisi musim yang tidak menentu ini akan berpengaruh pada aktivitas pertanian di wilayah tersebut, khususnya implementasi program TJPS ini. Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, dinas memberikan rekomendasi kepada para petani untuk melakukan penyiraman jika lahan jagung TJPS berdekatan dengan sumber air. Dinas pun memfasilitasi spinker atau mesin penyiram yang dapat dipinjamkan kepada para petani.

Tak hanya itu, Kanisius mengingatkan petani untuk melakukan pemulsaan permukaan lahan jagung TJPS agar kelembapan tanah tetap terjaga. Para penyuluh pertanian lapangan juga melakukan pendampingan dan penguatan kapasitas petani/wiman.

"Kami juga mengajak wiman/petani untuk melakukan penanaman kedelai yang sudah dibagikan dengan pola tumpang sisip setelah jagung berumur 90 hari," katanya menandaskan.

Baca juga: Pemkab Lembata larang warga bawa ternak babi dari luar daerah

Baca juga: Status Gunung Lewotolok turun dari siaga ke waspada
 

Pewarta : Fransiska Mariana Nuka
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024