Kupang (ANTARA) - Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur menyiapkan 39.200 liter disinfektan untuk kemudian dibagikan kepada pemerintah daerah yang membutuhkan untuk mencegah menyebarnya virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika.

“Hasil uji lab sudah keluar bahwa sejumlah babi yang mati itu akibat ASF, karena itu kita sudah siapkan 39.200 liter disinfektan untuk bisa dibagikan kepada Pemda-Pemda,” kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Provinsi NTT Melky Angsar di Kupang, Kamis, (19/1/2023).

Dia menjelaskan hal ini berkaitan dengan upaya dari Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur dalam mencegah menyebarnya kasus ASF di provinsi berbasis kepulauan itu.

Menurut dia, saat ini dari 22 kabupaten/kota di NTT potensi penyebaran virus ASF masih sangat tinggi. Hal ini karena sisa-sisa virus itu masih ada di sejumlah daerah itu.

Sehubungan dengan itu, Dinas Peternakan NTT kata dia, sudah mengimbau kepada Dinas Peternakan kabupaten Kota untuk meningkatkan pengawasan di wilayah kerja masing-masing.

“Sosialisasi ke masyarakat untuk lebih berhati-hati saat hendak memasukkan babi ke kandang dan babi dipastikan sehat,” tegas dia.

Disamping itu juga peternak atau masyarakat harus meningkatkan biosekuriti kandang yang ada dan selalu disemprotkan dengan disinfektan,” tambah dia.

Dinas peternakan NTT juga mengimbau kepada peternak babi atau masyarakat untuk membatasi keluar masuk orang ke kandang babi.

“Suntik vitamin untuk ternak babi dan beri makan yang cukup dan bergizi. Dan terakhir yang paling penting adalah jika ada babi mati harus dikubur, jangan di buang di sungai atau dibagi-bagikan ke tetangga,” tambah dia.

Dinas Peternakan NTT ujar dia hingga kini belum mendapatkan data resmi soal berapa babi yang mati di seluruh NTT karena ASF.

Namun berdasarkan data sementara hanya ada di kabupaten Kupang 48 ekor dan terbaru 30 ekor di kabupaten Flores Timur.

Baca juga: Karantina Kupang imbau warga terapkan keamanan maksimum untuk cegah ASF

Baca juga: Pemkab Manggarai ingatkan warga tak membeli se'i babi

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024