Kupang (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang, Nusa Tenggara Timur mengimbau warga di daerah yang telah terserang virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) agar menerapkan pola keamanan maksimum untuk mencegah penularan ASF.
"Warga perlu jalankan pola keamanan yang maksimum, kalau ternak babi masih sehat maka batasi lalu lintas ke area peternakan," kata Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang Yulius Umbu Hunggar dalam keterangan yang diterima di Kupang, Rabu, (18/1/2023).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya meminimalisir potensi penularan virus ASF pada ternak babi di NTT.
Yulius mengatakan serangan virus ASF sebelumnya sudah pernah mewabah di NTT pada 2019 lalu dan belakangan ini kembali mewabah pada sejumlah daerah di NTT.
Berdasarkan informasi yang diterima, kata dia, serangan ASF kembali mewabah di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Flores Timur.
"Wabah yang disebut ASF ini memang perlu dikonfirmasi dengan uji laboratorium karena ini masih sifatnya klinis berdasarkan gejala dan kematian," katanya.
Yulius mengimbau warga yang memiliki ternak babi yang masih sehat agar mulai membatasi lalu lintas orang atau berinteraksi dengan ternak babi.
"Kandang babi yang di sekitar rumah, di kebun, dan lainnya itu diupayakan agar tidak ada orang yang berkunjung atau mendekati babi karena manusia memiliki potensi menyebarkan penyakit," katanya.
Selain itu, kata dia, warga juga perlu mengupayakan secara swadaya menyediakan desinfektan untuk disemprotkan di kandang, serta membersihkan kandang beserta ternak babi secara rutin.
Kemudian memberikan makanan dan minuman yang mencukupi untuk menambah daya tahan tubuh ternak babi.
Yulius menyarankan warga juga berkoordinasi dengan Dinas Peternakan di daerah masing-masing untuk meminta serum untuk pengobatan pada ternak babi.
Baca juga: Karantina Ende imbau warga antisipasi penyebaran ASF
Baca juga: Nagekeo perketat pengawasan lalu lintas ternak cegah ASF
"Warga perlu jalankan pola keamanan yang maksimum, kalau ternak babi masih sehat maka batasi lalu lintas ke area peternakan," kata Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang Yulius Umbu Hunggar dalam keterangan yang diterima di Kupang, Rabu, (18/1/2023).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan upaya meminimalisir potensi penularan virus ASF pada ternak babi di NTT.
Yulius mengatakan serangan virus ASF sebelumnya sudah pernah mewabah di NTT pada 2019 lalu dan belakangan ini kembali mewabah pada sejumlah daerah di NTT.
Berdasarkan informasi yang diterima, kata dia, serangan ASF kembali mewabah di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, dan Flores Timur.
"Wabah yang disebut ASF ini memang perlu dikonfirmasi dengan uji laboratorium karena ini masih sifatnya klinis berdasarkan gejala dan kematian," katanya.
Yulius mengimbau warga yang memiliki ternak babi yang masih sehat agar mulai membatasi lalu lintas orang atau berinteraksi dengan ternak babi.
"Kandang babi yang di sekitar rumah, di kebun, dan lainnya itu diupayakan agar tidak ada orang yang berkunjung atau mendekati babi karena manusia memiliki potensi menyebarkan penyakit," katanya.
Selain itu, kata dia, warga juga perlu mengupayakan secara swadaya menyediakan desinfektan untuk disemprotkan di kandang, serta membersihkan kandang beserta ternak babi secara rutin.
Kemudian memberikan makanan dan minuman yang mencukupi untuk menambah daya tahan tubuh ternak babi.
Yulius menyarankan warga juga berkoordinasi dengan Dinas Peternakan di daerah masing-masing untuk meminta serum untuk pengobatan pada ternak babi.
Baca juga: Karantina Ende imbau warga antisipasi penyebaran ASF
Baca juga: Nagekeo perketat pengawasan lalu lintas ternak cegah ASF