Melbourne (ANTARA) - Harga minyak melayang lebih rendah di awal perdagangan Asia pada Senin, (23/1/2023) pagi, menipis oleh liburan Tahun Baru Imlek di Asia Timur, tetapi mempertahankan sebagian besar kenaikan minggu lalu karena prospek pemulihan ekonomi importir minyak utama China pada tahun ini.
Minyak mentah berjangka Brent merosot 46 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 87,17 dolar AS per barel pada pukul 00.31 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 81,24 dolar AS per barel.
Pekan lalu Brent terangkat 2,8 persen, sementara minyak mentah AS mencatat kenaikan 1,8 persen.
Data menunjukkan peningkatan yang kuat dalam perjalanan di China setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan, analis komoditas ANZ mengatakan dalam sebuah catatan, menunjuk lonjakan 22 persen dalam kemacetan lalu lintas jalan raya sejauh bulan ini dari tahun sebelumnya di 15 kota utama negara itu.
Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol pada Jumat (20/1/2023) mengatakan pasar energi dapat mengetat tahun ini jika ekonomi China pulih seperti yang diharapkan oleh lembaga keuangan.
"Saya tidak akan terlalu santai tentang pasar, dan 2023 mungkin menjadi tahun di mana kita melihat pasar yang lebih ketat daripada yang diperkirakan beberapa rekan kerja," kata Birol kepada Reuters, berbicara di sela-sela pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Lonjakan lalu lintas China menjelang liburan Tahun Baru Imlek menjadi pertanda baik untuk permintaan bahan bakar setelah liburan dua minggu.
"Lonjakan permintaan yang diharapkan datang ketika pasar bersiap untuk sanksi lebih lanjut terhadap minyak Rusia," kata analis ANZ.
Koalisi Uni Eropa dan Kelompok Tujuh (G7) akan membatasi harga produk olahan Rusia mulai 5 Februari, selain batasan harga mereka pada minyak mentah Rusia yang berlaku sejak Desember dan embargo Uni Eropa atas impor minyak mentah Rusia melalui laut.
G7 telah setuju untuk menunda peninjauan tingkat batas harga minyak Rusia hingga Maret, sebulan lebih lambat dari rencana semula, untuk memberikan waktu guna menilai dampak dari batas harga produk minyak.
Baca juga: Minyak siap untuk kenaikan minggu kedua
Baca juga: G7 janji "intensifkan" tekanan ekonomi terhadap Rusia
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak jatuh di awal sesi Asia, tetapi tetap didukung prospek China
Minyak mentah berjangka Brent merosot 46 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 87,17 dolar AS per barel pada pukul 00.31 GMT. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 40 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 81,24 dolar AS per barel.
Pekan lalu Brent terangkat 2,8 persen, sementara minyak mentah AS mencatat kenaikan 1,8 persen.
Data menunjukkan peningkatan yang kuat dalam perjalanan di China setelah pembatasan COVID-19 dilonggarkan, analis komoditas ANZ mengatakan dalam sebuah catatan, menunjuk lonjakan 22 persen dalam kemacetan lalu lintas jalan raya sejauh bulan ini dari tahun sebelumnya di 15 kota utama negara itu.
Kepala Badan Energi Internasional (IEA) Fatih Birol pada Jumat (20/1/2023) mengatakan pasar energi dapat mengetat tahun ini jika ekonomi China pulih seperti yang diharapkan oleh lembaga keuangan.
"Saya tidak akan terlalu santai tentang pasar, dan 2023 mungkin menjadi tahun di mana kita melihat pasar yang lebih ketat daripada yang diperkirakan beberapa rekan kerja," kata Birol kepada Reuters, berbicara di sela-sela pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos.
Lonjakan lalu lintas China menjelang liburan Tahun Baru Imlek menjadi pertanda baik untuk permintaan bahan bakar setelah liburan dua minggu.
"Lonjakan permintaan yang diharapkan datang ketika pasar bersiap untuk sanksi lebih lanjut terhadap minyak Rusia," kata analis ANZ.
Koalisi Uni Eropa dan Kelompok Tujuh (G7) akan membatasi harga produk olahan Rusia mulai 5 Februari, selain batasan harga mereka pada minyak mentah Rusia yang berlaku sejak Desember dan embargo Uni Eropa atas impor minyak mentah Rusia melalui laut.
G7 telah setuju untuk menunda peninjauan tingkat batas harga minyak Rusia hingga Maret, sebulan lebih lambat dari rencana semula, untuk memberikan waktu guna menilai dampak dari batas harga produk minyak.
Baca juga: Minyak siap untuk kenaikan minggu kedua
Baca juga: G7 janji "intensifkan" tekanan ekonomi terhadap Rusia
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak jatuh di awal sesi Asia, tetapi tetap didukung prospek China