Flores Timur (ANTARA) - Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang membantah sejumlah babi bantuan yang dikirim ke Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah babi yang dikirim dari Bali.
“Ia benar beberapa pekan terakhir ini disebutkan bahwa sejumlah babi yang dikirim ke Flores Timur dan Kabupaten Sikka itu mati mendadak dan disebut bahwa babi-babi itu dikirim dari Bali, padahal yang sebenarnya dari Kupang,” kata Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang, saat dihubungi dari Pulau Adonara, Flores Timur, Selasa, (24/1/2023).
Hal itu disampaikan berkaitan dengan meningkatnya kasus kematian babi di seluruh wilayah NTT, khususnya babi bantuan yang dikirim ke Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Dia menjelaskan ada 100 babi bantuan yang dikirim ke dua kabupaten itu yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di Tarus Kabupaten Kupang, yang merupakan bagian pengadaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berjumlah 300 babi. Dia menjelaskan bahwa dari hasil tes laboratorium Kesehatan Hewan Oesapa terhadap beberapa babi yang kini berada di UPTD Tarus, hasilnya negatif.
“Jadi bisa disimpulkan bahwa wabah matinya babi di Flores Timur dan Kabupaten Sikka itu karena sisa wabah ASF di dua daerah itu pada tahun 2020 hingga 2021 masih ada,” ujarnya.
Dia menjelaskan hingga saat ini NTT belum bebas tapi statusnya endemik dan bila ada kasus saat ini sifatnya sporadis di kabupaten tertentu, kecamatan tertentu, dan desa tertentu, serta kandang tertentu.
“Bisa terlihat dari jumlah yang mati baru puluhan ekor di kedua kabupaten itu. Tapi bisa bertambah bila lalu lintas babi dan produknya tidak terjaga baik antar-desa, kecamatan dan kabupaten,” ujar dia.
Sementara itu Dinas Peternakan NTT melaporkan sebanyak 233 babi di provinsi berbasis kepulauan itu mati mendadak selama periode Desember 2022 hingga Januari 2023 yang tersebar di enam kabupaten/kota.
Dia menyebutkan babi yang mati di Kabupaten Kupang berdasarkan data terakhir Jumat (20/1) pekan lalu mencapai 51 ekor. Sementara itu untuk Kota Kupang ada 45 babi mati, Flores Timur 33 babi, Kabupaten Sikka 41 babi, Kabupaten Ende 43 babi dan Sumba Barat Daya 20 babi.
Baca juga: Pemkab Flotim perkuat pengawasan pintu masuk cegah ASF
Baca juga: Enam Kecamatan di Kupang laporkan kematian ternak babi mendadak
“Ia benar beberapa pekan terakhir ini disebutkan bahwa sejumlah babi yang dikirim ke Flores Timur dan Kabupaten Sikka itu mati mendadak dan disebut bahwa babi-babi itu dikirim dari Bali, padahal yang sebenarnya dari Kupang,” kata Kepala Balai Karantina Kelas I Kupang, saat dihubungi dari Pulau Adonara, Flores Timur, Selasa, (24/1/2023).
Hal itu disampaikan berkaitan dengan meningkatnya kasus kematian babi di seluruh wilayah NTT, khususnya babi bantuan yang dikirim ke Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Dia menjelaskan ada 100 babi bantuan yang dikirim ke dua kabupaten itu yang berasal dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang berada di Tarus Kabupaten Kupang, yang merupakan bagian pengadaan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berjumlah 300 babi. Dia menjelaskan bahwa dari hasil tes laboratorium Kesehatan Hewan Oesapa terhadap beberapa babi yang kini berada di UPTD Tarus, hasilnya negatif.
“Jadi bisa disimpulkan bahwa wabah matinya babi di Flores Timur dan Kabupaten Sikka itu karena sisa wabah ASF di dua daerah itu pada tahun 2020 hingga 2021 masih ada,” ujarnya.
Dia menjelaskan hingga saat ini NTT belum bebas tapi statusnya endemik dan bila ada kasus saat ini sifatnya sporadis di kabupaten tertentu, kecamatan tertentu, dan desa tertentu, serta kandang tertentu.
“Bisa terlihat dari jumlah yang mati baru puluhan ekor di kedua kabupaten itu. Tapi bisa bertambah bila lalu lintas babi dan produknya tidak terjaga baik antar-desa, kecamatan dan kabupaten,” ujar dia.
Sementara itu Dinas Peternakan NTT melaporkan sebanyak 233 babi di provinsi berbasis kepulauan itu mati mendadak selama periode Desember 2022 hingga Januari 2023 yang tersebar di enam kabupaten/kota.
Dia menyebutkan babi yang mati di Kabupaten Kupang berdasarkan data terakhir Jumat (20/1) pekan lalu mencapai 51 ekor. Sementara itu untuk Kota Kupang ada 45 babi mati, Flores Timur 33 babi, Kabupaten Sikka 41 babi, Kabupaten Ende 43 babi dan Sumba Barat Daya 20 babi.
Baca juga: Pemkab Flotim perkuat pengawasan pintu masuk cegah ASF
Baca juga: Enam Kecamatan di Kupang laporkan kematian ternak babi mendadak