Kupang (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Nusa Tenggara Timur mencatat kenaikan harga minyak goreng merek MinyaKita di pasar tradisional wilayah setempat masih dalam batas normal atau di bawah Rp18 ribu/liter.
"Harga eceran tertinggi MinyaKita Rp14 ribu/liter namun di pasar ada sedikit kenaikan, yang menjual Rp16 ribu, Rp17 ribu namun kenaikan harga ini masih dalam batas normal di bawah Rp18 ribu," kata Kepala Disperindag Provinsi NTT M Nasir Abdullah ketika dihubungi di Kupang, Selasa, (14/2/2023).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan gejolak harga komoditi MinyaKita di pasar-pasar tradisional di NTT.
Nasir Abdullah mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan harga komoditi di pasar tradisional di Kota Kupang dan diketahui komoditi MinyaKita mengalami kenaikan harga melebihi harga eceran tertinggi (HET) secara bervariasi.
Kondisi itu, kata dia, disebabkan karena kekurangan pasokan untuk para pedagang, sementara permintaan MinyaKita dari masyarakat cukup tinggi.
"Karena permintaan tinggi jadi para pedagang menjual stok yang tersisa dan dijual dari tangan ke tangan sehingga harga melebihi HET atau naik sekitar 7 persen," katanya.
Ia mengatakan komoditi MinyaKita banyak diminati masyarakat karena kualitas minyak dianggap cukup baik dengan harga yang lebih rendah dibandingkan merek lainnya.
Dengan demikian, kata dia, ketika pasokan komoditi tersebut berkurang maka kondisi harga langsung bergejolak di pasaran.
Nasir Abdulalh mengatakan kondisi keterlambatan pasokan MinyaKita dari wilayah Pulau Jawa akibat kondisi cuaca yang belum kondusif dapat dimaklumi karena beresiko terhadap pelayaran kapal pengangkut logistik.
Ia berharap masyarakat bisa bersabar sambil menunggu kondisi cuaca kembali membaik sehingga pasokan komoditi tersebut bisa kembali lancar untuk memenuhi permintaan masyarakat dengan harga sesuai HET.
Baca juga: Pedagang Kota Kupang alami kelangkaan pasokan MinyaKita
Baca juga: Bea Cukai Atambua sita 10.314 liter minyak goreng di Mota Ain
"Harga eceran tertinggi MinyaKita Rp14 ribu/liter namun di pasar ada sedikit kenaikan, yang menjual Rp16 ribu, Rp17 ribu namun kenaikan harga ini masih dalam batas normal di bawah Rp18 ribu," kata Kepala Disperindag Provinsi NTT M Nasir Abdullah ketika dihubungi di Kupang, Selasa, (14/2/2023).
Ia mengatakan hal itu berkaitan dengan gejolak harga komoditi MinyaKita di pasar-pasar tradisional di NTT.
Nasir Abdullah mengatakan, pihaknya telah melakukan pemantauan harga komoditi di pasar tradisional di Kota Kupang dan diketahui komoditi MinyaKita mengalami kenaikan harga melebihi harga eceran tertinggi (HET) secara bervariasi.
Kondisi itu, kata dia, disebabkan karena kekurangan pasokan untuk para pedagang, sementara permintaan MinyaKita dari masyarakat cukup tinggi.
"Karena permintaan tinggi jadi para pedagang menjual stok yang tersisa dan dijual dari tangan ke tangan sehingga harga melebihi HET atau naik sekitar 7 persen," katanya.
Ia mengatakan komoditi MinyaKita banyak diminati masyarakat karena kualitas minyak dianggap cukup baik dengan harga yang lebih rendah dibandingkan merek lainnya.
Dengan demikian, kata dia, ketika pasokan komoditi tersebut berkurang maka kondisi harga langsung bergejolak di pasaran.
Nasir Abdulalh mengatakan kondisi keterlambatan pasokan MinyaKita dari wilayah Pulau Jawa akibat kondisi cuaca yang belum kondusif dapat dimaklumi karena beresiko terhadap pelayaran kapal pengangkut logistik.
Ia berharap masyarakat bisa bersabar sambil menunggu kondisi cuaca kembali membaik sehingga pasokan komoditi tersebut bisa kembali lancar untuk memenuhi permintaan masyarakat dengan harga sesuai HET.
Baca juga: Pedagang Kota Kupang alami kelangkaan pasokan MinyaKita
Baca juga: Bea Cukai Atambua sita 10.314 liter minyak goreng di Mota Ain