Tetapi kenaikannya dibatasi karena data penjualan ritel yang lebih kuat dan tanda-tanda inflasi panas di AS memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, terangkat 6,50 dolar AS atau 0,35 persen menjadi ditutup pada 1.851,80 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan mencapai level tertinggi sesi di 1.854,90 dolar AS dan terendah di 1.836,60 dolar AS.
Emas berjangka anjlok 20,10 dolar AS atau 1,08 persen menjadi 1.845,30 dolar AS pada Rabu (15/2/2023), setelah terdongkrak 1,90 dolar AS atau 0,10 persen menjadi 1.865,40 dolar AS pada Selasa (14/2/2023), dan merosot 11 dolar AS atau 0,59 persen menjadi 1.863,50 dolar AS pada Senin (13/2/2023).
Dolar AS melemah pada perdagangan Kamis (16/2/2023) karena pelaku pasar mencerna data ekonomi yang baru dirilis dengan indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,03 persen menjadi 103,878.
Logam kuning turun tajam pada Rabu (15/2/2023) setelah data menunjukkan penjualan ritel AS tumbuh lebih kuat dari yang diharapkan pada Januari.
Data tersebut, ditambah dengan pembacaan inflasi yang lebih panas dari harapan untuk bulan tersebut, memicu kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap kaku, memberikan Fed lebih banyak dorongan untuk terus menaikkan suku bunga tahun ini.
Prospek kenaikan suku bunga menjadi pertanda buruk bagi emas dan rekan-rekannya yang tidak memberikan imbal hasil, karena peluang kerugian untuk memegang aset semacam itu meningkat.
Baca juga: Emas jatuh 4,0 dolar AS
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Emas "rebound" karena dolar melemah, kekhawatiran Fed batasi kenaikan