Kupang (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur mengingatkan para petani untuk lebih banyak menanam tanaman hortikultura yang tidak membutuhkan air banyak selama daerah ini dilanda kekeringan ekstrem akibat El Nino.
"Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa pada tahun 2023 akan berlangsung kekeringan akibat El Nino sehingga berdampak pada keterbatasan air untuk kebutuhan pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur Lecky Frederich Koli di Kupang, Rabu, (22/2/2023).
Lecky Frederich Koli mengatakan hal itu terkait antisipasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam menghadapi ancaman kekeringan yang melanda provinsi berbasis kepulauan ini yang berdampak pada terjadinya gagal tanam.
Menurut dia keterbatasan air untuk usaha pertanian dapat dipastikan akan terjadi saat NTT dilanda El Nino karena pada saat musim kemarau menjadi sangat kering sehingga persediaan air sangat terbatas dan tidak memungkinkan bagi petani untuk mengembangkan usaha pertanian yang membutuhkan air banyak.
Ia mengatakan dalam kondisi kekeringan akibat El Nino tentu kegiatan menanam harus tetap dilakukan sehingga ekonomi masyarakat petani tetap menggeliat.
Dalam kondisi kekeringan yang panjang dengan kondisi air yang terbatas maka pilihan komoditas yang dikembangkan agar komoditas-komoditas yang tidak terlalu banyak membutuhkan air.
"Para petani di NTT harus memperbanyak tanaman jagung, sorgum serta sayur-sayuran yang merupakan komoditas yang selama ini terus didorong untuk banyak ditanam para petani di NTT karena merupakan instrumen ketahanan pangan dalam menghadapi apabila terjadi krisis pangan. Tanaman-tanaman tersebut juga tidak membutuhkan air yang banyak," kata Lecky Frederich Koli .
Menurut dia komoditas-komoditas seperti jagung dan sorgum memiliki nilai ekonomis untuk mengisi komoditas lain yang tidak ada produksi sebagai dampak dari terjadinya El Nino serta menjaga ketahanan pangan nasional.
Baca juga: Pemkab Ende imbau petani cerdas sikapi iklim
Baca juga: Lembata dukung petani optimalkan program TJPS
"Berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa pada tahun 2023 akan berlangsung kekeringan akibat El Nino sehingga berdampak pada keterbatasan air untuk kebutuhan pertanian," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Timur Lecky Frederich Koli di Kupang, Rabu, (22/2/2023).
Lecky Frederich Koli mengatakan hal itu terkait antisipasi Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam menghadapi ancaman kekeringan yang melanda provinsi berbasis kepulauan ini yang berdampak pada terjadinya gagal tanam.
Menurut dia keterbatasan air untuk usaha pertanian dapat dipastikan akan terjadi saat NTT dilanda El Nino karena pada saat musim kemarau menjadi sangat kering sehingga persediaan air sangat terbatas dan tidak memungkinkan bagi petani untuk mengembangkan usaha pertanian yang membutuhkan air banyak.
Ia mengatakan dalam kondisi kekeringan akibat El Nino tentu kegiatan menanam harus tetap dilakukan sehingga ekonomi masyarakat petani tetap menggeliat.
Dalam kondisi kekeringan yang panjang dengan kondisi air yang terbatas maka pilihan komoditas yang dikembangkan agar komoditas-komoditas yang tidak terlalu banyak membutuhkan air.
"Para petani di NTT harus memperbanyak tanaman jagung, sorgum serta sayur-sayuran yang merupakan komoditas yang selama ini terus didorong untuk banyak ditanam para petani di NTT karena merupakan instrumen ketahanan pangan dalam menghadapi apabila terjadi krisis pangan. Tanaman-tanaman tersebut juga tidak membutuhkan air yang banyak," kata Lecky Frederich Koli .
Menurut dia komoditas-komoditas seperti jagung dan sorgum memiliki nilai ekonomis untuk mengisi komoditas lain yang tidak ada produksi sebagai dampak dari terjadinya El Nino serta menjaga ketahanan pangan nasional.
Baca juga: Pemkab Ende imbau petani cerdas sikapi iklim
Baca juga: Lembata dukung petani optimalkan program TJPS