Kupang (Antara NTT) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga mengatakan dari Januari-Oktober 2016 tercatat kredit perbankan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UKMK) di daerah ini mencapai Rp7,3 triliun.
"Kredit untuk UMKM ini meningkat secara tahunan sebesar 19,3 persen," katanya dalam rapat tahunan di Kupang, Kamis.
Dia mengatakan, pangsa kredit UMKM di daerah setempat tercatat cukup besar mencapai 32,6 persen atau sepertiga dari total kredit yang disalurkan di NTT sebesar Rp22,5 triliun.
"Angka ini jauh lebih tinggi dibadingkan pangsa kredit UKMK secara nasional yang hanya mencapai 20,3 persen," katanya pula.
Menurut dia, hal ini menujukkan bahwa sektor UMKM merupakan salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi di provinsi kepulauan itu sehingga perlu didorong agar meningkat setiap tahunnya.
Sementara itu, katanya, dari sisi kredit bermasalah atau NPL (Net Performing Loan) sampai Oktober 2016 sebesar 1,95 persen jauh di bawah angka nasional sebesar 3,25 persen.
"Angka ini berada di bawah ambang batas maksimal yang telah ditetapkan sebesar 5 persen," katanya.
Dia mengatakan, pertumbuhan kredit yang tinggi disertai dengan angka NPL yang rendah menunjukkan bahwa kualitas sistem keuangan di daerah setempat masih terpelihara dengan baik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi daerah.
"Hal ini juga menunjukkan kinerja perbankan yang terus meningkat setiap tahun untuk mendukung pembanguan di daerah," katanya pula.
Tigor mengatakan, hingga triwulan tiga pertumbuhan ekonomi NTT naik 5,19 persen comulative-comulative (C to C) dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen.
"Selama tiga periode perhitungan secara triwulanan pertumbuhan ekonomi NTT berada di atas nasional dengan capaian terakhir 5,14 persen lebih tinggi dari nasional 5,02 persen," katanya.
Hal itu, lanjut dia, didukung dengan daya beli masyarakat yang semakin tinggi yang tercermin dari angka konsumsi dalam rumah tangga serta pertumbuhan investasi yang cenderung positif.
Selain itu, kegiatan investasi dari pemerintah untuk pembangunan sarana publik yang meningkat setiap tahunnya serta investasi sektor swasta dan penyelenggaraan event-event nasional menjadi salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi di sisi lainnya.
Dia mengatakan, kajian yang dilakukan dengan memperhatikan trend peningkatan konsumsi masyarakat serta pembangunan infrastruktur di akhir tahun maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi di NTT sepanjang tahun 2016 sebesar 5,0-5,4 persen.
"Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 5,02 persen," demikian Naek Tigor Sinaga.
"Kredit untuk UMKM ini meningkat secara tahunan sebesar 19,3 persen," katanya dalam rapat tahunan di Kupang, Kamis.
Dia mengatakan, pangsa kredit UMKM di daerah setempat tercatat cukup besar mencapai 32,6 persen atau sepertiga dari total kredit yang disalurkan di NTT sebesar Rp22,5 triliun.
"Angka ini jauh lebih tinggi dibadingkan pangsa kredit UKMK secara nasional yang hanya mencapai 20,3 persen," katanya pula.
Menurut dia, hal ini menujukkan bahwa sektor UMKM merupakan salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi di provinsi kepulauan itu sehingga perlu didorong agar meningkat setiap tahunnya.
Sementara itu, katanya, dari sisi kredit bermasalah atau NPL (Net Performing Loan) sampai Oktober 2016 sebesar 1,95 persen jauh di bawah angka nasional sebesar 3,25 persen.
"Angka ini berada di bawah ambang batas maksimal yang telah ditetapkan sebesar 5 persen," katanya.
Dia mengatakan, pertumbuhan kredit yang tinggi disertai dengan angka NPL yang rendah menunjukkan bahwa kualitas sistem keuangan di daerah setempat masih terpelihara dengan baik untuk menunjang pertumbuhan ekonomi daerah.
"Hal ini juga menunjukkan kinerja perbankan yang terus meningkat setiap tahun untuk mendukung pembanguan di daerah," katanya pula.
Tigor mengatakan, hingga triwulan tiga pertumbuhan ekonomi NTT naik 5,19 persen comulative-comulative (C to C) dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,04 persen.
"Selama tiga periode perhitungan secara triwulanan pertumbuhan ekonomi NTT berada di atas nasional dengan capaian terakhir 5,14 persen lebih tinggi dari nasional 5,02 persen," katanya.
Hal itu, lanjut dia, didukung dengan daya beli masyarakat yang semakin tinggi yang tercermin dari angka konsumsi dalam rumah tangga serta pertumbuhan investasi yang cenderung positif.
Selain itu, kegiatan investasi dari pemerintah untuk pembangunan sarana publik yang meningkat setiap tahunnya serta investasi sektor swasta dan penyelenggaraan event-event nasional menjadi salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi di sisi lainnya.
Dia mengatakan, kajian yang dilakukan dengan memperhatikan trend peningkatan konsumsi masyarakat serta pembangunan infrastruktur di akhir tahun maka diperkirakan pertumbuhan ekonomi di NTT sepanjang tahun 2016 sebesar 5,0-5,4 persen.
"Angka ini lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 5,02 persen," demikian Naek Tigor Sinaga.