Ende (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menekankan pentingnya peran Pengawasan Menelan Obat (PMO) untuk keberhasilan pengobatan penyakit tuberkulosis (TB).
"Beberapa kasus pengobatan itu ada yang drop out, berhenti pengobatan. Jadi peran PMO itu sangat penting untuk mengawasi pasien," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, Bartolomeus Hermopan ketika dihubungi dari Kabupaten Ende, Senin, (27/3/2023).
PMO adalah seseorang yang dipercaya untuk memantau aktivitas meminum obat penderita TB secara teratur.
Tujuannya adalah memastikan pasien minum obat secara lengkap dan teratur, mengatur jadwal pemeriksaan dahak, dan mencegah kejadian drop out atau putus obat.
Bartolomeus menjelaskan pengobatan pasien TB memakan waktu enam bulan dan harus dilakukan rutin. Namun, seringkali pasien TB tidak sabaran dan merasa tidak memiliki gejala lagi pada beberapa bulan pertama pengobatan.
Lalu, pasien pun berhenti meminum obat. Hal itu dapat membuat pasien mengalami resistensi obat.
Oleh karena itu, kata Bartolomeus, PMO memiliki tugas untuk terus mengingatkan dan mengawasi perilaku pasien dalam meminum obat. PMO juga harus memotivasi pasien dan memberi edukasi TB kepada anggota keluarga yang lain.
PMO bisa dipilih dari lingkungan keluarga seperti orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain yang berkomitmen terhadap kesembuhan pasien. Selain itu tenaga kesehatan juga bisa bertindak sebagai seorang PMO.
Dinas Kesehatan Manggarai selalu melibatkan PMO dalam berbagai diskusi terkait pengendalian TB.
Bartolomeus berharap PMO terus menjalankan tugasnya sehingga pasien teratur meminum obat dan memeriksakan dahak.
Dengan demikian tidak ada lagi pasien yang berhenti meminum obat dan bisa sembuh dari penyakit tersebut.
TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar ketika seseorang menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TB batuk, bersin, berbicara, tertawa, atau bernyanyi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, jumlah kasus TB sejak bulan Januari hingga 24 Maret 2023 sebanyak 53 kasus.
Angka ini telah mengalami penurunan dari 228 kasus pada tahun 2022.
Baca juga: Dinkes Manggarai perkuat temuan kasus TB dari rumah ke rumah
Baca juga: Program eliminasi TB perlu peran aktif komunitas, Kata Menko PMK
"Beberapa kasus pengobatan itu ada yang drop out, berhenti pengobatan. Jadi peran PMO itu sangat penting untuk mengawasi pasien," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, Bartolomeus Hermopan ketika dihubungi dari Kabupaten Ende, Senin, (27/3/2023).
PMO adalah seseorang yang dipercaya untuk memantau aktivitas meminum obat penderita TB secara teratur.
Tujuannya adalah memastikan pasien minum obat secara lengkap dan teratur, mengatur jadwal pemeriksaan dahak, dan mencegah kejadian drop out atau putus obat.
Bartolomeus menjelaskan pengobatan pasien TB memakan waktu enam bulan dan harus dilakukan rutin. Namun, seringkali pasien TB tidak sabaran dan merasa tidak memiliki gejala lagi pada beberapa bulan pertama pengobatan.
Lalu, pasien pun berhenti meminum obat. Hal itu dapat membuat pasien mengalami resistensi obat.
Oleh karena itu, kata Bartolomeus, PMO memiliki tugas untuk terus mengingatkan dan mengawasi perilaku pasien dalam meminum obat. PMO juga harus memotivasi pasien dan memberi edukasi TB kepada anggota keluarga yang lain.
PMO bisa dipilih dari lingkungan keluarga seperti orang tua, saudara, dan anggota keluarga lain yang berkomitmen terhadap kesembuhan pasien. Selain itu tenaga kesehatan juga bisa bertindak sebagai seorang PMO.
Dinas Kesehatan Manggarai selalu melibatkan PMO dalam berbagai diskusi terkait pengendalian TB.
Bartolomeus berharap PMO terus menjalankan tugasnya sehingga pasien teratur meminum obat dan memeriksakan dahak.
Dengan demikian tidak ada lagi pasien yang berhenti meminum obat dan bisa sembuh dari penyakit tersebut.
TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyebar ketika seseorang menghirup percikan ludah (droplet) saat penderita TB batuk, bersin, berbicara, tertawa, atau bernyanyi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, jumlah kasus TB sejak bulan Januari hingga 24 Maret 2023 sebanyak 53 kasus.
Angka ini telah mengalami penurunan dari 228 kasus pada tahun 2022.
Baca juga: Dinkes Manggarai perkuat temuan kasus TB dari rumah ke rumah
Baca juga: Program eliminasi TB perlu peran aktif komunitas, Kata Menko PMK