Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi dr. Junita Indarti Sp.OG (K) mengatakan vakisn HPV penting diberikan kepada semua wanita sejak dini untuk mencegah kanker mulut rahim atau kanker serviks.
"Semua wanita itu harus bisa diberikan vaksin HPV, bahkan lebih baik lagi kalau diberikan sebelum kontak seksual pada usia dini di bawah 14 tahun, antara 10 sampai 14 tahun," ucap Junita dalam dialog interaktif di Jakarta, pada Senin, (3/4/2023).
Dokter yang menamatkan pendidikan Kedokteran Umum dan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini menambahkan kanker serviks yang disebabkan karena 99,7 persen virus human papiloma atau HPV bisa dicegah melalui deteksi dini dengan skrining pap smear atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
Namun, saat ini pemerintah telah mendorong pemberian vaksin HPV bagi semua perempuan dan diutamakan pada usia di bawah 14 tahun. Pemberian vaksin pada usia ini dinilai dapat memberikan reaksi yang sangat baik dan suntikannya hanya perlu diberikan dua kali dalam setahun. Jika di atas 14 tahun, vaksin diberikan 3 kali dalam 6 bulan.
Virus HPV, kata Junita, dapat berkembang dalam jangka waktu tiga hingga 20 tahun dan lebih dari 90 persen tidak bergejala, sehingga jika tidak dideteksi sejak dini akan sangat disayangkan karena kanker serviks tidak bisa disembuhkan lagi.
Sementara itu, vaksin HPV masih bisa diberikan pada wanita yang sudah menikah, dan reaksinya akan masih efektif jika dilakukan di bawah usia 40 tahun.
"Kalau sudah terlanjur menikah sudah umur 30 tahun atau di bawah 40 tahun masih efektif untuk dilakukan vaksin HPV, ini hasilnya pasti efektif dan baik menurut WHO, jadi walaupun sudah menikah pun dan belum divaksin jadi vaksin saja karena ini sifatnya pencegahan," ucal Junita.
Ia pun menjelaskan virus HPV bisa ditularkan dari hubungan seksual yang bergantian. Jika terasa sakit atau keluar darah saat berhubungan, bisa dikatakan virus HPV sudah menjadi kanker dan tidak bisa disembuhkan, dengan harapan hidup hanya lima tahun.
"Karena kanker itu tidak bisa sembuh, kita hanya bisa bilang bahwa angka ketahanan hidup 5 tahun, jadi kalau stadium 1 serviks untuk bisa ngelewatin 5 tahun itu sekitar 90 persen makin tinggi stadiumnya itu cuma 30 persen yang bisa melewati 5 tahun, yang lainnya meninggal jadi artinya telat," kata Junita.
Maka itu, Junita mengingatkan untuk wanita yang sudah menikah untuk selalu rutin pemeriksaan pap smear atau IVA satu tahun atau tiga tahun sekali. Pap smear bisa dilakukan sejak tiga tahun pertama pernikahan sampai usia wanita 65 tahun, jika hasil pap smear negatif selama tiga tahun berturut-turut.
Baca juga: Vaksinasi kanker serviks secara nasional digelar tahun depan
Baca juga: Menkes sebut vaksinasi kanker serviks dibiayai negara dan bersifat wajib
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Vaksin HPV sejak dini penting cegah kanker serviks
"Semua wanita itu harus bisa diberikan vaksin HPV, bahkan lebih baik lagi kalau diberikan sebelum kontak seksual pada usia dini di bawah 14 tahun, antara 10 sampai 14 tahun," ucap Junita dalam dialog interaktif di Jakarta, pada Senin, (3/4/2023).
Dokter yang menamatkan pendidikan Kedokteran Umum dan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini menambahkan kanker serviks yang disebabkan karena 99,7 persen virus human papiloma atau HPV bisa dicegah melalui deteksi dini dengan skrining pap smear atau Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
Namun, saat ini pemerintah telah mendorong pemberian vaksin HPV bagi semua perempuan dan diutamakan pada usia di bawah 14 tahun. Pemberian vaksin pada usia ini dinilai dapat memberikan reaksi yang sangat baik dan suntikannya hanya perlu diberikan dua kali dalam setahun. Jika di atas 14 tahun, vaksin diberikan 3 kali dalam 6 bulan.
Virus HPV, kata Junita, dapat berkembang dalam jangka waktu tiga hingga 20 tahun dan lebih dari 90 persen tidak bergejala, sehingga jika tidak dideteksi sejak dini akan sangat disayangkan karena kanker serviks tidak bisa disembuhkan lagi.
Sementara itu, vaksin HPV masih bisa diberikan pada wanita yang sudah menikah, dan reaksinya akan masih efektif jika dilakukan di bawah usia 40 tahun.
"Kalau sudah terlanjur menikah sudah umur 30 tahun atau di bawah 40 tahun masih efektif untuk dilakukan vaksin HPV, ini hasilnya pasti efektif dan baik menurut WHO, jadi walaupun sudah menikah pun dan belum divaksin jadi vaksin saja karena ini sifatnya pencegahan," ucal Junita.
Ia pun menjelaskan virus HPV bisa ditularkan dari hubungan seksual yang bergantian. Jika terasa sakit atau keluar darah saat berhubungan, bisa dikatakan virus HPV sudah menjadi kanker dan tidak bisa disembuhkan, dengan harapan hidup hanya lima tahun.
"Karena kanker itu tidak bisa sembuh, kita hanya bisa bilang bahwa angka ketahanan hidup 5 tahun, jadi kalau stadium 1 serviks untuk bisa ngelewatin 5 tahun itu sekitar 90 persen makin tinggi stadiumnya itu cuma 30 persen yang bisa melewati 5 tahun, yang lainnya meninggal jadi artinya telat," kata Junita.
Maka itu, Junita mengingatkan untuk wanita yang sudah menikah untuk selalu rutin pemeriksaan pap smear atau IVA satu tahun atau tiga tahun sekali. Pap smear bisa dilakukan sejak tiga tahun pertama pernikahan sampai usia wanita 65 tahun, jika hasil pap smear negatif selama tiga tahun berturut-turut.
Baca juga: Vaksinasi kanker serviks secara nasional digelar tahun depan
Baca juga: Menkes sebut vaksinasi kanker serviks dibiayai negara dan bersifat wajib
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Vaksin HPV sejak dini penting cegah kanker serviks