Kupang (ANTARA) - Di negara kepulauan terbesar di dunia, poster tempel berwarna-warni yang seukuran anak kecil tengah mengubah cara kader Posyandu berinteraksi dengan para ibu secara signifikan.

Di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), salah satu wilayah dengan tingkat stunting tertinggi di dunia, angka tersebut turun tajam sebesar 47 persen hanya dalam dua tahun – dari 17 persen pada tahun 2021 menjadi 9 persen pada tahun 2023 berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Manggarai Barat. 

Laju penurunan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah mana pun di provinsi berbasis kepulauan Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Seiring dengan meningkatkan pembicaraan seputar kesetaraan (akses dan fasilitas) kesehatan, masalah gizi buruk, dan stunting, banyak sosok penderma dan investor yang ingin terlibat dalam isu ini. Sayangnya, hingga saat ini, belum ada mekanisme atau pengukuran serta analisis dan bukti-bukti yang dapat mengukur keberhasilan implementasi dalam memerangi isu stunting dan gizi buruk. 

Inilah yang mendorong 1000 Days Fund untuk membuat inovasi sederhana dalam bentuk poster pintar untuk memantau dan mengedukasi masyarakat rentan stunting,” ujar COO 1000 Days Fund dr. Rindang Asmara, MPH.

Keberhasilan di Manggarai Barat tentunya tidak terlepas dari kehadiran poster pintar ini, grafik pertumbuhan yang terinspirasi oleh sebuah penelitian yang didanai oleh Gates Foundation di Zambia. 

Penelitian ini menemukan bahwa memiliki grafik pengukur pertumbuhan di dinding dapat menurunkan angka stunting sebesar 22 persen. Organisasi non-profit di Indonesia, 1000 Days Fund, telah menguji dan mengembangkan versi grafik pertumbuhan dengan harga yang terjangkau dan dapat dikembangkan. 

Poster pintar yang kini telah tersebar di lebih dari 450.000 rumah di 28 pulau di Indonesia ini dilengkapi dengan kode QR menuju dasbor, hotline chatbot, dan video kesehatan ibu. Jika dipasang dengan benar, poster berwarna-warni ini dapat membantu para ibu dan pengasuh untuk menentukan apakah anak berisiko terkena stunting. Poster pintar ini juga merupakan salah satu cara untuk mengedukasi kader Posyandu, bukan sekadar alat untuk mengukur tinggi badan anak.

Data menunjukkan bahwa batasan terbesar dalam penanganan stunting adalah kurangnya edukasi, khususnya informasi mengenai pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) serta pemberian ASI eksklusif dan air bersih. 

Dalam kurun waktu kurang dari empat tahun, 1000 Days Fund telah melatih dan memberikan sertifikasi kepada lebih dari 54.000 kader Posyandu dan berhasil menurunkan angka stunting lebih dari 50 persen di sejumlah desa paling terpencil di Indonesia.

Poster pintar berfungsi sebagai alat edukasi untuk deteksi awal, dan memberi kader Posyandu cara untuk menjelaskan kepada para ibu pentingnya 1.000 HPK. Di Indonesia, hanya 67 persen anak yang diukur setiap enam bulan. Namun, justru anak-anak yang melewatkan pemeriksaan kesehatan bulanan yang lebih sering terabaikan. Faktanya, secara global, hanya sekitar 33 persen anak-anak yang menderita gizi buruk yang saat ini mendapatkan perawatan.

"Sebelum 1000 Days Fund memberi saya poster pintar, saya merasa kesulitan untuk menjelaskan informasi tentang gizi buruk kepada para ibu. Sebelumnya saya menjelaskan secara abstrak, tapi kehadiran poster ini membantu kami menentukan tujuan jangka panjang yang konkret,” kata Marsela Awok, seorang kader Posyandu kesehatan dari Desa Liang Sola, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.

Pada tahun 2019, berbekal dana hibah terbatas dari World Bank, 1000 Days Fund merancang proyek percontohan untuk menguji poster pintar di tiga pulau di Taman Nasional Komodo. Uji coba awal ini melibatkan 159 rumah tangga dan hasilnya menunjukkan bahwa 65 persen ibu membuat keputusan yang lebih baik terkait kesehatan anak mereka yang berusia di bawah dua tahun berkat poster pintar tersebut. 

Penemuan lain yang lebih penting adalah meningkatnya angka pemberian ASI eksklusif serta para kader Posyandu yang menjadi lebih percaya diri.
  Seorang ibu dan anak, penduduk desa di Manggarai Barat, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (ANTARA/HO-Days Fund)
Uji coba dalam skala lebih besar membuktikan temuan tersebut di atas. Para kader Posyandu menjadi lebih percaya diri dan semakin mudah berkomunikasi dengan para ibu. Hingga saat ini, 54.000 kader Posyandu yang dilatih 1000 Days Fund telah membantu memonitor asupan gizi. 

Mercy Corps di Timor Leste juga telah mengadopsi poster pintar dan strategi pelatihan. Sementara Zuellig Family Foundation di Filipina akan mengadopsi poster pintar sebagai bagian dari alat pemantauan keluarga dalam program tata kelola gizi provinsi.

"Stunting memiliki efek jangka panjang terhadap kualitas kesehatan generasi masa depan Indonesia. Upaya pencegahan stunting harus dilakukan secara lebih masif dalam upaya mewujudkan angka penurunan stunting secara bertahap pada tahun 2024. 

BKKBN menggandeng 1000 Days Fund karena program mereka efektif dan efisien serta telah memberikan dampak dan penurunan stunting di NTT. Kami berharap hasil yang sama dapat tercapai di provinsi-provinsi darurat stunting," kata Dr. Hasto Wardoyo, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN).

Organisasi 1000 Days Fund membekali para kader Posyandu dengan poster pintar serta alat dan pelatihan yang mereka butuhkan karena menyadari pentingnya kemitraan bersama komunitas lokal. Ini merupakan solusi yang berpusat pada keluarga dan masyarakat. 1000 Days Fund dan para mitra menemukan bahwa poster pintar telah meningkatkan permintaan terhadap perawatan gizi buruk. 

Poster pintar juga memungkinkan para pengasuh anak, bahkan pada lingkungan dengan tingkat literasi dan numerasi yang rendah, untuk membuat keputusan berlandaskan pengetahuan kapan dan ke mana harus mencari perawatan yang sesuai.

Di Kabupaten Rote Ndao misalnya, selama tiga tahun belakangan ini 1000 Days Fund telah memberikan pelatihan pada lebih dari 2.000 kader Posyandu dan menurunkan prevalensi stunting lebih dari 35 persen selama kurun waktu tersebut. Cara kerja 1000 Days Fund juga telah direplikasi di 27 Puskesmas di Kabupaten Kupang selama 30 bulan dan berhasil menurunkan prevalensi stunting menjadi 16 persen.

Langkah-langkah terakhir dalam pemberantasan stunting merupakan yang paling sulit. Namun, 1000 Days Fund tetap berdedikasi untuk masa depan bebas stunting dan optimis bahwa hal tersebut akan segera terwujud. 

Investasi pada pemberantasan stunting tidak hanya membawa Indonesia lebih dekat dengan tujuan tersebut, melainkan juga membangun ketahanan jangka panjang melalui penguatan infrastruktur kesehatan dan memastikan bahwa kita siap untuk menghadapi pandemi di masa depan. 

Tentang 1000 Days Fund

1000 Days Fund atau yang dikenal sebagai "Yayasan Seribu Cita Bangsa", didirikan pada tahun  2019 untuk menemukan, menguji, dan menerapkan solusi inovatif serta hemat biaya untuk membantu mengakhiri stunting di Indonesia. 1000 Days Fund terus berkomitmen untuk meningkatkan dampak dari kesehatan ibu dan bayi baru lahir bagi masyarakat miskin dan tertinggal. Kami bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk membangun kapasitas tenaga kesehatan garis depan di tengah masyarakat miskin untuk memberikan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi bagi ibu dan bayi baru lahir, mengatasi akar masalah stunting, serta meningkatkan data yang ditujukan untuk bukti, advokasi, dan perubahan kebijakan.

Selama empat tahun terakhir, 1000 Days Fund telah mendistribusikan lebih dari 338.000 poster pintar di 28 pulau. Kami juga telah melatih lebih dari 78.718 kader Posyandu yang pengetahuan dan keahlian barunya akan menyelamatkan bergenerasi-generasi kehidupan. 

Kami terus menguji program untuk mengidentifikasi adanya potensi hambatan dan tantangan dalam mengarusutamakan intervensi stunting yang komprehensif di tingkat desa. Kami juga mengembangkan pemahaman yang kuat tentang bagaimana tenaga kesehatan desa di garis depan berinteraksi dengan pengurus anak, mengembangkan wawasan serta pesan-pesan kunci untuk mengatasi tantangan dan hambatan di seluruh sektor.



 

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024