Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, mencanangkan pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana (Desata) di seluruh daerah setempat sebagai upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas.

Kegiatan pencanangan tersebut ditandai dengan pemukulan gong dan pemasangan rompi Destana kepada enam camat se-Kota Mataram diikuti oleh 50 lurah setempat oleh Wali Kota H Mohan Roliskana didampingi Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mahfuddin Noor di Mataram, Rabu, (13/9/2023).

Kepala Pelaksana BPBD Kota Mataram Mahfuddin Noor mengatakan, pembentukan Destana menjadi salah satu strategi mewujudkan pengembangan desa/kelurahan tangguh terhadap bencana dengan upaya pengurangan risiko bencana berbasis komunitas (PRBBK).

PRBBK merupakan proses pengelolaan risiko bencana melibatkan secara aktif masyarakat dalam mengkaji, menganalisis, menangani, memantau dan mengevaluasi risiko bencana untuk mengurangi kerentanan dan meningkatkan kemampuannya.

"Karena itu, Destana memiliki peran untuk merangkul semua potensi masyarakat yang ada di wilayah-masing-masing, sebab yang tahu persis kondisi wilayah dan titik-titik rawan bencana adalah masyarakat setempat," katanya.

Untuk itu, dalam pelaksanaan program Destana akan melibatkan semua masyarakat untuk membuat peta potensi rawan bencana seperti banjir, gelombang pasang, genangan, longsor, angin puting beliung dan lainnya.

"Mereka harus membuat peta itu sesederhana mungkin dengan berbagai kearifan lokal, yang penting bisa dibaca dan dipahami," katanya.

Selain itu mereka juga bisa melakukan pemetaan secara sederhana jalur evakuasi, titik kumpul, peringanan dini seperti menggunakan kentongan, atau pengeras suara dan lainnya.

"Untuk mendukung Destana, juga harus terbentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana ditingkat kelurahan agar peta mitigasi bencana bisa dipraktekkan dan simulasi," katanya.

Sementara Wali Kota Mataram dalam kesempatan itu mengatakan, potensi bencana yang dihadapi khususnya Kota Mataram saat ini tidak hanya faktor alam tetapi potensi-potensi bencana lain bisa muncul akibat sesuatu yang tidak diduga karena perubahan iklim.

"Perubahan iklim sangat berdampak pada persoalan yang kita hadapi, termasuk virus sebab semakin hangat bumi maka pertumbuhan bakteri dan virus semakin masif," katanya.

Oleh karena itu, potensi bencana yang dihadapi bisa berdampak serius terhadap kesehatan, keamanan pangan, serta perlambatan pembangunan ekonomi daerah.

Namun demikian, dengan berbagai pengalaman dan evaluasi yang telah dilaksanakan dalam menghadapi bencana, Pemerintah Kota Mataram harus tetap optimistis melaksanakan program mitigasi bencana sesuai standar dan prosedur kebencanaan.

"Mau musim panas atau musim hujan, potensi bencana tetap ada sehingga perlu dilakukan upaya mitigasi sedini mungkin." katanya.

Untuk itulah, Destana diharapkan mampu memberikan edukasi kepada masyarakat di kawasan rawan bahaya agar bisa terlindungi dari dampak-dampak merugikan bencana.


Baca juga: Polresta Mataram ungkap 3 mantan polisi terlibat jaringan sindikat narkotika

Selain itu, peran serta masyarakat khususnya kelompok rentan terus ditingkatkan dalam pengelolaan sumber daya untuk mengurangi risiko bencana.

Baca juga: Disdag Mataram bongkar lapak pedagang di pasar tradisional

"Kapasitas kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya dan pemeliharaan kearifan lokal untuk pengurangan risiko bencana juga perlu terus ditingkatkan," katanya.

Pewarta : Nirkomala
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024