Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova memperkirakan rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kisaran Rp15.450 - Rp15.520 per dolar AS karena sentimen neraca perdagangan Indonesia yang kembali surplus ke-42 kali secara beruntun.

“Membaiknya data neraca perdagangan Indonesia memberikan sentimen yang besar karena harapan yang tinggi yang akan melampaui surplus neraca perdagangan pada era pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 42 bulan surplus,” kata dia ketika dihubungi Antara, Jakarta, Kamis, (16/11/2023).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia pada Oktober 2023 mengalami surplus 3,48 miliar dolar AS, atau berada dalam kondisi surplus selama 42 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Surplus perdagangan Oktober 2023 tercatat naik 0,07 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada September 2023 (month to month/mtm), namun turun 2,12 miliar dolar AS dibandingkan capaian pada periode yang sama tahun 2022 (year on year/yoy).

Di sisi lain, Rully menganggap rupiah akan menguat karena dipengaruhi faktor eksternal laju inflasi AS Oktober 2023 yang melambat, yakni 0 persen dengan perkiraan sebelumnya 0,1 persen secara month to month (MoM), dan year on year (YoY) 3,2 persen dengan ekspektasi 3,3 persen. Selain itu, harapan Federal Reserve (The Fed) yang mulai mengurangi pengetatan kebijakan moneter turut bakal memperkuat rupi
ah.

“Diharapkan The Fed sudah memulai rencana penurunan suku bunga acuannya paling lambat pada semester pertama tahun 2024,” ungkapnya.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah sebesar 0,14 persen atau 22 poin menjadi Rp15.556 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.534 per dolar AS

Baca juga: Rupiah diprediksi melemah ke arah Rp15.750 per dolar AS

Baca juga: Fundamental ekonomi RI kuat tahan laju pelemahan rupiah, menurut Pakar

Pewarta : M Baqir Idrus Alatas
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024