Kupang (ANTARA) - Sejumlah nelayan di Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur, mengaku tangkapan mereka berkurang selama cuaca buruk melanda wilayah perairan NTT beberapa pekan terakhir.

"Biasanya kalau normal kami bisa dapat hingga lima boks, tetapi karena cuaca buruk tangkapan kami hanya mampu mencapai mencapai tiga boks saja," kata nelayan asal Oesapa Deni Kolo di Kupang, Selasa, (2/1/2023).

Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan dampak dari cuaca buruk yang melanda wilayah perairan NTT beberapa pekan terakhir di daerah tersebut.

Selama ini di cuaca normal per boks ikan mereka jual dengan harga Rp200 ribu. Namun pada saat musim penghujan dan cuaca buruk dirinya harus memutar otak agar walaupun tangkapan sedikit pemasukan tetap banyak.

"Karena itu walaupun tangkapan ikannya hanya 1-3 boks saja, saya dan teman-teman siasati jual ikan per boksnya Rp400 ribu dan itu dibeli," ujar dia.

Dia menjelaskan bahwa jika di cuaca normal pihaknya meningkap ikan hingga ke tengah laut dengan memancing, maka saat cuaca buruk pihaknya hanya menangkap di lokasi yang dangkal dengan pukat.

Kenaikan harga ikan yang dijual dengan harga Rp400 ribu per boks itu berpengaruh pada harga jual ikan di pasaran, sehingga tidak heran kini harga ikan di pasaran juga meningkat.

“Karena cuaca buruk dan sekarang dalam suasana Natal dan Tahun Baru jadi ikan sedikit karena juga cuaca buruk sehingga penjualan ikan harganya naik,” kata Aldo Hayon pedagang ikan di pasar Oesapa.

Dia mengatakan untuk ikan kombong kini dari harga Rp20 ribu per 10 ekor kini naik menjadi Rp50 ribu untuk lima ekor.

Baca juga: BMKG siapkan fasilitas layanan informasi cuaca bagi nelayan Kota Kupang

Anita pembeli yang ditemui di pasar Naikoten mengaku di saat seperti ini lebih aman membeli daging. Baik i daging ayam dan sapi.

Baca juga: Perahu nelayan Sumbawa Barat ditemukan di Lombok Tengah

"Saya khawatir nanti ikannya sudah lama dan sudah dikasih formalin jadi lebih aman ya beli daging saja," ujar dia/

Pewarta : Maria Petronela Jari/Emiliani Hoi Muda
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024