Kupang (ANTARA) - Sejumlah anggota Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan Amfoang Barat Laut, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, bergotong royong memikul kotak suara dengan menerobos banjir menuju TPS di Desa Saukibe dan Timau.
Anggota Panwaslu Kecamatan Amfoang Barat Laut Oby Mesra Natbais dihubungi dari Kupang, Selasa, (13/2/2024) malam, mengatakan anggota terpaksa memikul kotak suara pemilu menuju dua desa tersebut karena tidak ada lagi jembatan yang terhubung ke dua desa itu.
Jembatan lama yang menjadi akses menuju dua desa itu sudah ambruk pada tahun 2021 dan hingga kini tidak dibangun lagi.
"Dari kantor camat sebenarnya kami sudah sewa kendaraan truk untuk membawa sejumlah kotak suara ke dua desa itu, namun saat sampai di Kali Bonpo ternyata truk tidak bisa melintas," kata Oby.
Sopir truk khawatir jika memaksa melintasi banjir, kendaraannya akan terbenam dan air masuk membasahi kotak suara.
Oby mengatakan ada 50 kotak suara yang harus dipikul secara manual oleh seluruh petugas panwaslu menuju ke dua desa dengan melintasi banjir.
"Agar warga di dua desa itu bisa mencoblos, kami kemudian bergotong royong untuk memikul kotak suara itu menuju TPS yang ada di dua desa itu," ujarnya.
Oby bersyukur kondisi 50 kotak suara yang berisi surat suara dan perlengkapan pemilu lainnya tidak rusak, apalagi terkena air saat menyeberangi banjir.
"Sudah sampai tadi sekitar pukul 17.30 WITA dan semuanya aman tidak ada yang basah," tambahnya.
Ia menambahkan wilayah Kecamatan Amfoang memang dikenal sebagai daerah yang banyak sungainya. Puluhan sungai dengan panjang sekitar satu kilometer bahkan lebih ada di daerah tersebut.
Baca juga: Bawaslu Mabar buka posko pengaduan 24 jam hingga pencoblosan
Oby berharap pada hari pencoblosan atau pemungutan suara 14 Februari 2024 tidak terjadi hujan sehingga masyarakat desa itu bisa menyalurkan hak pilihnya.
Baca juga: KPU NTT sebut logistik pemilu telah terdistribusi hingga ke TPS
Baca juga: KPU Kota Kupang distribusikan 6.025 kotak suara ke TPS
"Yang jadi masalah kalau besok hujan maka kemungkinan pemilih akan berkurang," ujarnya.
Anggota Panwaslu Kecamatan Amfoang Barat Laut Oby Mesra Natbais dihubungi dari Kupang, Selasa, (13/2/2024) malam, mengatakan anggota terpaksa memikul kotak suara pemilu menuju dua desa tersebut karena tidak ada lagi jembatan yang terhubung ke dua desa itu.
Jembatan lama yang menjadi akses menuju dua desa itu sudah ambruk pada tahun 2021 dan hingga kini tidak dibangun lagi.
"Dari kantor camat sebenarnya kami sudah sewa kendaraan truk untuk membawa sejumlah kotak suara ke dua desa itu, namun saat sampai di Kali Bonpo ternyata truk tidak bisa melintas," kata Oby.
Sopir truk khawatir jika memaksa melintasi banjir, kendaraannya akan terbenam dan air masuk membasahi kotak suara.
Oby mengatakan ada 50 kotak suara yang harus dipikul secara manual oleh seluruh petugas panwaslu menuju ke dua desa dengan melintasi banjir.
"Agar warga di dua desa itu bisa mencoblos, kami kemudian bergotong royong untuk memikul kotak suara itu menuju TPS yang ada di dua desa itu," ujarnya.
Oby bersyukur kondisi 50 kotak suara yang berisi surat suara dan perlengkapan pemilu lainnya tidak rusak, apalagi terkena air saat menyeberangi banjir.
"Sudah sampai tadi sekitar pukul 17.30 WITA dan semuanya aman tidak ada yang basah," tambahnya.
Ia menambahkan wilayah Kecamatan Amfoang memang dikenal sebagai daerah yang banyak sungainya. Puluhan sungai dengan panjang sekitar satu kilometer bahkan lebih ada di daerah tersebut.
Baca juga: Bawaslu Mabar buka posko pengaduan 24 jam hingga pencoblosan
Oby berharap pada hari pencoblosan atau pemungutan suara 14 Februari 2024 tidak terjadi hujan sehingga masyarakat desa itu bisa menyalurkan hak pilihnya.
Baca juga: KPU NTT sebut logistik pemilu telah terdistribusi hingga ke TPS
Baca juga: KPU Kota Kupang distribusikan 6.025 kotak suara ke TPS
"Yang jadi masalah kalau besok hujan maka kemungkinan pemilih akan berkurang," ujarnya.