Kupang (ANTARA News NTT) - Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang MSi mengatakan pemilih milenial merupakan kelompok yang sangat strategis dalam konteks politik 2019, karena mereka menjadi fenomena tersendiri dalam mata para aktor politik.
"Kaum milenial merupakan kelompok masyarakat yang sangat strategis dalam konteks politik 2019, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan mereka menjadi fenomena yang manarik bagi para aktor politik yang ingin mengais suara mereka," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu (6/2).
Menurut dia, kaum milenial ini menjadi incaran politisi karena suara mereka sangat potensial dalam struktur pemilih di Indonesia, namun sangat rentan terhadap sikap politik.
Karena itu, merupakan tugas partai politik, calon legislator, penyelenggara dan pengawas untuk meyakinkan kaum mileniel agar dapat berpartisipasi dalam Pemilu 17 April mendatang.
"Hal ini penting dilakukan agar kaum milenial tidak anti politik, anti figur, anti ideologi, anti kelompok dan anti kekuasaan," katanya menegaskan.
Ia menambahkan, kampanye media dalam politik modern merupakan sebuah keharusan, namun jika tidak ditata dengan baik justru akan merecoki pemikiran masyarakat untuk mempraktikan politik belah bambu, artinya satu dipuja dan yang lain diinjak.
"Jika ini yang terjadi, maka kita telah gagal melakukan konsolidasi demokrasi. Dan, yang berbahaya bila kaum milenial terpengaruh secara negatif oleh politik media," katanya.
Maka harapan akan generasi masa depan yang beradab dan bermartabat akan pupus karena mereka telah dibentuk oleh suatu suasana politik yang labil, sehingga mereka bisa jadi menjadi generasi labil.
Baca juga: Generasi milenial NTT diharapkan berpartisipasi dalam Pemilu 2019
Baca juga: Kaum milenial harus jadi pelopor berlalu lintas
"Kaum milenial merupakan kelompok masyarakat yang sangat strategis dalam konteks politik 2019, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan mereka menjadi fenomena yang manarik bagi para aktor politik yang ingin mengais suara mereka," katanya kepada Antara di Kupang, Rabu (6/2).
Menurut dia, kaum milenial ini menjadi incaran politisi karena suara mereka sangat potensial dalam struktur pemilih di Indonesia, namun sangat rentan terhadap sikap politik.
Karena itu, merupakan tugas partai politik, calon legislator, penyelenggara dan pengawas untuk meyakinkan kaum mileniel agar dapat berpartisipasi dalam Pemilu 17 April mendatang.
"Hal ini penting dilakukan agar kaum milenial tidak anti politik, anti figur, anti ideologi, anti kelompok dan anti kekuasaan," katanya menegaskan.
Ia menambahkan, kampanye media dalam politik modern merupakan sebuah keharusan, namun jika tidak ditata dengan baik justru akan merecoki pemikiran masyarakat untuk mempraktikan politik belah bambu, artinya satu dipuja dan yang lain diinjak.
"Jika ini yang terjadi, maka kita telah gagal melakukan konsolidasi demokrasi. Dan, yang berbahaya bila kaum milenial terpengaruh secara negatif oleh politik media," katanya.
Maka harapan akan generasi masa depan yang beradab dan bermartabat akan pupus karena mereka telah dibentuk oleh suatu suasana politik yang labil, sehingga mereka bisa jadi menjadi generasi labil.
Baca juga: Generasi milenial NTT diharapkan berpartisipasi dalam Pemilu 2019
Baca juga: Kaum milenial harus jadi pelopor berlalu lintas