Kupang (ANTARA) - Kepala Badan Karantina Indonesia (Barantin) Sahat M Panggabean mengusulkan program Twin Quarantine Port pada pertemuan keempat Dialog Tingkat Tinggi dan Mekanisme Kerja Sama atau High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) Pemerintah Indonesia dan China, di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT.

"Pada kesempatan pertemuan dialog tingkat tinggi ini, kami sudah menyampaikan beberapa poin terkait isu kerja sama terkait akses pasar ekspor komoditas Indonesia ke Tiongkok. Isu paling utama yaitu terkait usulan program Twin Quarantine Port. Indonesia di PIK (Pondok Indah Kapuk) 2 dengan konsep dry port dan Tiongkok di Xiamen,” katanya dalam keterangan yang diterima ANTARA di Kupang, Jumat, (19/4/2024) malam.

Selain usulan program Twin Quarantine Port di PIK 2, dia juga mengusulkan tentang penguatan kerja sama untuk pelabuhan ekspor ikan di Tual, Maluku demi memperlancar akses pasar komoditas pertanian dan perikanan Indonesia.

Sahat sebagai delegasi RI mengungkapkan alasan pengusulan pelabuhan tersebut karena pelabuhan Tanjung Priok sudah melebihi kapasitas sebagai tempat pemasukan komoditas dari Tiongkok salah satunya. Oleh karenanya, perlu usulan tempat pemasukan lain untuk memperlancar arus barang dan layanan karantina.

"Usulan program tersebut setelah mempertimbangkan penerapan mekanisme pengawasan yang meliputi pre-border, border, dan post-border. Mekanisme pre-border akan berdampak terhadap percepatan layanan karantina di perbatasan. Hal ini juga akan mempersingkat waktu timbun peti kemas atau dwelling time di pelabuhan," tambah Sahat..

Sahat lebih memerinci untuk implementasi metode pre-border berupa penyediaan dan pembangunan prasarana dan sarana karantina sesuai standar dan regulasi kedua negara, standar tindakan karantina yang disepakati kedua negara dan tidak bertentangan dengan regulasi masing-masing negara, harmonisasi regulasi, standar, sistem dan dokumen; pemeriksaan bersama; dan penerapan dokumen elektronik secara bertahap.

Selain menyampaikan isu utama, Barantin juga menyampaikan beberapa isu akses pasar dan hambatan persyaratan Sanitari dan Fitosanitari (Sanitary and Phytosanitary/SPS) ekspor ke Tiongkok.

Adapun hambatan yang masih ada untuk komoditas, di antaranya sarang burung walet, tepung ikan, dedak gandum, ikan hias, hewan aquatik hidup konsumsi, minyak ikan, santan beku, teripang, lobster, dan lainnya.

"Hasil audit GACC masih ada yang perlu perbaikan untuk beberapa komoditas ekspor (Indonesia), seperti santan beku. Kami menunggu perbaikan dari pihak eksportir untuk disampaikan kembali ke GACC. Kami juga menyampaikan untuk persyaratan ekspor sarang burung walet supaya kadar nitritnya bisa lebih dari 30 ppm. Berdasarkan persyaratan CODEX itu dapat ditoleransi hingga 80 ppm," papar Sahat.

Indonesia melalui Barantin juga mengusulkan peluang pengembangan pasar ekspor untuk komoditas lainnya.

"Beberapa peluang pengembangan ekspor komoditas (Indonesia) lainnya ke Tiongkok, yaitu mangga, melon, durian, ceker ayam segar, keju, dan kuda laut," tambahnya.

Sahat berharap melalui dialog tingkat tinggi ini, hambatan ekspor komoditas pertanian dan perikanan Indonesia ke Tiongkok dapat segera teratasi. HDCM Ke-4 ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi serta wakil pimpinan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi.

Baca juga: Menko Luhut tiba di Labuan Bajo hadiri HDCM RI-China ke-4

Baca juga: Kapolda pastikan kesiapan pengamanan HDCM RI-China di Labuan Bajo

Baca juga: Sebanyak 500 personel gabungan amankan HDCM RI-China ke-4 di Labuan Bajo






 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Barantin usul Twin Quarantine Port pada Dialog Tingkat Tinggi RI-China

Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024