Samosir, Sumut (ANTARA) - Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan nilai tukar rupiah berpeluang untuk kembali menguat ke level psikologis Rp16.000 per dolar AS.

"Mungkin saja, karena perkembangannya sangat dinamis. Kalau saya perhatikan ini sekarang mereda 'kan ketegangannya (konflik Timur Tengah), indeks dolarnya juga sedikit menurun, harga minyaknya juga menurun ya. Bukan tidak mungkin kembali (ke bawah Rp16.000 per dolar AS) ya," ujar David di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, Minggu, (28/4/2025).

Meskipun demikian, lanjut David, perlu juga diperhitungkan nilai fundamental perekonomian lainnya seperti ekspor dan inflasi.

"Kita tahu 'kan inflasi pangan kita naik cukup tinggi ya beberapa bulan terakhir. Nah ini mempengaruhi inflasi, ekspor-impor kita. Itu mempengaruhi juga fundamental rupiah," kata David.

David menyampaikan posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS saat ini relatif masih kompetitif dibandingkan posisi nilai tukar negara-negara lain terhadap dolar AS.

"Kita juga tidak menginginkan produk-produk manufaktur kita tidak bersaing ya, walaupun memang kita tahu ekspor kita utamanya kan komoditas. Tapi kita ingin juga kan produk-produk kita itu bersaing," ujar David.

Ia mencontohkan ketika yen Jepang dan yuan China melemah, won Korea juga dibiarkan melemah agar produk-produk ekspornya tetap dapat bersaing dengan kompetitor.

"Kalau banyak penguatan terjadi dengan satu mata uang, itu bisa mengganggu ekspornya dalam jangka panjang. Jadi perlu diperhatikan juga supaya untuk di luar komoditas kita tetap dapat bersaing," kata David.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23-24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25 persen, suku bunga deposit facility sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 7 persen.

Kenaikan suku bunga tersebut untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak memburuknya risiko global.

Kebijakan nilai tukar Bank Indonesia terus diarahkan untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak menguatnya dolar AS secara luas. Indeks nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama (DXY) menguat tajam mencapai level tertinggi 106,25 pada tanggal 16 April 2024 atau mengalami apresiasi 4,86 persen dibandingkan dengan level akhir tahun 2023.

Perkembangan tersebut memberikan tekanan depresiasi kepada hampir seluruh mata uang dunia, termasuk nilai tukar rupiah. Yen Jepang dan Dollar New Zealand masing-masing melemah 8,91 persen dan 6,12 persen (ytd), sementara mata uang kawasan, seperti Baht Thailand dan Won Korea masing-masing melemah 7,88 persen dan 6,55 persen (ytd).

Sementara itu, pelemahan rupiah sampai dengan 23 April 2024 tercatat lebih rendah yakni 5,07 persen (year to date).

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sendiri pada perdagangan Jumat (26/4) ditutup turun di tengah rilis data produk domestik bruto (PDB) kuartal I 2024 Amerika Serikat (AS), yang lebih rendah dari ekspektasi.

Pada akhir perdagangan Jumat, kurs rupiah merosot 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.210 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.188 per dolar AS.

Baca juga: Rupiah berpeluang melemah, pengaruh konflik di Timur Tengah

Baca juga: Rupiah melemah terpengaruh indikator ekonomi AS









Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ekonom: Rupiah berpeluang kembali ke bawah level psikologis Rp16.000

Pewarta : Citro Atmoko
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2024