Kupang (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Timur menyatakan bahwa kredit bagi nelayan di provinsi berbasis kepulauan hanya berada pada 0,81 persen dari total Outstanding kredit yang diberikan seluruhnya di NTT.
Kepala OJK NTT Japarmen Manalu mengatakan ke para wartawan di Kupang, Kamis, (20/6/2024) ditemui di sela-sela kegiatan Entry Meeting Oceans for Prosperity – LAUTRA komponen 3: Sustainable Financing for Marine Protect Area and Livelihoods bahwa prosentase itu sangat kecil dan tidak berdampak pada nelayan.
"Hal ini menjadi fokus perhatian kita juga agar ke depan pemberian kredit ke sektor perikanan lebih tinggi lagi," katanya.
Menurut dia, jika pemberian kredit tinggi maka dampak positifnya akan ada, yakni berkaitan dengan daya tangkap dan fasilitas tangkapnya.
Namun, masih kecilnya nilai kredit bagi nelayan di NTT karena pihak perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian terhadap nasabah yang berprofesi sebagai nelayan.
Karena resiko pekerjaan nelayan itu masih sangat tinggi, seperti kualitas alat, kualitas sumber daya manusia serta resiko lain seperti harga jual yang tidak menentu.
OJK sejauh ini sudah berupaya lakukan berbagai upaya seperti dalam hal asuransi untuk kapal rusak, atau angin barat.
"Datanya saya tidak hafal tetapi ada lembaga asuransi yang untuk menambah keyakinan bagi nelayan kalau kapal rusak dan lainnya akan membantu," ujar dia.
Karena itu, ia mengajak perbankan untuk bisa berinovasi untuk membantu para nelayan di daerah agar perekonomian nelayan lebih baik lagi.
Tetapi ia mengakui OJK tidak bisa masuk lebih jauh, sebab semua keputusan ada pada pihak perbankan.
Baca juga: Bappenas khawatir minat anak nelayan menjadi nelayan menurun
Area Head BNI NTT Agus Prasetiyo mengatakan bahwa di NTT kredit bagi nelayan sendiri dilihat belum tersentuh dibandingkan ke sektor pertanian. Bahkan sektor perdagangan lebih tinggi.
Baca juga: DKP : Nelayan di Flores Timur butuh bantuan sumur bor dukung program Kalaju
"Padahal di NTT ini yang lebih dominan itu sektor pertanian dan kelautan perikanan, sehingga kalau memang ada program khusus bagi nelayan BNI akan siap membantu para nelayan," ujar dia.
Kepala OJK NTT Japarmen Manalu mengatakan ke para wartawan di Kupang, Kamis, (20/6/2024) ditemui di sela-sela kegiatan Entry Meeting Oceans for Prosperity – LAUTRA komponen 3: Sustainable Financing for Marine Protect Area and Livelihoods bahwa prosentase itu sangat kecil dan tidak berdampak pada nelayan.
"Hal ini menjadi fokus perhatian kita juga agar ke depan pemberian kredit ke sektor perikanan lebih tinggi lagi," katanya.
Menurut dia, jika pemberian kredit tinggi maka dampak positifnya akan ada, yakni berkaitan dengan daya tangkap dan fasilitas tangkapnya.
Namun, masih kecilnya nilai kredit bagi nelayan di NTT karena pihak perbankan menerapkan prinsip kehati-hatian terhadap nasabah yang berprofesi sebagai nelayan.
Karena resiko pekerjaan nelayan itu masih sangat tinggi, seperti kualitas alat, kualitas sumber daya manusia serta resiko lain seperti harga jual yang tidak menentu.
OJK sejauh ini sudah berupaya lakukan berbagai upaya seperti dalam hal asuransi untuk kapal rusak, atau angin barat.
"Datanya saya tidak hafal tetapi ada lembaga asuransi yang untuk menambah keyakinan bagi nelayan kalau kapal rusak dan lainnya akan membantu," ujar dia.
Karena itu, ia mengajak perbankan untuk bisa berinovasi untuk membantu para nelayan di daerah agar perekonomian nelayan lebih baik lagi.
Tetapi ia mengakui OJK tidak bisa masuk lebih jauh, sebab semua keputusan ada pada pihak perbankan.
Baca juga: Bappenas khawatir minat anak nelayan menjadi nelayan menurun
Area Head BNI NTT Agus Prasetiyo mengatakan bahwa di NTT kredit bagi nelayan sendiri dilihat belum tersentuh dibandingkan ke sektor pertanian. Bahkan sektor perdagangan lebih tinggi.
Baca juga: DKP : Nelayan di Flores Timur butuh bantuan sumur bor dukung program Kalaju
"Padahal di NTT ini yang lebih dominan itu sektor pertanian dan kelautan perikanan, sehingga kalau memang ada program khusus bagi nelayan BNI akan siap membantu para nelayan," ujar dia.