Bappenas khawatir minat anak nelayan menjadi nelayan menurun
negara kita ini kepulauan kalau jumlah nelayan makin sedikit tentu hal ini sangat mengkhawatirkan...
Kupang (ANTARA) - Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) khawatir minat anak nelayan untuk menjadi nelayan menurun jika tidak ada peningkatan pendidikan bagi anak-anak nelayan sehingga kedepannya level pendidikan bagi nelayan yang dimiliki lebih tinggi dari sebelumnya.
"Saat ini sudah ada banyak sekolah kejuruan serta kuliah yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan, tentunya kami akan berupaya agar ada program sekolah gratis bagi anak nelayan sehingga kelak saat jadi nelayan caranya sudah berubah," kata Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Moh. Rahmat Mulianda di Kupang, Kamis, (20/6/2024).
Hal ini disampaikannya di sela-sela kegiatan Entry Meeting Oceans for Prosperity – LAUTRA komponen 3: Sustainable Financing for Marine Protect Area and Livelihoods di Kupang.
Rahmat mengatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan mempunyai program Kampung Nelayan, nantinya Bappenas akan berkolaborasi untuk bersama-sama membina anak-anak nelayan agar kelak bisa menjadi nelayan dengan level yang lebih baik lagi.
Dia mencontohkan bahwa beberapa negara justru profesi nelayan menjadi profesi yang menjanjikan dan hal itu menarik minat anak untuk menjadi nelayan lalu bisa disiapkan menjadi pebisnis di sektor kelautan dan perikanan.
Bappenas juga tambah dia akan bekerja sama dengan kementerian lainnya untuk menyiapkan program khusus bagi anak-anak nelayan sehingga membantu anak nelayan mendapatkan pendidikan yang baik lagi.
'Sayang kalau negara kita ini kepulauan kalau jumlah nelayan makin sedikit tentu hal ini sangat mengkhawatirkan," ujar dia.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Sulastri Rasyid mengatakan bahwa saat ini nelayan Indonesia tidak termarjinalkan lagi, sebab pemerintah punya perhatian khusus bahkan sampai ke anak-anak nelayan.
"Tujuannya adalah agar kedepannya anak-anak nelayan dalam mengelola laut bisa lebih baik dari orang tuanya," ujar dia.
Saat ini di NTT sendiri ujar dia ada banyak sekolah kejuruan dan perguruan tinggi soal kelautan dan perikanan. Pemerintah ujar dia sudah banyak memfasilitasi anak-anak nelayan ke sekolah kelautan dan perikanan milik negara.
Dia berharap agar kebiasaan boros usai mendapatkan hasil tangkapan bisa dihilangkan oleh para nelayan sehingga ada simpanan untuk kebutuhan lainnya.
"Hanya karena mereka itu boros, uang yang diperoleh lalu dia senang-senang sehingga tidak saving untuk kebutuhan lain," tambah dia.
Baca juga: Bappenas-ICCTF lanjutkan pendanaan untuk konservasi perairan laut di NTT
Baca juga: Bappenas apresiasi pengelolaan sampah melalui TOSS di Ende, Flores
"Saat ini sudah ada banyak sekolah kejuruan serta kuliah yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan, tentunya kami akan berupaya agar ada program sekolah gratis bagi anak nelayan sehingga kelak saat jadi nelayan caranya sudah berubah," kata Direktur Kelautan dan Perikanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Moh. Rahmat Mulianda di Kupang, Kamis, (20/6/2024).
Hal ini disampaikannya di sela-sela kegiatan Entry Meeting Oceans for Prosperity – LAUTRA komponen 3: Sustainable Financing for Marine Protect Area and Livelihoods di Kupang.
Rahmat mengatakan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan mempunyai program Kampung Nelayan, nantinya Bappenas akan berkolaborasi untuk bersama-sama membina anak-anak nelayan agar kelak bisa menjadi nelayan dengan level yang lebih baik lagi.
Dia mencontohkan bahwa beberapa negara justru profesi nelayan menjadi profesi yang menjanjikan dan hal itu menarik minat anak untuk menjadi nelayan lalu bisa disiapkan menjadi pebisnis di sektor kelautan dan perikanan.
Bappenas juga tambah dia akan bekerja sama dengan kementerian lainnya untuk menyiapkan program khusus bagi anak-anak nelayan sehingga membantu anak nelayan mendapatkan pendidikan yang baik lagi.
'Sayang kalau negara kita ini kepulauan kalau jumlah nelayan makin sedikit tentu hal ini sangat mengkhawatirkan," ujar dia.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Sulastri Rasyid mengatakan bahwa saat ini nelayan Indonesia tidak termarjinalkan lagi, sebab pemerintah punya perhatian khusus bahkan sampai ke anak-anak nelayan.
"Tujuannya adalah agar kedepannya anak-anak nelayan dalam mengelola laut bisa lebih baik dari orang tuanya," ujar dia.
Saat ini di NTT sendiri ujar dia ada banyak sekolah kejuruan dan perguruan tinggi soal kelautan dan perikanan. Pemerintah ujar dia sudah banyak memfasilitasi anak-anak nelayan ke sekolah kelautan dan perikanan milik negara.
Dia berharap agar kebiasaan boros usai mendapatkan hasil tangkapan bisa dihilangkan oleh para nelayan sehingga ada simpanan untuk kebutuhan lainnya.
"Hanya karena mereka itu boros, uang yang diperoleh lalu dia senang-senang sehingga tidak saving untuk kebutuhan lain," tambah dia.
Baca juga: Bappenas-ICCTF lanjutkan pendanaan untuk konservasi perairan laut di NTT
Baca juga: Bappenas apresiasi pengelolaan sampah melalui TOSS di Ende, Flores