Kupang (Antara NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya menyatakan keluhan rawan pangan dari masyarakatnya sudah berkurang bahkan hampir tidak ada dalam tiga sampai empat tahun belakangan ini.
"Saya bersyukur karena hampir tidak ada orang yang teriak rawan pangan dalam tiga sampai empat tahun belakangan ini," katanya di selah perayaan Natal Oikumene NTT 2016 di Kota Kupang, Jumat.
Dikatakannya hal tersebut, menyikapi informasi yang sedang marak dibicarakan masyarakat setempat, terkait data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa NTT berada di urutan ke tiga provinsi termiskin se-Indonesia, setelah Papua dan Papua Barat.
BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di NTT bertambah 160 orang dalam kurun waktu tujuh bulan dari Maret 2016 yang mencapai 1.149.920 orang atau 22,01 persen menjadi 1.150.080 orang atau 22,19 persen pada September 2016 dari total penduduk 5,3 juta jiwa.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTT Maritje Pattiwalapia, kepada Antara di Kupang, menjelaskan penambahan jumlah penduduk miskin ini lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dengan kenaikan sebanyak 460 orang (dari 112.020 orang menjadi 112.480 orang) dalam kurun waktu enam bulan terakhir di 2016.
Meskipun demikian, katanya sesuai yang dijelaskan oleh BPS bahwa perkembangan tingkat kemiskinan di NTT selama lima tahun terakhir (September 2010 hingga September 2016) mengalami penurunan secara perlahan.
"Kepala BPS bilang bahwa dibandingkan daerah lain NTT meraih peringkat ke tiga se-Indonesia. Saya bilang bahwa NTT jangan membandingkan dengan daerah lain karena pemasukan pembangunan berbeda," katanya.
Menurut dia, semenjak Republik Indonesia berdiri, pemasukan pembangunan antarsatu daerah dengan yang lain berbeda-beda sehingga pengeluarannya juga berbeda pula.
"Kita jangan melihat `output-nya` saja tanpa jujur melihat `input` yang pernah diberikan. Kalau `input` diberikan sama untuk semua daerah, mungkin saja kondisi NTT tidak seperti sekarang," katanya.
Dia menilai, kondisi tersebut merupakan salah satu dinamika pembangunan yang dihadapi sehingga dia mengajak semua elemen masyarakatnya agar tetap kuat menghadapi berbagai tantangan.
Dia menambahkan berbagai isu lain juga terus berkembang dan dikembangkan salah satunya terkait radikalisme dan terorisme.
"Kita harus terus waspada. Yang paling penting bagi kita ialah kita tetap jaga kerukunan di daerah ini, jaga keutuhan di negeri ini," demikian Gubernur Frans Lebu Raya.
"Saya bersyukur karena hampir tidak ada orang yang teriak rawan pangan dalam tiga sampai empat tahun belakangan ini," katanya di selah perayaan Natal Oikumene NTT 2016 di Kota Kupang, Jumat.
Dikatakannya hal tersebut, menyikapi informasi yang sedang marak dibicarakan masyarakat setempat, terkait data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa NTT berada di urutan ke tiga provinsi termiskin se-Indonesia, setelah Papua dan Papua Barat.
BPS mencatat, jumlah penduduk miskin di NTT bertambah 160 orang dalam kurun waktu tujuh bulan dari Maret 2016 yang mencapai 1.149.920 orang atau 22,01 persen menjadi 1.150.080 orang atau 22,19 persen pada September 2016 dari total penduduk 5,3 juta jiwa.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTT Maritje Pattiwalapia, kepada Antara di Kupang, menjelaskan penambahan jumlah penduduk miskin ini lebih banyak terjadi di daerah perkotaan dengan kenaikan sebanyak 460 orang (dari 112.020 orang menjadi 112.480 orang) dalam kurun waktu enam bulan terakhir di 2016.
Meskipun demikian, katanya sesuai yang dijelaskan oleh BPS bahwa perkembangan tingkat kemiskinan di NTT selama lima tahun terakhir (September 2010 hingga September 2016) mengalami penurunan secara perlahan.
"Kepala BPS bilang bahwa dibandingkan daerah lain NTT meraih peringkat ke tiga se-Indonesia. Saya bilang bahwa NTT jangan membandingkan dengan daerah lain karena pemasukan pembangunan berbeda," katanya.
Menurut dia, semenjak Republik Indonesia berdiri, pemasukan pembangunan antarsatu daerah dengan yang lain berbeda-beda sehingga pengeluarannya juga berbeda pula.
"Kita jangan melihat `output-nya` saja tanpa jujur melihat `input` yang pernah diberikan. Kalau `input` diberikan sama untuk semua daerah, mungkin saja kondisi NTT tidak seperti sekarang," katanya.
Dia menilai, kondisi tersebut merupakan salah satu dinamika pembangunan yang dihadapi sehingga dia mengajak semua elemen masyarakatnya agar tetap kuat menghadapi berbagai tantangan.
Dia menambahkan berbagai isu lain juga terus berkembang dan dikembangkan salah satunya terkait radikalisme dan terorisme.
"Kita harus terus waspada. Yang paling penting bagi kita ialah kita tetap jaga kerukunan di daerah ini, jaga keutuhan di negeri ini," demikian Gubernur Frans Lebu Raya.