Kupang (Antara NTT) - Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPW) Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga mengatakan sampai dengan bulan Oktober 2016 angka kredit macet (NPL) di NTT hanya sebesar 1,95 persen.
"Angka kredit macet untuk tahapan perputaran uang di NTTitu jauh di bawah nasional sebesar 3,25 persen atau berada di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar lima persen," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat.
Menurut dia, pertumbuhan kredit yang tinggi disertai dengan angka NPL yang rendah, menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan di NTT masih terpelihara dengan baik, sebagai salah satu prasyarat utama dalam proses pembangunan ekonomi di daerah ini.
Meskipun demikian (kredit macet) sebesar 1,95, dia yakin tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank di NTT.
Sebab jumlah tersebut masih jauh di bawah ambang batas maksimal NPL, yakni lima persen. "Jika NPL masih di bawah tiga persen atau 2 persen, masih dikategorikan mikro," katanya.
"Kalau hanya 1,95 persen, itu mungkin salah satunya karena salah urus (kredit). Konsumtif tidak terlalu, malah lebih aman karena potong gaji. Tetapi sektor konstruksi dan perdagangan. Tetapi secara umum tidak ada masalah," katanya.
Angka NPL 1,95 tersebut menurut Tigor karena ada pertumbuhan kredit yang tinggi.
Bahkan rasio kredit berbanding dengan kredit yang macet, maka NPL turun. Namun dia tetap mewanta-wanti pihak perbankan untuk tetap berhati-hati," katanya.
"Saya sering bercanda bahwa orang NTT ini baik-baik, kreditnya tinggi tetapi tetap bayar. Karena laju pertumbuhan kredit kita dua tahun ini di atas nasional, tetapi angka NPL rendah terus. Tentu bank juga tetap pakai prinsip kehati-hatian, jangan sampai akan menimbulkan beban bagi bank," kata Tigor.
Ia mengatakan Pertumbuhan kredit daerah setempat 2016 year on year sebesar 13 persen atau lebih tinggi nasional yang hanya 7,4 persen.
"Penyaluran kredit 2016 tercatat sebesar Rp22,6 triliun atau meningkat 13 persen year on year pencapaian sektor perbankan di Provinsi NTT selama tahun 2016 menunjukkan kemajuan pesat," katanya.
Khusus untuk kredit UMKM tercatat sebesar Rp7,3 triliun atau meningkat secara tahunan sebesar 19,3 persen atau jauh lebih tinggi dibanding peningkatan kredit secara umum.
"Pangsa kredit UMKM di Provinsi NTT juga tercatat cukup besar, yakni mencapai 32,6 persen jauh lebih tinggi dibanding pangsa nasional yang hanya sebesar 20,3 persen," katanya.
Hal ini kata dia menunjukkan bahwa sektor UMKM sebagai salah satu penopang utama perekonomian di Provinsi NTT.
"Angka kredit macet untuk tahapan perputaran uang di NTTitu jauh di bawah nasional sebesar 3,25 persen atau berada di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar lima persen," katanya kepada Antara di Kupang, Jumat.
Menurut dia, pertumbuhan kredit yang tinggi disertai dengan angka NPL yang rendah, menunjukkan bahwa stabilitas sistem keuangan di NTT masih terpelihara dengan baik, sebagai salah satu prasyarat utama dalam proses pembangunan ekonomi di daerah ini.
Meskipun demikian (kredit macet) sebesar 1,95, dia yakin tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank di NTT.
Sebab jumlah tersebut masih jauh di bawah ambang batas maksimal NPL, yakni lima persen. "Jika NPL masih di bawah tiga persen atau 2 persen, masih dikategorikan mikro," katanya.
"Kalau hanya 1,95 persen, itu mungkin salah satunya karena salah urus (kredit). Konsumtif tidak terlalu, malah lebih aman karena potong gaji. Tetapi sektor konstruksi dan perdagangan. Tetapi secara umum tidak ada masalah," katanya.
Angka NPL 1,95 tersebut menurut Tigor karena ada pertumbuhan kredit yang tinggi.
Bahkan rasio kredit berbanding dengan kredit yang macet, maka NPL turun. Namun dia tetap mewanta-wanti pihak perbankan untuk tetap berhati-hati," katanya.
"Saya sering bercanda bahwa orang NTT ini baik-baik, kreditnya tinggi tetapi tetap bayar. Karena laju pertumbuhan kredit kita dua tahun ini di atas nasional, tetapi angka NPL rendah terus. Tentu bank juga tetap pakai prinsip kehati-hatian, jangan sampai akan menimbulkan beban bagi bank," kata Tigor.
Ia mengatakan Pertumbuhan kredit daerah setempat 2016 year on year sebesar 13 persen atau lebih tinggi nasional yang hanya 7,4 persen.
"Penyaluran kredit 2016 tercatat sebesar Rp22,6 triliun atau meningkat 13 persen year on year pencapaian sektor perbankan di Provinsi NTT selama tahun 2016 menunjukkan kemajuan pesat," katanya.
Khusus untuk kredit UMKM tercatat sebesar Rp7,3 triliun atau meningkat secara tahunan sebesar 19,3 persen atau jauh lebih tinggi dibanding peningkatan kredit secara umum.
"Pangsa kredit UMKM di Provinsi NTT juga tercatat cukup besar, yakni mencapai 32,6 persen jauh lebih tinggi dibanding pangsa nasional yang hanya sebesar 20,3 persen," katanya.
Hal ini kata dia menunjukkan bahwa sektor UMKM sebagai salah satu penopang utama perekonomian di Provinsi NTT.