Kupang (ANTARA) - Sejumlah Polisi Wanita (Polwan) di Polres Flores Timur dan Polda Nusa Tenggara Timur (NTT) memberikan trauma healing kepada anak-anak korban bentrokan antardua desa Bugalima dan desa Ile Pati di Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, NTT pada Senin (21/10).
“Trauma healing ini kami berikan untuk membantu memulihkan kondisi mental dan emosional anak-anak yang terdampak konflik, “ kata Polwan yang dituakan Kompol Sungkono, dalam keterangan yang diterima dari Adonara, Kamis, (24/10).
Kegiatan ujar dia dimulai dengan pembukaan dan perkenalan, di mana anak-anak diajak untuk saling mengenal dalam suasana yang akrab dan penuh kehangatan.
Setelah itu, sesi ice breaking dilakukan untuk mencairkan suasana, sehingga anak-anak bisa merasa lebih nyaman dan rileks dalam mengikuti kegiatan.
Selanjutnya, berlangsung sesi utama trauma healing yang berfokus pada pemulihan psikologis anak-anak. Dalam sesi ini, anak-anak diberikan ruang untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka terkait peristiwa bentrokan yang mereka saksikan dan alami.
Selain itu, berbagai aktivitas dilakukan untuk membantu mengurangi rasa trauma, seperti permainan interaktif dan kegiatan kreatif yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari pengalaman buruk.
“Kami ingin anak-anak kembali merasa aman dan bahagia. Melalui kegiatan ini, kami berupaya memberikan dukungan psikologis agar mereka bisa pulih dari trauma dan melanjutkan hidup mereka dengan semangat baru,” ungkap Kompol Sungkono.
Kegiatan ini juga diisi dengan sesi makan bersama, di mana anak-anak menikmati makanan ringan dalam suasana yang penuh kebersamaan.
Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana ceria dan mempererat hubungan antara anak yang menjadi korban dari peristiwa yang sudah terjadi.
Dia berharap agar trauma healing yang diberikan dapat membantu anak-anak untuk pulih secara mental dan emosional, sehingga mereka bisa kembali merasa aman dan nyaman dalam lingkungan mereka.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk terus mendukung kesejahteraan masyarakat, khususnya anak-anak yang menjadi korban konflik, dengan pendekatan humanis dan perhatian terhadap kondisi psikologis mereka.
Sebelumnya diberitakan pada Senin (21/10) lalu sebanyak 51 rumah dibakar akibat konflik antardesa di Pulau Adonara. Tidak hanya rumah yang rusak, dua orang warga juga menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
Polisi sudah menangkap dan menetapkan 16 orang sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Baca juga: Polisi bagikan sembako kepada 177 jiwa korban konflik antardesa di Adonara
Baca juga: Pemprov NTT salurkan bantuan untuk korban konflik di Adonara
“Trauma healing ini kami berikan untuk membantu memulihkan kondisi mental dan emosional anak-anak yang terdampak konflik, “ kata Polwan yang dituakan Kompol Sungkono, dalam keterangan yang diterima dari Adonara, Kamis, (24/10).
Kegiatan ujar dia dimulai dengan pembukaan dan perkenalan, di mana anak-anak diajak untuk saling mengenal dalam suasana yang akrab dan penuh kehangatan.
Setelah itu, sesi ice breaking dilakukan untuk mencairkan suasana, sehingga anak-anak bisa merasa lebih nyaman dan rileks dalam mengikuti kegiatan.
Selanjutnya, berlangsung sesi utama trauma healing yang berfokus pada pemulihan psikologis anak-anak. Dalam sesi ini, anak-anak diberikan ruang untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka terkait peristiwa bentrokan yang mereka saksikan dan alami.
Selain itu, berbagai aktivitas dilakukan untuk membantu mengurangi rasa trauma, seperti permainan interaktif dan kegiatan kreatif yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari pengalaman buruk.
“Kami ingin anak-anak kembali merasa aman dan bahagia. Melalui kegiatan ini, kami berupaya memberikan dukungan psikologis agar mereka bisa pulih dari trauma dan melanjutkan hidup mereka dengan semangat baru,” ungkap Kompol Sungkono.
Kegiatan ini juga diisi dengan sesi makan bersama, di mana anak-anak menikmati makanan ringan dalam suasana yang penuh kebersamaan.
Tujuannya adalah untuk menciptakan suasana ceria dan mempererat hubungan antara anak yang menjadi korban dari peristiwa yang sudah terjadi.
Dia berharap agar trauma healing yang diberikan dapat membantu anak-anak untuk pulih secara mental dan emosional, sehingga mereka bisa kembali merasa aman dan nyaman dalam lingkungan mereka.
Pihak kepolisian berkomitmen untuk terus mendukung kesejahteraan masyarakat, khususnya anak-anak yang menjadi korban konflik, dengan pendekatan humanis dan perhatian terhadap kondisi psikologis mereka.
Sebelumnya diberitakan pada Senin (21/10) lalu sebanyak 51 rumah dibakar akibat konflik antardesa di Pulau Adonara. Tidak hanya rumah yang rusak, dua orang warga juga menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
Polisi sudah menangkap dan menetapkan 16 orang sebagai tersangka dalam kasus tersebut.
Baca juga: Polisi bagikan sembako kepada 177 jiwa korban konflik antardesa di Adonara
Baca juga: Pemprov NTT salurkan bantuan untuk korban konflik di Adonara