Timur Tengah Selatan, NTT (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nusa Tenggara Timur mencatat bahwa kredit konsumtif sampai saat ini masih mendominasi yakni mencapai 60 persen dibandingkan kredit produktif.

"Dari total kredit bergulir di NTT sekitar Rp42 triliun, yang masih mendominasi adalah kredit konsumtif," kata Kepala OJK Nusa Tenggara Timur Japarmen Manalu dalam kegiatan Media Gathering hari kedua di kota So'e, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Rabu, (11/12).

Dia mengatakan bahwa besarnya kredit konsumtif yang ada di NTT diakibatkan karena budaya masyarakat NTT yang masih memegang teguh budaya seperti biaya sosial, kebutuhan pesta dan acara-acara adat lainnya.

Japarmen menyebutkan budaya pesta seperti pesta saat acara wisuda, pesta komuni pertama anak, baptis anak, pernikahan, mahar, pesta syukuran menjadi penyebab tingginya kredit konsumtif tersebut.

Masyarakat, kata dia, jika ada acara-acara seperti itu selalu meminjam ke perbankan, atau bahkan melakukan pinjaman ke pinjaman daring yang lebih cepat prosesnya.

Hal ini, ujar Japarmen, otomatis menurunkan daya beli dan simpanan masyarakat.

Untuk mencegah hal tersebut, OJK memberikan edukasi kepada masyarakat agar paham menggunakan uang secara bijak.

Selain masalah perkreditan di NTT dalam kesempatan tersebut OJK juga menyampaikan tentang perkembangan keuangan perbankan di NTT yang dinilai mengalami pertumbuhan yang positif pada tahun 2024 dibandingkan tahun 2023.

Kepala Bagian Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan (LJK) OJK Provinsi NTT, Bambang Purwogandi dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan bahwa adanya pertumbuhan aset dana pihak ketiga dan kredit di perbankan di NTT menjadi penyebab utama perkembangan keuangan yang tumbuh secara positif.

"Hingga Oktober 2024, aset perbankan di Provinsi NTT tumbuh 1,49 persen atau setara dengan Rp53 miliar, dibanding tahun 2023 yang mencatat Rp52.852 miliar," ujar dia.


Baca juga: OJK imbau Bank NTT segera penuhi modal inti minimum

Baca juga: OJK cabut izin usaha PT RSF di Jakarta


Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Bernadus Tokan
Copyright © ANTARA 2025