Kupang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menyatakan wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT), ikut berpotensi terkena dampak aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) di Samudera Hindia.
"Tentu, wilayah NTT turut berpotensi terkena dampak MJO berupa curah hujan, kecuali gelombang laut," kata Kepala BMKG Stasiun El Tari, Bambang Santiajid kepada Antara di Kupang, Minggu (3/3), terkait dampak MJO.
Saat ini teridentifikasi adanya aktivitas MJO di Samudera Hindia. Variasi intra musim, yang merupakan salah satu variasi yang dominan di wilayah tropis. Dari pengamatan radar secara kontinyu telah diidentifikasi pola hubungan yang baik antara variasi intra musim yang berupa aktivitas pertumbuhan awan dengan angin zonal yang teramati oleh radar, yang keduanya memiliki osilasi 40-50 hari.
MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari Barat (Samudera Hindia) ke Timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan.
Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
Baca juga: Bencana hidrometeorologi masih mengancam NTT
Selain MJO, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa.
Karena itu,?BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada ?pada periode awal Maret 2019, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
"Kondisi ini dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019," kata Bambang.
Baca juga: BMKG: Ada bibit siklon di Laut Timor
Baca juga: BMKG: Pertemuan massa udara picu hujan lebat di NTT
"Tentu, wilayah NTT turut berpotensi terkena dampak MJO berupa curah hujan, kecuali gelombang laut," kata Kepala BMKG Stasiun El Tari, Bambang Santiajid kepada Antara di Kupang, Minggu (3/3), terkait dampak MJO.
Saat ini teridentifikasi adanya aktivitas MJO di Samudera Hindia. Variasi intra musim, yang merupakan salah satu variasi yang dominan di wilayah tropis. Dari pengamatan radar secara kontinyu telah diidentifikasi pola hubungan yang baik antara variasi intra musim yang berupa aktivitas pertumbuhan awan dengan angin zonal yang teramati oleh radar, yang keduanya memiliki osilasi 40-50 hari.
MJO merupakan fenomena gelombang atmosfer yang bergerak merambat dari Barat (Samudera Hindia) ke Timur dan dapat meningkatkan potensi curah hujan di daerah yang dilaluinya.
MJO diprakirakan akan bergerak melintas wilayah Indonesia yang dapat bertahan hingga satu minggu ke depan.
Kondisi ini menyebabkan masuknya aliran massa udara basah dari Samudera Hindia ke wilayah Indonesia, khususnya di Indonesia bagian Barat dan Tengah, yang membawa dampak meningkatnya potensi curah hujan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.
Baca juga: Bencana hidrometeorologi masih mengancam NTT
Selain MJO, dari analisis pola pergerakan angin, BMKG mendeteksi adanya sirkulasi siklonik di Samudera Hindia Barat Sumatera yang membentuk daerah pertemuan angin cukup konsisten di wilayah Sumatera, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Jawa.
Karena itu,?BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tetap waspada ?pada periode awal Maret 2019, khususnya dampak dari potensi curah hujan tinggi yang dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
"Kondisi ini dapat meningkat hingga pertengahan Maret 2019," kata Bambang.
Baca juga: BMKG: Ada bibit siklon di Laut Timor
Baca juga: BMKG: Pertemuan massa udara picu hujan lebat di NTT