Labuan Bajo (ANTARA) - Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo mengingatkan para nakhoda kapal wisata dan nakhoda kapal lainnya untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem di perairan Labuan Bajo dan perairan kawasan Taman Nasional (TN) Komodo.

"Terutama selatan Pulau Padar, Pulau Komodo dan Pulau Rinca karena perkiraan gelombang tinggi, arus dan angin kuat," kata Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa.

Ia menambahkan peringatan tersebut telah disampaikan melalui Notice to Mariners (NtM) atau pemberitahuan kepada nakhoda kapal tentang peringatan potensi cuaca ekstrem.

"Kami mengingatkan agar memperhatikan prakiraan cuaca dan peringatan dini BMKG mulai tanggal 9-12 Juli 2025 agar menghindari perairan yang berpotensi cuaca ekstrem di Labuan Bajo terutama selatan Pulau Padar, Pulau Komodo dan Pulau Rinca," katanya.

AMP Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto. (ANTARA/Gecio Viana)

Ia meminta para nakhoda kapal agar tetap waspada dan memperhatikan cuaca melalui https://peta-maritim.bmkg.go.id/ofs/ dan memastikan kelaiklautan kapal sertavberlindung jika cuaca buruk.

"Memberitahukan kepada kapal lainnya jika mengetahui adanya bahaya cuaca," ujarnya.

Selama cuaca buruk, kata dia, pelayanan surat persetujuan berlayar (SPB) diberikan dengan tujuan hanya ke Pulau Rinca.

Sementara itu, untuk kapal kayu yang berukuran kecil dan kapal open deck dilakukan penundaan pelayanan SPB sampai cuaca kembali aman.

"Selalu berkoordinasi dengan Syahbandar dan Basarnas jika mengetahui cuaca semakin memburuk," katanya.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran mengatakan saat ini wilayah Manggarai Barat, khususnya perairan Labuan Bajo dan kawasan selatan TNK, tengah mengalami peningkatan risiko cuaca ekstrem akibat menguat monsun Australia, tinggi gelombang signifikan, dan ditambah adanya partikel halus dari abu vulkanik pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang masih melayang di udara dekat permukaan.

"Itu berdasarkan prakiraan cuaca maritim BMKG dan pengamatan pola atmosfer regional," katanya.

Ia menambahkan faktor meteorologis yang mempengaruhi adalah aktifnya angin monsun Australia, dimana angin kencang dari arah tenggara memicu peningkatan gelombang laut di Selat Sape bagian selatan dan sekitarnya.

"Kecepatan angin permukaan kurang lebih 15 knot memperkuat arus laut permukaan dan menimbulkan kondisi laut yang tidak bersahabat bagi kapal kecil-kecil, terutama kapal wisata dan nelayan," katanya.

Berdasarkan prakiraan terkini BMKG Maritim Tenau, untuk tanggal 9-12 Juli 2025, gelombang di wilayah perairan selatan Padar dapat mencapai 2,2–2,7 meter, termasuk kategori tinggi bagi kapal kecil dan kapal open deck.

Wilayah tersebut, ujar dia, secara geografis merupakan zona semi terbuka yang membuatnya sangat rentan terhadap gelombang tinggi dan angin kencang.

Selain itu, keberadaan abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang sempat menjadi hujan abu di Labuan Bajo dan dipastikan juga ada di wilayah perairan TNK masih berpotensi tersebar di udara, khususnya pada pagi dan malam hari.

Abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dapat mengaburkan visibilitas, mengganggu pernapasan awak kapal, serta menyebabkan gangguan pada sistem filtrasi dan mesin kapal.


Pewarta : Gecio Viana
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025