Betun, NTT (ANTARA) - PT Inti Daya Kencana (IDK) sebagai perusahaan pertama yang melakukan investasi tambak garam di Kabupaten Malaka, Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur menargetkan produksi garam di kawasan itu mencapai 700.000 metrik ton/tahun.

General Manager Operasional PT IDK Johanes Tarigan kepada wartawan di Betun, Ibu kota Kabupaten Malaka, Kamis (28/3) mengatakan ada sekitar 2.500 hektare lahan potensial yang bisa digarap dengan perhitungan produksi bisa mencapai 700.000 metrik ton per tahun.

Saat ini proses produksi garam sudah dilakukan di Desa Rabasa, Kecamatan Malaka Barat seluas 32 hektare yang ditargetkan panen pertama pada Mei 2019 mendatangkan.

Sedangkan lokasi produksi lainnya dengan seluas 268 hektare di Kecamatan Wekiku yang sedang dalam proses persiapan lahan untuk mulai berproduksi.

"Untuk sisa lahan lainnya masih dalam proses pengurusan izin lingkungan, ketika semuanya sudah selesai dan mulai berjalan maka kami akan kejar target produksi ini," katanya.

Menurutnya, daerah Malaka yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste tersebut bisa menjadi penghasil garam terbesar di NTT.

Wilayah Malaka, lanjutnya, memiliki sejumlah keunggulan berupa cuaca yang panas, laut yang masih bersih, dan kondisi tanah yang sesuai dengan parameter garam yaitu berupa tanah liat sehingga memperkecil resapan air.

"Selain itu tanah di sini juga datar dan luas serta tidak berbatu-batu. Dari survey kami, potensi ini jarang ditemukan di daerah lain," katanya.

Johanes menambahkan, PT IDK sebagai perusahaan pertama yang mengembangkan garam di Malaka akan berupaya serius mencapai target produksi sesuai potensi yang ada.

"Sehingga kalau produksi bisa capai target nanti ditambah dengan hasil garam dari daerah lainnya di NTT maka sesuai dengan harapan Pemerintah NTT, kita bisa menyumbang 1 juta ton garam industri untuk kebutuhan nasional," katanya.

Baca juga: 100 pekerja sudah terserap di sektor pertambakan garam
Baca juga: Masyarakat diminta tak terprovokasi soal pembangunan garam

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024