Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Melki Laka Lena mengatakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) menjadi salah satu tulang punggung transisi energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki oleh provinsi berbasis kepulauan itu.  

“Saat ini EBT kita baru 10 sampai 15 persen atau 42 megawatt, tetapi 'roadmap' kita jelas karena tambahan hingga 300 MW EBT hingga 2028 sehingga porsinya melonjak menjadi 42,6 persen,” katanya di Kupang Jumat.  

Hal ini disampaikannya berkaitan dengan perkembangan pembangunan EBT yang ada di Nusa Tenggara Timur yang dinilai memiliki banyak sekali EBT.

Melki mengatakan NTT adalah tanah kaya potensi energi baru terbarukan. Saat ini NTT memiliki potensi angin mencapai 10.188 MW, air 369,5 MW, surya 60,13 GWp, bioenergi 746,8 MW, dan panas bumi 1.149 MW.

Lebih lanjut, ia mengatakan di tahun 2023, NTT bangun PLTS terpusat off-grid di 21 lokasi, tahun 2024 jumlah PLTS tersebar meningkat menjadi 226.

“Tahun depan kita rencanakan 47 unit PLTS baru yang akan menjangkau lebih banyak desa dan pulau kecil,” ujar Melki. 

Melki mengatakan contoh nyata keberhasilan inovasi itu, dapat disaksikan di Pulau Semau. Di pulau itu NTT membangun sistem pembangkit hibrid, perpaduan Pembangkit Listrik Tenaga Surya berkapasitas 450 kWp dan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel 1.380 kW. 

“Hasilnya luar biasa kita bisa hemat bahan bakar hingga Rp1,17 miliar per tahun, dan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 180 ton CO2 pada tahun 2024.” ujar dia.

Di tahun 2025 berdasarkan laporan, kontribusi energi terbarukan di Pulau Semau tetap stabil di kisaran 10–12 persen dan berhasil menurunkan konsumsi BBM sekitar 8 hingga 9 persen. 

Menurut Melki, itu bukan sekadar angka, tetapi bukti nyata bahwa teknologi hijau mampu memberi manfaat ekonomi sekaligus melindungi lingkungan. 

“Namun kita juga jujur mengakui,biaya investasi EBT masih tinggi. Membangun PLTS 'off-grid' memerlukan sekitar Rp130 juta per kWp, sementara membangun Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 1 MWe membutuhkan kurang lebih Rp48 miliar. Selain itu, kita masih harus terus meningkatkan pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap proyek-proyek ini baik panas bumi maupun PLTS terpusat,” ujar dia.

Karena itulah Melki mengatakan NTT bergerak dengan program-program strategis seperti PLTS dana alokasi khusus Infrastruktur EBT di Sumba, ACCESS Project di Sumba Barat dan Sumba Barat Daya, serta Program MENTARI di Sumba Tengah yang telah melistriki ratusan rumah tangga dan fasilitas umum.

 


Pewarta : Kornelis Kaha
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2025