Kupang (Antara NTT) - Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Timur mencatat pertumbuhan ekonomi di daerah berpenduduk 5,03 juta jiwa itu paling banyak disumbang dari sektor konstruksi.

"Dalam setahun terakhir ini banyak infrastruktur jalan dan jembatan serta waduk dan bendungan Raknamo dan Rotiklot termasuk gedung-gedung besar seperti kantor gubernur dan gedung kantor BI Perwakilan NTT yang dibangun," kata Kepala BPS NTT, Maritje Pattiwalapia di Kupang, Rabu.

Khusus pembangunan kantor gubernur yang menelan dana sebesar Rp178 miliar dari APBD NTT itu meskipun mendapatkan penilaian miring dari kalangan DPRD NTT, namun dampak lainnya mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat setempat.

"Pembangunan kantor itu bertepatan dengan masyarakat NTT mengalami masa sulit seperti kemiskinan, kemelaratan dan apakah ini sangat representatif," tanya anggota DPRD NTT Yukun Lepa dalam satu kesempatan dialog dengan pihak eksekutif.

Menurut Ketua DPW PKB NTT itu pembangunan kantor itu kurang melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat NTT.

Sementara khusus untuk pembangunan infrastruktur jalan di NTT berdasarkan data dari Dinas PU dan Komisi V DPR RI, pada 2016 NTT dapat dana untuk pembangunan infrastruktur sebesar Rp1,7 triliun atau meningkat drastis dari tahun sebelumnya untuk pembangunan infrastruktur Rp500 miliar.

"Alokasi APBN untuk NTT sudah mengalami peningkatan signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya Rp500 miliar. Namun, sekarang sudah Rp1,7 triliun," katanya.

Bukan cuma itu, menurut dia, dana Program Infrastruktur Sarana Wilayah (Pisaw) untuk Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 2016 sebesar Rp1,3 miliar.

Sementara itu, kata dia, peningkatan investasi diperkirakan masih terjadi seiring dengan realisasi proyek-proyek Pemerintah, diantaranya berupa infrastruktur SDA serta perbaikan konektivitas.

Peningkatan investasi juga ditopang oleh investasi swasta, terutama di bidang perkebunan dan pariwisata.

Relatif rendahnya inflasi di tahun 2016 serta adanya potensi kenaikan harga minyak dunia di tahun 2017 mengakibatkan meningkatnya perkiraan inflasi NTT pada kisaran 4,4-4,8 persen, meskipun masih dalam rentang target Bank Indonesia, yaitu sebesar 4,1 persen.

Untuk itu, diharapkan adanya peningkatan sinergitas dan koordinasi dalam ruang lingkup Tim Pengendalian Inflasi Daerah baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota demi menjaga laju inflasi tahun 2017 yang rendah dan stabil.

Sasaran akhirnya adalah mewujudkan proyeksi Pertumbuhan ekonomi daerah setempat pada 2017 diperkirakan pada level 5,2 - 5,6 persen (yoy) atau masih lebih tinggi dibanding tahun 2016. 

Pewarta : Hironimus Bifel
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2025