Kupang (ANTARA) - Warga eks Timor Timur yang bermukim di Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur merasa terbantu dengan keberadaan rumah merah putih, sebagai wahana tempat belajar (baca dan tulis) yang bertujuan membebaskan mereka dari ancaman buta aksara.
“Saya memang tidak bisa baca sama sekali sejak lahir sampai saat ini. Tetapi keberadaan rumah merah putih ini melalui Pak Brigpol Kresna Ola membuat setidaknya tahu membaca tapi sedikit saja,” kata Marance do Santos kepada Antara di Desa Kenebibi, Kabupaten Belu, Minggu (2/6).
Hal ini disampaikannya saat ANTARA menyambangi proses belajar mengajar Komunitas Buta Aksara di rumah merah putih yang dibangun berkat swadaya masyarakat sekitar dan kepolisian daerah NTT.
Marance mengatakan bahwa sudah tiga tahun dirinya belajar baca dan tulis yang diajarkan oleh Brigpol Krena Ola.
Pria tua yang mengaku sudah berumur 60 tahun ini mengatakan apa yang dialami oleh dirinya dan istrinya yang tak bisa membaca juga tidak ingin kelak dialami oleh anak-anaknya.
“Oleh karena itu terhadap empat orang anak kami, kami keras dan suruh mereka rajin belajar dan sekolah agar kelak tidak seperti kami,” kata Marance yang sudah jalan empat tahun bergabung dengan Komunitas Buta Aksara itu.
Hal yang sama juga diakui oleh Maria Kolo. Ia mengaku saat ini dirinya sudah bisa membaca dan menulis walaupun hanya mengeja saja.
“Hanya bisa tulis huruf dan angka dan mengeja saja. Tetapi ini sudah sangat terbantu,” tambah dia.
Wanita berusia 42 tahun itu juga mengaku bahwa lima orang anaknya semuanya ia suruh sekolah.
Ia bersyukur keberadan dari rumah merah putih berkat inisiatif dari Brigpol Kresna itu mampu membuat dirinya dan 39 warga di desa tersebut menjadi bisa membaca walaupun harus pelan-pelan.
Sementara itu Bhabinkamtibmas Brigpol Kresna mengaku bahwa sebelum rumah merah putih dibangun, pada tahun 2015, dia mengumpulkan warga sekitar di bawah pohon dan mulai mengajari membaca.
“Ini saya sengaja buat untuk mengurangi angka kriminalitas di desa ini, mengingat pertama kali saya bertugas di sini banyak sekali kasus pencurian di desa ini,” tambah dia.
Pembangunan rumah merah putih ini juga, kata dia, berkat bantuan masyarakat di desa itu karena memang warga melihat untuk belajar diperlukan sebuah ruangan.
“Saya memang tidak bisa baca sama sekali sejak lahir sampai saat ini. Tetapi keberadaan rumah merah putih ini melalui Pak Brigpol Kresna Ola membuat setidaknya tahu membaca tapi sedikit saja,” kata Marance do Santos kepada Antara di Desa Kenebibi, Kabupaten Belu, Minggu (2/6).
Hal ini disampaikannya saat ANTARA menyambangi proses belajar mengajar Komunitas Buta Aksara di rumah merah putih yang dibangun berkat swadaya masyarakat sekitar dan kepolisian daerah NTT.
Marance mengatakan bahwa sudah tiga tahun dirinya belajar baca dan tulis yang diajarkan oleh Brigpol Krena Ola.
Pria tua yang mengaku sudah berumur 60 tahun ini mengatakan apa yang dialami oleh dirinya dan istrinya yang tak bisa membaca juga tidak ingin kelak dialami oleh anak-anaknya.
“Oleh karena itu terhadap empat orang anak kami, kami keras dan suruh mereka rajin belajar dan sekolah agar kelak tidak seperti kami,” kata Marance yang sudah jalan empat tahun bergabung dengan Komunitas Buta Aksara itu.
Hal yang sama juga diakui oleh Maria Kolo. Ia mengaku saat ini dirinya sudah bisa membaca dan menulis walaupun hanya mengeja saja.
“Hanya bisa tulis huruf dan angka dan mengeja saja. Tetapi ini sudah sangat terbantu,” tambah dia.
Wanita berusia 42 tahun itu juga mengaku bahwa lima orang anaknya semuanya ia suruh sekolah.
Ia bersyukur keberadan dari rumah merah putih berkat inisiatif dari Brigpol Kresna itu mampu membuat dirinya dan 39 warga di desa tersebut menjadi bisa membaca walaupun harus pelan-pelan.
Sementara itu Bhabinkamtibmas Brigpol Kresna mengaku bahwa sebelum rumah merah putih dibangun, pada tahun 2015, dia mengumpulkan warga sekitar di bawah pohon dan mulai mengajari membaca.
“Ini saya sengaja buat untuk mengurangi angka kriminalitas di desa ini, mengingat pertama kali saya bertugas di sini banyak sekali kasus pencurian di desa ini,” tambah dia.
Pembangunan rumah merah putih ini juga, kata dia, berkat bantuan masyarakat di desa itu karena memang warga melihat untuk belajar diperlukan sebuah ruangan.