Kupang (ANTARA) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Bungtilu Laiskodat mengaku optimistis bisa membantu mengurangi defisit neraca perdagangan nasional dengan meningkatkan produksi komoditi garam yang sedang dikembangkan di sejumlah kawasan di wilayah provinsi kepulauan ini.

"Defisit neraca perdagangan Indonesia cukup lumayan, namun kami siap membantu mengurangi defisit tersebut lewat peningkafan produksi garam," katanya di Kupang, Senin (3/6).

Gubernur Laiskodat menargetkan NTT mampu memproduksi 1,5 juta metrik ton untuk kebutuhan nasional paling lambat pada 2025. Sedang, kebutuhan garam nasional yang diimpor pada tahun 2019  mencapai sebanyak 3,7 juta metrik ton. 

"Saya ingin 2025 kita menghasilkan 1,5 juta metrik ton garam, sehingga bisa mengurangi desifit. Ini bisa menjadi sumbangan NTT mengurangi defisit perdagangan negara ini," katanya.

Sebelumnya, Gubernur Viktor telah meninjau lokasi produksi garam di sejumlah daerah seperti Kabupaten Malaka yang digarap PT Inti Daya Kencana dan Kabupaten Kupang oleh PT Timor Livestock Lestari.

Ia mengatakan, potensi lahan garam di kedua kabupaten tersebut mencapai hingga 8.000 hektare. "Jika 8.000 hektare itu dikelola dengan baik, maka akan menghasilkan 1,5 juta metrik ton garam. Ini lah yang membuat NTT akan menjadi daerah yang hebat, karena produksi garamnya," katanya.

Jumlah tersebut, kata dia, belum termasuk dengan kawasan tambak garam lain di kabupaten lain seperti di Sabu Raijua, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Nagekeo, serta Rote Ndao.

Baca juga: Masneno dukung PKGD bangun industri garam di Babau
Baca juga: Potensi garam di Malaka 700.000 metrik ton/tahun

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024