Kupang (ANTARA) - Nelayan tangkap yang berbasis di TPI Tenau Kupang Muhamad Nasir mengemukakan jumlah nelayan yang melaut menggunakan kapal Pole and Line dengan tangkapan utama berupa ikan cakalang dan tuna di daerah setempat semakin berkurang.

"Jumlah nelayan kapal pole and line di Kota Kupang seiring dengan perjalanan waktu terus berkurang. Dulu lebih dari 20 kapal, namun sekarang tinggal sekitar 10 kapal," katanya di Kupang, Kamis (13/6).

Menurut dia, hal ini bisa disebabkan karena hasil tangkapan ikan kapal-kapal pole and line yang sering kali menurun drastis sehingga pemilik kapal kesulitan mengembangkan usahanya.

Selain itu, lanjutnya, kapal-kapal pole and line juga membutuhkan biaya operasional yang cukup besar seperti bahan bakar, peralatan untuk melaut maupun biaya perbaikan kapal.

"Banyak kapal juga yang sudah rusak tapi tidak diperbaiki lagi, ada juga kapal pole and line yang akhirnya hijrah ke wilayah Pulau Flores," kata pemilik sekaligus nahkoda kapal nelayan pole and line KM Nurul Hikamah itu.

Secara terpisah, Sekretaris Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Provinsi NTT, Wham Nurdin Wahid mengakui jumlah nelayan pole and line di daerah setempat juga terus berkurang seiring berjalannya waktu.

Baca juga: Dua kapal nelayan diamankan karena tidak miliki izin operasi

Menurut dia, para nelayan sangat sering mengeluhkan hasil tangkapan berkurang karena berbagai penyebab, salah satunya kehadiran kapal-kapal purse seine dari luar yang menangkap ikan di sekitar perairan NTT.

"Kapal-kapal purse seine besar dari luar ini sekali lepas pukat bisa mendapat minimal 50 ton, mereka juga pasang rumpon sehingga migrasi ikan masuk ke perairan kita terhalang," katanya.

Wham mengatakan, keadaan ini sudah disampaikan kepada pemerintah daerah setempat sehingga pihaknya berharap dapat menjadi perhatian serius, karena nelayan pole and line ini berada di garda terdepan yang selama ini menangkap ikan-ikan cakalang yang disebut-sebut sebagai primadonanya NTT.

Baca juga: Nelayan Kupang didorong untuk ikut asuransi
Baca juga: Nelayan Kupang untuk sementara tidak melaut

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024