Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr Ahmad Atang, MSi menilai hasil pilpres dengan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menegaskan bahwa beroperasinya politik identitas tidak cukup kuat digunakan dalam Pilpres 2019.
"Memang ada problem ideologis karena menguatnya politik identitas yang dieksploitasi secara masif melalui isu SARA, tetapi hasil pilpres dengan kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin menegaskan bahwa beroperasinya politik identitas tidak cukup kuat digunakan dalam pilpres sekarang," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Senin (1/7).
Menurut dia, fakta politik telah memberikan pelajaran bahwa perbedaan dan keterbelaan masyarakat hanya muncul di proses, namun akan meredah setelah diketahui hasilnya.
Keyakinan ini didasarkan pada kenyataan sosiologis bahwa, politik paternalistik sangat berpengaruh terhadap resolusi sosial di akar rumput, kata Ahmad Atang. "Ini yang kemudian seolah-olah ada yang merasa kalah dan dikalahkan sehingga secara psikologis ada beban sejarah," katanya.
Kondisi tersebut tergambar dari belum siapnya kekuatan politik aliran menerima keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), dengan kekalahan pasangan Prabowo-Sandiaga sebagai simbol perjuangan.
"Terlepas dari itu, apabila kelompok ini masih mencari cara dengan gerakan rakyat, maka menjadi tugasnya aparat keamanan untuk menanganinya," demikian Ahmad Atang.
Jokowi hargai Prabowo untuk gugat hasil pemilu ke MK (ANTARA FOTO/Hanni Sofia)
"Memang ada problem ideologis karena menguatnya politik identitas yang dieksploitasi secara masif melalui isu SARA, tetapi hasil pilpres dengan kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin menegaskan bahwa beroperasinya politik identitas tidak cukup kuat digunakan dalam pilpres sekarang," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Senin (1/7).
Menurut dia, fakta politik telah memberikan pelajaran bahwa perbedaan dan keterbelaan masyarakat hanya muncul di proses, namun akan meredah setelah diketahui hasilnya.
Keyakinan ini didasarkan pada kenyataan sosiologis bahwa, politik paternalistik sangat berpengaruh terhadap resolusi sosial di akar rumput, kata Ahmad Atang. "Ini yang kemudian seolah-olah ada yang merasa kalah dan dikalahkan sehingga secara psikologis ada beban sejarah," katanya.
Kondisi tersebut tergambar dari belum siapnya kekuatan politik aliran menerima keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), dengan kekalahan pasangan Prabowo-Sandiaga sebagai simbol perjuangan.
"Terlepas dari itu, apabila kelompok ini masih mencari cara dengan gerakan rakyat, maka menjadi tugasnya aparat keamanan untuk menanganinya," demikian Ahmad Atang.