Kupang (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan indeks harga konsumen di Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami inflasi pada triwulan III-2019 dengan kisaran antara 2,9 persen hingga 3,5 persen.

"Inflasi triwulan III ini terutama disebabkan kelompok bahan makanan seperti beras, sayur-sayuran, dan bumbu-bumbu seiring produksi yang terbatas karena memasuki musim kemarau," demikian Laporan Perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Timur dari hasil kajian Bank Indonesia yang diterima ANTARA di Kupang, Kamis (25/7).

Selain itu, tahun ajaran baru pada triwulan III-2019 juga diperkirakan akan mendorong terjadinya inflasi terutama biaya sekolah dan seragam untuk peserta didik.

Menurut BI, secara tahunan, pertumbuhan inflasi di NTT pada akhir 2019 diperkirakan pada kisaran 2,4-2,8 persen atau sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 3,07 persen. Melambatnya inflasi tersebut diperkirakan disebabkan adanya peningkatan pasokan kelompok bahan makanan yang banyak didatangkan dari daerah lain.

Di antaranya seperti komoditi beras, daging dan telur ayam ras, cabai merah serta normalisasi harga sayur-sayuran pasca kenaikan yang cukup tinggi pada tahun sebelumnya. Selain itu, cukai rokok yang tidak dinaikkan pemeritnah serta penurunan harga tarif listrik turut menjadi penahan inflasi pada 2019.

Bank Indonesia menyebutkan, di samping itu, peringatan hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri dan Natal dapat memberikan tekanan pada inflasi secara umum terutama pada kelompok bahan makanan dan tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan masyarakat.

Baca juga: Mahalnya tiket pesawat picu inflasi di NTT
Baca juga: Inflasi triwulan II/2019 diperkirakan meningkat

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024