Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang Dr. Ahmad Atang, MSi mengatakan, pertemuan para petinggi partai sebagaimana yang dilakukan Demokrat, PAN dengan Jokowi dan terakhir Partai Gerindra dengan Jokowi dan Megawati, memperlihatkan adanya keinginan partai yang berseberangan pada pilpres bergabung dalam mendukung pemerintahan Jokowi.
"Pertemuan elit partai politik ini juga semakin memperlihatkan bahwa, ada kemauan kuat untuk saling bergandengan tangan dalam mempererat persatuan dan membangun bangsa ini secara bersama-sama," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Minggu (28/7).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan pertemuan sejumlah elite politik partai belakangan ini, dan apakah ini sebagai pertanda bahwa akan semakin mempererat persatuan bangsa.
Menurut Ahmad Atang, apa yang dilakukan oleh partai politik tersebut beralasan karena koalisi 02 telah dibubarkan, dan masing-masin partai mengambil keputusan sendiri apakah bergabung dengan pemerintah atau menjadi oposisi.
Dia menambahkan, bergabung atau tidaknya parpol yang berseberangan dalam Pilpres ke dalam pemerintahan, semuanya sangat bergantung pada Presiden Joko Widodo.
Oportunis Parasit
Dia meyakini, dalam waktu dekat belum ada keputusan apa-apa dari Jokowi terkait keinginan bergabungnya partai koalisi 02 dalam pemerintahan.
Baca juga: Partai Gerindra berpeluang bergabung dalam koalisi 01
Jokowi kata dia, akan melihat momentum, sekaligus kesungguhan partai-partai tersebut dalam memberikan dukungan nyata kepada pemerintahan.
"Jika bergabungnya partai oposisi hanya semata-mata berkeinginan untuk mendukung Pemerintah Jokowi, maka menurut saya tidak bermakna apa-apa bahkan cenderung memperlihatkan perilaku politik oportunis dan parasit karena berorientasi kekuasaan dan jangka pendek," katanya.
Namun bagi Ahmad Atang, jika orientasi bergabungnya partai oposisi adalah untuk membangun pendidikan politik yang elegan kepada publik, maka di sini para elit menunjukkan kepada publik bahwa kompetisi dalam demokrasi adalah sebuah keniscayaan, namun persatuan dan kesatuan bangsa dan negara harus diutamakan.
"Jangan sampai di panggung depan terlihat bersatu akan tetapi di panggung belakang sedang terjadi negosiasi dan kompromistis," kata Ahmad Atang.
Apabila itu yang terjadi maka sesungguhnya para elit sedang mempraktikkan kesadaran semu di mata publik, kata pengajar ilmu politik pada sejumlah perguruan tinggi di NTT itu.
Baca juga: Gerindra dalam pusaran koalisi
"Pertemuan elit partai politik ini juga semakin memperlihatkan bahwa, ada kemauan kuat untuk saling bergandengan tangan dalam mempererat persatuan dan membangun bangsa ini secara bersama-sama," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Minggu (28/7).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan pertemuan sejumlah elite politik partai belakangan ini, dan apakah ini sebagai pertanda bahwa akan semakin mempererat persatuan bangsa.
Menurut Ahmad Atang, apa yang dilakukan oleh partai politik tersebut beralasan karena koalisi 02 telah dibubarkan, dan masing-masin partai mengambil keputusan sendiri apakah bergabung dengan pemerintah atau menjadi oposisi.
Dia menambahkan, bergabung atau tidaknya parpol yang berseberangan dalam Pilpres ke dalam pemerintahan, semuanya sangat bergantung pada Presiden Joko Widodo.
Oportunis Parasit
Dia meyakini, dalam waktu dekat belum ada keputusan apa-apa dari Jokowi terkait keinginan bergabungnya partai koalisi 02 dalam pemerintahan.
Baca juga: Partai Gerindra berpeluang bergabung dalam koalisi 01
Jokowi kata dia, akan melihat momentum, sekaligus kesungguhan partai-partai tersebut dalam memberikan dukungan nyata kepada pemerintahan.
"Jika bergabungnya partai oposisi hanya semata-mata berkeinginan untuk mendukung Pemerintah Jokowi, maka menurut saya tidak bermakna apa-apa bahkan cenderung memperlihatkan perilaku politik oportunis dan parasit karena berorientasi kekuasaan dan jangka pendek," katanya.
Namun bagi Ahmad Atang, jika orientasi bergabungnya partai oposisi adalah untuk membangun pendidikan politik yang elegan kepada publik, maka di sini para elit menunjukkan kepada publik bahwa kompetisi dalam demokrasi adalah sebuah keniscayaan, namun persatuan dan kesatuan bangsa dan negara harus diutamakan.
"Jangan sampai di panggung depan terlihat bersatu akan tetapi di panggung belakang sedang terjadi negosiasi dan kompromistis," kata Ahmad Atang.
Apabila itu yang terjadi maka sesungguhnya para elit sedang mempraktikkan kesadaran semu di mata publik, kata pengajar ilmu politik pada sejumlah perguruan tinggi di NTT itu.
Baca juga: Gerindra dalam pusaran koalisi