Kupang (ANTARA) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Ganef Wurgiyanto, mengatakan peristiwa terdamparnya 17 ekor paus di Kabupaten Sabu Raijua beberapa waktu lalu merupakan fenomena alamiah.
"Secara teknis peristiwa terdamparnya belasan paus di Sabu adalah fenomena alamiah," katanya di Kupang, Sabtu (12/10), terkait penyebab terdamparnya 17 ekor paus di Kabupaten Sabu Raijua.
Dia mengatakan, pada dasarnya ikan maupun mamalia perairan seperti paus melakukan migrasi dengan tujuan mencari makan, berpijah (berkembang biak) dan menyesuaikan suhu tubuh.
Makanan paus, lanjutnya, di antaranya berupa ikan-ikan kecil (pelagis kecil), udang kecil yang pada umumnya berada di perairan pesisir pantai.
Baca juga: Paus terdampar di Sabu perlu dikaji penyebabnya
Baca juga: Kata Dr Chaterina: Jarang paus terdampar
Karena itu, pihaknya menduga kuat terdamparnya belasan ekor paus di daerah itu karena memburu mangsa hingga ke pinggir pantai sehingga terjebak.
"Karena pada saat ini di beberapa wilayah perairan di pesisir Sabu terdapat kelimpahan biaomassa pelagis kecil," ujar mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu.
Ganef menambahkan, untuk itu upaya yang dilakukan dengan mengarahkan dan mendorong paus tersebut ke perairan lepas.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 17 ekor paus pilot yang terlindungi terdampar di Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua pada Kamis (10/10).
Dari belasan ekor paus itu, terdapat 10 ekor di antaranya berhasil diselamatkan warga sekitar dan dilepasliarkan kembali, sementara tujuh ekor lainnya mati.
Secara terpisah, Kepala Balai Konservasi Kawasan Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Ikram Sengadji, menilai beberapa ekor paus yang mati tersebut akibat dipindahkan dengan cara yang tidak tepat.
"Kami sudah melihat langsung tujuh ekor paus yang mati tersebut, dan sepertinya ada kesalahan saat memindahkan hewan-hewan itu ke tengah laut, sehingga mati," katanya kepada Antara di Kupang.
Baca juga: Ada kesalahan memindahkan paus pilot sehingga mati
Baca juga: Belasan ekor paus terdampar di Sabu Raijua
"Secara teknis peristiwa terdamparnya belasan paus di Sabu adalah fenomena alamiah," katanya di Kupang, Sabtu (12/10), terkait penyebab terdamparnya 17 ekor paus di Kabupaten Sabu Raijua.
Dia mengatakan, pada dasarnya ikan maupun mamalia perairan seperti paus melakukan migrasi dengan tujuan mencari makan, berpijah (berkembang biak) dan menyesuaikan suhu tubuh.
Makanan paus, lanjutnya, di antaranya berupa ikan-ikan kecil (pelagis kecil), udang kecil yang pada umumnya berada di perairan pesisir pantai.
Baca juga: Paus terdampar di Sabu perlu dikaji penyebabnya
Baca juga: Kata Dr Chaterina: Jarang paus terdampar
Karena itu, pihaknya menduga kuat terdamparnya belasan ekor paus di daerah itu karena memburu mangsa hingga ke pinggir pantai sehingga terjebak.
"Karena pada saat ini di beberapa wilayah perairan di pesisir Sabu terdapat kelimpahan biaomassa pelagis kecil," ujar mantan Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP NTT itu.
Ganef menambahkan, untuk itu upaya yang dilakukan dengan mengarahkan dan mendorong paus tersebut ke perairan lepas.
Sebelumnya diberitakan, sebanyak 17 ekor paus pilot yang terlindungi terdampar di Desa Menia, Kecamatan Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua pada Kamis (10/10).
Dari belasan ekor paus itu, terdapat 10 ekor di antaranya berhasil diselamatkan warga sekitar dan dilepasliarkan kembali, sementara tujuh ekor lainnya mati.
Secara terpisah, Kepala Balai Konservasi Kawasan Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Ikram Sengadji, menilai beberapa ekor paus yang mati tersebut akibat dipindahkan dengan cara yang tidak tepat.
"Kami sudah melihat langsung tujuh ekor paus yang mati tersebut, dan sepertinya ada kesalahan saat memindahkan hewan-hewan itu ke tengah laut, sehingga mati," katanya kepada Antara di Kupang.
Baca juga: Ada kesalahan memindahkan paus pilot sehingga mati
Baca juga: Belasan ekor paus terdampar di Sabu Raijua