Kupang (Antara NTT) - Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya mengatakan populasi ternak sapi di provinsi kepulauan itu terus bertambah dan telah mencapai lebih dari 930.000 ekor pada tahun 2016.
"Populasi sapi kita terus meningkat dari tahun 2014 sekitar 865.000 ekor dan meningkat pada tahun 2016 mencapai lebih dari 930.000 ekor," kata Gubernur dua periode itu di Kupang, Kamis.
Menurutnya, peningkatan populasi sapi di provinsi kepulauan itu terus bertambah didukung adanya Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab).
"Memang persoalan kita sebelumnya ada di bibit karena kebanyakan `inbreeding` sehingga kualitas bibit menurun karena itu sekarang ada program yang kita sebut betina wajib bunting baik alamiah dan iseminasi buatan terus kita dorong," katanya.
Dia mengatakan dalam tahun 2017 alokasi sapi yang akan diantarpulaukan lebih dari 65.000 ekor.
Dia mengakui banyak kalangan tidak terlalu menyepakati jumlah tersebut karena besarnya kebutuhan di tingkat masyarakat yang harus dipenuhi tetapi dia mengaku akan tetap terus menjaga populasi.
"Tentunya populasi sapi terus kita jaga, karena kalau terus jor-joran kirim keluar itu berdampak pada populasi kita akan terus menurun," katanya.
Dia mengatakan sapi-sapi dari daerah setempat diantarpulaukan secara bertahap dengan kapal tol laut KM Cemara Nusantara namun masih dalam jumlah yang terbatas.
"Kapal itu hanya memuat secara terbatas, kapasitasnya 500 ekor sekali muat sehingga tidak banyak yang bisa dikirim dengan kapal itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Danny Suhadi secara lebih detil menjelaskan pemerintah menargetkan sebanyak 65.300 ekor sapi diantarpulaukan dalam tahun 2017.
"Untuk tahun ini kami menargerkan bisa megirim sekitar 65.300 ekor sapi Bali dan Sumba Ongol ke luar daerah," katanya saat dihubungi di Kupang.
Dia mengatakan target jumlah sapi yang diantarpulaukan dalam tahun 2017 lebih banyak dari capaian tahun 2016 sebanyak 63.400 ekor yang dikirim ke Jakarta, Kalimantan dan sedikit di daerah Sulawesi.
"Penyaluran sapi ke luar daerah sudah sedang kita lakukan dan sudah sekitar 2.000 ekor telah diantarpulaukan," katanya.
Danny memastikan pengiriman sapi ke luar daerah tetap disesuaikan dengan kondisi populasi yang disesuaikan pula dengan kebutuhan dalam daerah.
Gubernur mengatakan daerah tertentu seperti di Pulau Sumba masih sangat membutuhkan kerbau untuk berbagai urusan seperti adat budaya dan juga untuk mendukung pertanian.
"Kalau kerbau punah nanti masyarakat Sumba akan susah karena ternak yang berguna di Sumba itu kerbau selain kuda, dan babi," katanya.
Dia menjelaskan ternak kerbau yang diantapulaukan setiap tahun masih terbatas seperti pada tahun 2016 dengan kuota lebih dari 5.000 ekor namun hanya direalisasikan sekitar 2.500 ekor.
Realisasi ternak kerbau yang diantapulaukan itu mengalami penurunan dibadingkan tahun 2015 dengan jumlah yang dikirim keluar sekitar 3.200 ekor dari kuota 5.000 ekor.
"Memang realisasi kita kirim ke luar daerah masih belum memenuhi kuot setiap tahunnya tapi kita berharap masyarakat tetap beternak kerbau sehingga tidak punah," katanya berharap.
Menurutnya, Pulau Sumba merupakan salah satu daerah dengan populasi ternak kerbau terbanyak dibadingkan daerah lainnya di Nusa Tenggara Timur.
Selain kerbau, katanya, Sumba juga memiliki populasi yang sangat potensial dan terkenal di mana-mana sebagai lumbung kuda Sandelwood.
Secara keseluruhan, populasi kuda di daerah setempat pada tahun 2016 mencapai lebih dari 114.000 ekor juga mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebanyak sekitar 112.900 ekor.
Lebih lanjut, Gubernur mengatakan pemerintah juga segera menggelar parade kuda Sandelwood di Sumba untuk memotivasi masyarakat terus memlihara kuda.
Dia manambahkan, pemerintah terus menjaga agar populasi ternak, kerbau, kuda, sapi, babi, domba dan kambing di daerah setempat terus bertambah.
"Populasi sapi kita terus meningkat dari tahun 2014 sekitar 865.000 ekor dan meningkat pada tahun 2016 mencapai lebih dari 930.000 ekor," kata Gubernur dua periode itu di Kupang, Kamis.
Menurutnya, peningkatan populasi sapi di provinsi kepulauan itu terus bertambah didukung adanya Upaya Khusus Sapi Induk Wajib Bunting (Upsus Siwab).
"Memang persoalan kita sebelumnya ada di bibit karena kebanyakan `inbreeding` sehingga kualitas bibit menurun karena itu sekarang ada program yang kita sebut betina wajib bunting baik alamiah dan iseminasi buatan terus kita dorong," katanya.
Dia mengatakan dalam tahun 2017 alokasi sapi yang akan diantarpulaukan lebih dari 65.000 ekor.
Dia mengakui banyak kalangan tidak terlalu menyepakati jumlah tersebut karena besarnya kebutuhan di tingkat masyarakat yang harus dipenuhi tetapi dia mengaku akan tetap terus menjaga populasi.
"Tentunya populasi sapi terus kita jaga, karena kalau terus jor-joran kirim keluar itu berdampak pada populasi kita akan terus menurun," katanya.
Dia mengatakan sapi-sapi dari daerah setempat diantarpulaukan secara bertahap dengan kapal tol laut KM Cemara Nusantara namun masih dalam jumlah yang terbatas.
"Kapal itu hanya memuat secara terbatas, kapasitasnya 500 ekor sekali muat sehingga tidak banyak yang bisa dikirim dengan kapal itu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan Provinsi NTT Danny Suhadi secara lebih detil menjelaskan pemerintah menargetkan sebanyak 65.300 ekor sapi diantarpulaukan dalam tahun 2017.
"Untuk tahun ini kami menargerkan bisa megirim sekitar 65.300 ekor sapi Bali dan Sumba Ongol ke luar daerah," katanya saat dihubungi di Kupang.
Dia mengatakan target jumlah sapi yang diantarpulaukan dalam tahun 2017 lebih banyak dari capaian tahun 2016 sebanyak 63.400 ekor yang dikirim ke Jakarta, Kalimantan dan sedikit di daerah Sulawesi.
"Penyaluran sapi ke luar daerah sudah sedang kita lakukan dan sudah sekitar 2.000 ekor telah diantarpulaukan," katanya.
Danny memastikan pengiriman sapi ke luar daerah tetap disesuaikan dengan kondisi populasi yang disesuaikan pula dengan kebutuhan dalam daerah.
Berharap tak punah
Di sisi lain, Gubernur Lebu Raya juga berharap agar populasi ternak kerbau di provinsi kepulauan itu tidak punah seiring waktu.
Menurutnya, saat ini jumlah populasi kerbau di NTT masih menunjukkan peningkatan dari 133.000 ekor pada 2014 menjadi 114.000 ekor pada 2016.
Menurutnya, saat ini jumlah populasi kerbau di NTT masih menunjukkan peningkatan dari 133.000 ekor pada 2014 menjadi 114.000 ekor pada 2016.
Gubernur mengatakan daerah tertentu seperti di Pulau Sumba masih sangat membutuhkan kerbau untuk berbagai urusan seperti adat budaya dan juga untuk mendukung pertanian.
"Kalau kerbau punah nanti masyarakat Sumba akan susah karena ternak yang berguna di Sumba itu kerbau selain kuda, dan babi," katanya.
Dia menjelaskan ternak kerbau yang diantapulaukan setiap tahun masih terbatas seperti pada tahun 2016 dengan kuota lebih dari 5.000 ekor namun hanya direalisasikan sekitar 2.500 ekor.
Realisasi ternak kerbau yang diantapulaukan itu mengalami penurunan dibadingkan tahun 2015 dengan jumlah yang dikirim keluar sekitar 3.200 ekor dari kuota 5.000 ekor.
"Memang realisasi kita kirim ke luar daerah masih belum memenuhi kuot setiap tahunnya tapi kita berharap masyarakat tetap beternak kerbau sehingga tidak punah," katanya berharap.
Menurutnya, Pulau Sumba merupakan salah satu daerah dengan populasi ternak kerbau terbanyak dibadingkan daerah lainnya di Nusa Tenggara Timur.
Selain kerbau, katanya, Sumba juga memiliki populasi yang sangat potensial dan terkenal di mana-mana sebagai lumbung kuda Sandelwood.
Secara keseluruhan, populasi kuda di daerah setempat pada tahun 2016 mencapai lebih dari 114.000 ekor juga mengalami peningkatan dari tahun 2014 sebanyak sekitar 112.900 ekor.
Lebih lanjut, Gubernur mengatakan pemerintah juga segera menggelar parade kuda Sandelwood di Sumba untuk memotivasi masyarakat terus memlihara kuda.
Dia manambahkan, pemerintah terus menjaga agar populasi ternak, kerbau, kuda, sapi, babi, domba dan kambing di daerah setempat terus bertambah.