Kupang (Antara NTT) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), telah menebar satu juta benih bandeng di Balai Benih Ikan Tablolong untuk melayani kebutuhan nelayan Pole and Line, pekan lalu.
"Penebaran benih ini merupakan tindaklanjut dari kesepakatan kerja sama dengan para nelayan untuk menggunakan ikan bandeng sebagai umpan Pole and Line," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Antonius Andy Amuntoda kepada Antara di Kupang, Rabu.
Sebanyak 25 nelayan pole and line, sepakat menjalin kerja sama dengan UPT Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan NTT. Dalam kerja sama itu, DKP NTT menyiapkan ikan bandeng dan nelayan membeli untuk dijadikan sebagai umpan.
Dia mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir ini, para nelayan pole and line selalu mengeluh kesulitan mendapatkan umpan hidup pada setiap kali melaut.
Para nelayan kapal pole and line ini mengaku, sering tidak bisa melaut karena ketiadaan umpan, terutama pada saat bulan terang.
Amuntoda menjelaskan, kapal nelayan jenis pole and line merupakan salah satu jenis alat tangkap pancing yang ramah lingkungan yang biasanya dipakai dalam penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Di dalam melakukan penangkapan ikan cakalang, pole and line sangat tergantung terhadap ketersediaan umpan hidup dari bagan.
"Kalau tidak ada umpan, kapal pasti lego jangkar. Tidak bisa melaut karena sangat bergantung pada umpan hidup," katanya.
Menurut dia, umpan ikan yang sering digunakan adalah tembang (Sardinella fimbrata). Umpan liar tersebut dapat diperoleh dari nelayan bagan apung.
"Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh kapal tangkap pole and line saat ini adalah menurunnya ketersediaan umpan hidup," katanya menjelaskan.
Kondisi ini disebabkan karena bagan hanya bisa beroperasi pada bulan gelap, dan ada kecenderungan mulai berkurangnya populasi ikan umpan akibat terlalu banyak ditangkap (over fishing).
"Ikan umpan ini selain ditangkap untuk memenuhi kebutuhan umpan hidup, juga dipasok sebagai ikan konsumsi," katanya.
Karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut DKP NTT telah menabur benih sebanyak satu juta ekor untuk digunakan sebagai ikan umpan hidup bagi nelayan pole and line, kata Amuntoda.
Mengenai kebutuhan dia mengatakan, kebutuhan nelayan pole and line untuk sekali melakukan operasi penangkapan ikan, berkisar antara 25 ribu sampai 40 ribu ekor ikan bandeng tiap kapal atau tergantung besarnya tonase kapal tersebut.
Untuk kapal berukuran 30 groos tone (GT) biasanya membutuhkan ikan umpan bandeng sebanyak 30.000 ekor ikan bandeng ukuran tujuh cm untuk sekali melaut.
Dia mengatakan, UPT Perbenihan akan berupaya memaksimal untuk memenuhi permintaan nelayan pole and line.
"Bibit bandeng yang sudah kami tebar ini akan dipelihara selama satu bulan dan sudah bisa dipanen untuk disuplay ke nelayan untuk dijadikan sebagai umpan hidup," kata Antonius Amuntoda.
"Penebaran benih ini merupakan tindaklanjut dari kesepakatan kerja sama dengan para nelayan untuk menggunakan ikan bandeng sebagai umpan Pole and Line," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan NTT Antonius Andy Amuntoda kepada Antara di Kupang, Rabu.
Sebanyak 25 nelayan pole and line, sepakat menjalin kerja sama dengan UPT Perbenihan Dinas Kelautan dan Perikanan NTT. Dalam kerja sama itu, DKP NTT menyiapkan ikan bandeng dan nelayan membeli untuk dijadikan sebagai umpan.
Dia mengatakan, dalam beberapa bulan terakhir ini, para nelayan pole and line selalu mengeluh kesulitan mendapatkan umpan hidup pada setiap kali melaut.
Para nelayan kapal pole and line ini mengaku, sering tidak bisa melaut karena ketiadaan umpan, terutama pada saat bulan terang.
Amuntoda menjelaskan, kapal nelayan jenis pole and line merupakan salah satu jenis alat tangkap pancing yang ramah lingkungan yang biasanya dipakai dalam penangkapan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis).
Di dalam melakukan penangkapan ikan cakalang, pole and line sangat tergantung terhadap ketersediaan umpan hidup dari bagan.
"Kalau tidak ada umpan, kapal pasti lego jangkar. Tidak bisa melaut karena sangat bergantung pada umpan hidup," katanya.
Menurut dia, umpan ikan yang sering digunakan adalah tembang (Sardinella fimbrata). Umpan liar tersebut dapat diperoleh dari nelayan bagan apung.
"Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh kapal tangkap pole and line saat ini adalah menurunnya ketersediaan umpan hidup," katanya menjelaskan.
Kondisi ini disebabkan karena bagan hanya bisa beroperasi pada bulan gelap, dan ada kecenderungan mulai berkurangnya populasi ikan umpan akibat terlalu banyak ditangkap (over fishing).
"Ikan umpan ini selain ditangkap untuk memenuhi kebutuhan umpan hidup, juga dipasok sebagai ikan konsumsi," katanya.
Karena itu, untuk mengatasi masalah tersebut DKP NTT telah menabur benih sebanyak satu juta ekor untuk digunakan sebagai ikan umpan hidup bagi nelayan pole and line, kata Amuntoda.
Mengenai kebutuhan dia mengatakan, kebutuhan nelayan pole and line untuk sekali melakukan operasi penangkapan ikan, berkisar antara 25 ribu sampai 40 ribu ekor ikan bandeng tiap kapal atau tergantung besarnya tonase kapal tersebut.
Untuk kapal berukuran 30 groos tone (GT) biasanya membutuhkan ikan umpan bandeng sebanyak 30.000 ekor ikan bandeng ukuran tujuh cm untuk sekali melaut.
Dia mengatakan, UPT Perbenihan akan berupaya memaksimal untuk memenuhi permintaan nelayan pole and line.
"Bibit bandeng yang sudah kami tebar ini akan dipelihara selama satu bulan dan sudah bisa dipanen untuk disuplay ke nelayan untuk dijadikan sebagai umpan hidup," kata Antonius Amuntoda.