Perikanan Budidaya di Belu Didominasi Bandeng

id Bandeng

Perikanan Budidaya di Belu Didominasi Bandeng

Hasil budidaya ikan bandeng di Kabupaten Belu, NTT

"Hampir semua usaha budidaya perikanan air tawar didominasi ikan bandeng itu pun masih dilakukan dalam skala kecil atau rumah tangga," kata Margareta Sin.
Kupang (Antara NTT) - Kepala Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Belu Provinsi Nusa Tenggara Timur Margareta Sin mengatakan produksi budidaya perikanan air tawar di daerah itu masih didominasi ikan bandeng.

"Hampir semua usaha budidaya perikanan air tawar didominasi ikan bandeng itu pun masih dilakukan dalam skala kecil atau rumah tangga," katanya saat dihubungi Antara dari Kupang, Rabu.

DKP mencatat, produksi budidaya perikanan air tawar yang diusahakan masyarakat di daerah yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste itu melalui tambak dan kolam pada 2016 lalu mecapai 167,95 ton.

Jumlah produksi terbanyak merupakan ikan bandeng sebanyak 134,15 ton, sementara sisanya berupa ikan mas, tawes, nila, dan lele.

Margareta mengakui, sektor budidaya perikanan air tawar di daerah itu masih belum menonjol karena jumlah rumah tangga yang mengusahakannya masih terbatas dan masih dilakukan dalam skala kecil.

Tercatat pula, jumlah rumah tangga pembudidaya ikan air tawar di Kabupaten Belu merupakan yang paling kecil dibanding kabupaten/kota lain se-NTT atau hanya 63 rumah tangga pembudidaya.

"Hasilnya pun masih untuk konsumsi dalam rumah tangga, ada juga yang menjualnnya lewat usaha-usaha seperti warung makan," katanya.

Ia mengatakan, produksi ikan air tawar belum dilakukan dalam skala besar atau melalui perusahaan sehingga belum bisa disalurkan ke daerah lain ataupun diekspor ke negara tetangga.

Pemenuhan kebutuhan perikanan di daerah itu, lanjutnya, masih mengandalkan perikanan tangkap dari laut yang hasil mentahnya dipasarkan di Kota Atambua, ibu kota Kabupaten Belu maupun dikirim ke Timor Leste.

Hasil perikanan tangkap juga diolah dalam bentuk abon ikan melalui para kelompok tani juga membuat dendeng tuna, bandeng presto dan juga daging asap (SO) berbahan dasar ikan.

Sebelumnya, kata dia, produksi perikanan baik budidaya air tawar maupun tangkap jauh lebih banyak karena mencakup hingga wilayah Malaka sebelum dimekarkan jadi kabupaten sendiri.

Jumlah produksi perikanan budidaya tambak di Malaka sendiri justru berkembang jauh lebih pesat dibanding daerah lain se-NTT dengan hasil yang tercatat pada 2016 mencapai lebih dari 2.600 ton.

Lebih lanjut, Margareta mengatakan, minat masyarakat untuk usaha budidaya perikanan air tawar masih perlu terus didorong, selain itu pula perlu didukung infrastruktur yang lebih baik.

"Kami masih butuh dukungan aksesibilitas barang baik pakan dan benih, dan pasokan air yang memadai apalagi dalam kondisi cuaca yang terik," katanya.