Kupang (ANTARA) - Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Abed Frans mengatakan banyak wisatawan mancanegara (wisman) yang berwisata ke daerah itu merupakan wisatawan yang pelit belanja wisata.

"Banyak wisman yang pelit ketika berwisata ke NTT, mereka tidak mau menggunakan jasa operator tur, jasa pemandu, tidak menyewa kendaraan," kata Abed Frans dihubungi di Kupang, Senin (2/12).

Dia mengatakan hal itu berkaitan dengan pernyataan Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat bebeberapa waktu lalu yang melarang wisatawan tak berduit berwisata ke daerah itu.

Viktor Laiskodat mengatakan bahwa wisatawan yang tak berduit atau bukan termasuk golongan orang kaya dilarang berwisata di NTT, karena kawasan wisata di NTT dirancang menjadi destinasi wisata kelas premium.

"Oleh karena itu wisatawan yang miskin jangan datang berwisata ke NTT, karena memang sudah dirancang untuk wisatawan yang berduit," katanya.

Baca juga: Kata Gubernur Laiskodat, wisatawan miskin dilarang masuk NTT
Baca juga: Media asing tak sarankan wisman ke Komodo, ASITA NTT: tak perlu khawatir

Menurut Abed Frans, wisatawan miskin yang dimaksud orang nomor satu di NTT itu tentunya diarahkan kepada wisatawan mancanegara yang pelit dari sisi belanja wisata.

"Jadi soal wisatawan miskin ini tidak bisa kita artikan secara bulat begitu saja, tetapi diarahkan pada wisman yang pelit saat berwisata ke daerah ini," katanya.

Wisatawan yang pelit, lanjut dia, tidak mengeluarkan belanja wisata yang banyak sehingga tidak memberikan kontribusi besar bagi pendapatan berbagai sektor usaha di daerah wisata.

"Karena mereka tidak menyewa kendaraan, tidak pakai jasa operator tur, pemandu wisata dan lainnya," kata pemilik operator tur PT Flobamor Tours itu.

Dia menambahkan tipikal wisatawan seperti ini banyak ditemukan di lapangan saat berwisata ke NTT.

Baca juga: Pemda NTT harus tanggapi wisata Pulau Komodo masuk No List
Baca juga: Wisman masih dominan kunjungi Labuhan Bajo

Pewarta : Aloysius Lewokeda
Editor : Laurensius Molan
Copyright © ANTARA 2024