Kupang (Antara NTT) - Dinas Komunikasi dan Informatika Nusa Tenggara Timur melakukan survei "blank spot" dan "low signal" di lintasan Pulau Flores yang dilalui para peserta Tour de Flores dan di Pulau Timor yang dilalui peserta Tour de Timor 2017.
"Survei tersebut bertujuan mendeteksi daerah gangguan 'blank spot' dan 'low signal' di sepanjang lintasan yang dilalui peserta Tour de Flores dan Tour de Timor dalam tahun ini," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Nusa Tenggara Timur Stefanus Ratoe Oedjoe kepada Antara di Kupang, Senin.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan dukungan Kominfo, terutama yang berkaitan dengan masalah komunikasi dalam kegiatan Tour de Flores (TdF) dan Tour de Timor (TdT) yang sudah menjadi agenda rutin Pariwisata NTT.
"Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi NTT memberikan dukungan penuh sesuai tugas pokok dan fungsinya. Salah satu bentuk dukungan adalah melakukan survei daerah blank spot (tanpa sinyal) dan low signal (sinyal rendah) di daerah jalur lintasan TdF dan TdT serta lokasi wisata," katanya.
Menurut dia, saat itu, tim teknis sedang melakukan survei di lintasan TdF mulai dari Flotim, Sikka, Ende, Nagekeo, Matim, Manggarai dan Mabar sesuai lintasan TdF yang ditetapkan Dinas Pariwisata NTT.
Selanjutnya tim akan melakukan survei blank spot dan low signal di lintasan TdT di daratan Pulau Timor, mulai dari Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten TTU, dan Kabupaten Belu.
"Tidak hanya di lintasan TdF dan TdT, tim teknis juga melakukan survei di daerah pariwisata di sekitar lintasan jalur tersebut," kata Stefanus menjelaskan.
Dia mengatakan, hasil survei tersebut akan dikirim ke Kementerian Kominfo RI melalui unit BP3TI (Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika), untuk dikaji dan ditindaklanjuti.
Dia berharap, hasil survei blank spot dan low signal bisa digunakan untuk membangun BTS di sepanjang jalan yang dilintasi peserta TDF maupun TDT.
"Di sepanjang area lintasan TdF maupun TdT serta obyek wisata, harus bisa dibangun BTS sehingga terwujudlah broad band," katanya.
Dengan terwujudnya broad band, masyarakat dan terutama para peserta TdF dan TdT dapat melaporkan atau berkomunikasi dengan negaranya.
"Jadi semacam tol komunikasi dan informasi bagi peserta Tour de Flores dan Tour de Timor," demikian Stefanus Ratoe Oedjoe.
"Tour de Flores dan Tour de Timor sudah menjadi agenda tahunan, sehingga fasilitas komunikasi harus dibenahi," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsn NTT Marius Ardu Jelamu dalam keterangan terpisah mengatakan, olahraga balap sepeda Tour de Flores yang rencananya digelar 25 Juli 2017 dipercepat tanggal 14 Juli sampai 19 Juli 2017 karena berbagai pertimbangan.
Sesuai dengan hasil kajian terakhir, ada penambahan rute menjadi enam etape. Launching party tetap di Lewoleba, Kabupaten Lembata dan start dimulai dari Laratuka, Flores Timur dan berakhir di Labuan Bajo, Manggarai Barat.
Jarak tempuh juga mengalami perubahan. Sebelumnya 661,5 km berubah menjadi 808 km karena balapan kali ini akan masuk ke ibu kota Kabupaten Nagekeo.
Pada Tour de Flores tahun 2016 diikuti 20 tim dari 16 negara. Pelaksanaannya berlangsung pada bulan Mei dengan titik start dari Larantuka dan berakhir di Labuan Bajo dengan jarak tempuh sejauh 661,5 km.
"Survei tersebut bertujuan mendeteksi daerah gangguan 'blank spot' dan 'low signal' di sepanjang lintasan yang dilalui peserta Tour de Flores dan Tour de Timor dalam tahun ini," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Nusa Tenggara Timur Stefanus Ratoe Oedjoe kepada Antara di Kupang, Senin.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan dukungan Kominfo, terutama yang berkaitan dengan masalah komunikasi dalam kegiatan Tour de Flores (TdF) dan Tour de Timor (TdT) yang sudah menjadi agenda rutin Pariwisata NTT.
"Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Provinsi NTT memberikan dukungan penuh sesuai tugas pokok dan fungsinya. Salah satu bentuk dukungan adalah melakukan survei daerah blank spot (tanpa sinyal) dan low signal (sinyal rendah) di daerah jalur lintasan TdF dan TdT serta lokasi wisata," katanya.
Menurut dia, saat itu, tim teknis sedang melakukan survei di lintasan TdF mulai dari Flotim, Sikka, Ende, Nagekeo, Matim, Manggarai dan Mabar sesuai lintasan TdF yang ditetapkan Dinas Pariwisata NTT.
Selanjutnya tim akan melakukan survei blank spot dan low signal di lintasan TdT di daratan Pulau Timor, mulai dari Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten TTU, dan Kabupaten Belu.
"Tidak hanya di lintasan TdF dan TdT, tim teknis juga melakukan survei di daerah pariwisata di sekitar lintasan jalur tersebut," kata Stefanus menjelaskan.
Dia mengatakan, hasil survei tersebut akan dikirim ke Kementerian Kominfo RI melalui unit BP3TI (Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika), untuk dikaji dan ditindaklanjuti.
Dia berharap, hasil survei blank spot dan low signal bisa digunakan untuk membangun BTS di sepanjang jalan yang dilintasi peserta TDF maupun TDT.
"Di sepanjang area lintasan TdF maupun TdT serta obyek wisata, harus bisa dibangun BTS sehingga terwujudlah broad band," katanya.
Dengan terwujudnya broad band, masyarakat dan terutama para peserta TdF dan TdT dapat melaporkan atau berkomunikasi dengan negaranya.
"Jadi semacam tol komunikasi dan informasi bagi peserta Tour de Flores dan Tour de Timor," demikian Stefanus Ratoe Oedjoe.
Media Center
Dia juga mengusulkan agar perlu dibangun media center pada setiap etape yang disinggahi peserta Tour de Flores maupun Tour de Timor agar bisa digunakan kru media.
"Artinya, di sepanjang jalan tidak hanya dibangun BTS tapi juga membangun media center di lokasi star dan finish untuk setiap etape," katanya.
Menurut dia, pihaknya juga sudah membangun komunikasi dengan pemerintah kabupaten yang akan disinggahi peserta tour, dengan harapan bisa menyediakan fasilitas media center untuk mendukung kerja media yang akan meliput kegiatan tersebut.
"Artinya, di sepanjang jalan tidak hanya dibangun BTS tapi juga membangun media center di lokasi star dan finish untuk setiap etape," katanya.
Menurut dia, pihaknya juga sudah membangun komunikasi dengan pemerintah kabupaten yang akan disinggahi peserta tour, dengan harapan bisa menyediakan fasilitas media center untuk mendukung kerja media yang akan meliput kegiatan tersebut.
"Tour de Flores dan Tour de Timor sudah menjadi agenda tahunan, sehingga fasilitas komunikasi harus dibenahi," katanya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsn NTT Marius Ardu Jelamu dalam keterangan terpisah mengatakan, olahraga balap sepeda Tour de Flores yang rencananya digelar 25 Juli 2017 dipercepat tanggal 14 Juli sampai 19 Juli 2017 karena berbagai pertimbangan.
Sesuai dengan hasil kajian terakhir, ada penambahan rute menjadi enam etape. Launching party tetap di Lewoleba, Kabupaten Lembata dan start dimulai dari Laratuka, Flores Timur dan berakhir di Labuan Bajo, Manggarai Barat.
Jarak tempuh juga mengalami perubahan. Sebelumnya 661,5 km berubah menjadi 808 km karena balapan kali ini akan masuk ke ibu kota Kabupaten Nagekeo.
Pada Tour de Flores tahun 2016 diikuti 20 tim dari 16 negara. Pelaksanaannya berlangsung pada bulan Mei dengan titik start dari Larantuka dan berakhir di Labuan Bajo dengan jarak tempuh sejauh 661,5 km.