Kupang (ANTARA) - Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Mikhael Raja Muda Bataona, mengatakan Partai Golongan Karya (Golkar) bisa mengalami kesulitan dalam membangun koalisi untuk mendukung pasangan calon yang diusung partai itu dalam Pilkada serentak 2020 di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Persoalan yang bakal ditemui Golkar adalah menyangkut persetujuan partai politik koalisi. Saya kira akan sulit, karena semua partai punya hitung-hitungan strategis maupun pragmatis," kata Mikhael Raja Muda Bataona kepada ANTARA di Kupang, Selasa (10/3).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan keputusan Partai Golkar untuk menetapkan lebih awal bakal calon bupati dan wakil bupati di empat kabupaten di NTT, dan peluang bergabungnya partai politik lain untuk bersama mengusung calon.
Baca juga: Golkar tetapkan bakal calon kepala daerah empat kabupaten di NTT
Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira itu mengatakan, keputusan itu jika dianalisis, terbaca bahwa Partai Golkar sedang memainkan perang psikologis.
Artinya, dengan lebih dahulu menetapkan bakal calon di empat kabupaten tersebut, sebenarnya Golkar mau menggoyahkan psikologi partai lain agar mau bergabung mengusung bakal calon tersebut.
"Selain hitungan peluang menang yang lebih besar, Golkar merasa bahwa dengan mengajukan bakal calon mendahului survey, karena mereka mau meredam kebingungan mesin partai di level kabupaten untuk bekerja, termasuk mengganggu psikologis partai politik lain," katanya.
Baca juga: Hadapi Pilkada serentak di NTT, Golkar target menang enam kabupaten
Menurut dia, Golkar merupakan partai besar. Banyak pengalaman sehingga sudah paham bahwa selain menang atau kalah, konsolidasi mesin partai di kabupaten juga penting.
"Dengan memastikan paket mendahului survei, waktu kerja para calon akan lebih lama, sekaligus menguatkan kohesi atau ikatan para kader dan militansi mereka dalam hajatan pilkada," katanya.
Petaka politik
Namun, partai berlambang pohon beringin itu, bisa mengalami kesulitan dalam membangun koalisi, karena semua partai mempunyai kalkulasi-kalkulasi strategis maupun pragmatis.
Masalah berikutnya yang harus dihitung Golkar adalah, jika mereka memaksakan calon mereka, dan tidak disetujui partai koalisi maka bisa saja mereka mengalami petaka politik.
Dalam permainan kartu, kasus seperti ini biasa disebut 'Joker mati di tangan', kata Raja Muda Bataona.
Karena itu, Golkar dan para calon harus bekerja keras agar mereka bisa memastikan dukungan partai lain, kata Bataona yang juga pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik pada Fisip Unwira Kupang itu.
Baca juga: Golkar tidak terpaku pada kader murni
"Persoalan yang bakal ditemui Golkar adalah menyangkut persetujuan partai politik koalisi. Saya kira akan sulit, karena semua partai punya hitung-hitungan strategis maupun pragmatis," kata Mikhael Raja Muda Bataona kepada ANTARA di Kupang, Selasa (10/3).
Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan keputusan Partai Golkar untuk menetapkan lebih awal bakal calon bupati dan wakil bupati di empat kabupaten di NTT, dan peluang bergabungnya partai politik lain untuk bersama mengusung calon.
Baca juga: Golkar tetapkan bakal calon kepala daerah empat kabupaten di NTT
Pengajar Ilmu Komunikasi Politik dan Teori Kritis pada Fakultas Ilmu Sosial Politik Unwira itu mengatakan, keputusan itu jika dianalisis, terbaca bahwa Partai Golkar sedang memainkan perang psikologis.
Artinya, dengan lebih dahulu menetapkan bakal calon di empat kabupaten tersebut, sebenarnya Golkar mau menggoyahkan psikologi partai lain agar mau bergabung mengusung bakal calon tersebut.
"Selain hitungan peluang menang yang lebih besar, Golkar merasa bahwa dengan mengajukan bakal calon mendahului survey, karena mereka mau meredam kebingungan mesin partai di level kabupaten untuk bekerja, termasuk mengganggu psikologis partai politik lain," katanya.
Baca juga: Hadapi Pilkada serentak di NTT, Golkar target menang enam kabupaten
Menurut dia, Golkar merupakan partai besar. Banyak pengalaman sehingga sudah paham bahwa selain menang atau kalah, konsolidasi mesin partai di kabupaten juga penting.
"Dengan memastikan paket mendahului survei, waktu kerja para calon akan lebih lama, sekaligus menguatkan kohesi atau ikatan para kader dan militansi mereka dalam hajatan pilkada," katanya.
Petaka politik
Namun, partai berlambang pohon beringin itu, bisa mengalami kesulitan dalam membangun koalisi, karena semua partai mempunyai kalkulasi-kalkulasi strategis maupun pragmatis.
Masalah berikutnya yang harus dihitung Golkar adalah, jika mereka memaksakan calon mereka, dan tidak disetujui partai koalisi maka bisa saja mereka mengalami petaka politik.
Dalam permainan kartu, kasus seperti ini biasa disebut 'Joker mati di tangan', kata Raja Muda Bataona.
Karena itu, Golkar dan para calon harus bekerja keras agar mereka bisa memastikan dukungan partai lain, kata Bataona yang juga pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik pada Fisip Unwira Kupang itu.
Baca juga: Golkar tidak terpaku pada kader murni