Kupang (Antara NTT) - Komandan Korem 161/Wirasakti Kupang, Brigjen TNI Teguh Muji Angkasa menilai keberadaan organisasi Hizbut Tharir Indonesia (HTI) atau organisasi paham radikal lainnya di NTT belum terlalu mengancam.
"Kalau untuk HTI di NTT belum ada aktivitasnya. Sehingga tidak mengancam keberagaman di NTT ini," katanya di Kupang, Sabtu.
Hal ini disampaikannya menyusul adanya berbagai penolakan kebaradaan HTI di NTT yang diduga kedepannya akan menggangu kehidupan toleransi umat beragama di provinsi NTT.
GP Ansor sendiri secara terang-terangan telah menyatakan bahwa pihaknya menolak keberadaan organisasi tersebut sebab keberadaan HTI ingin menganti ideologi Pancasila dengan ideologi Khalifah yang artinya menjadi negara agama.
Teguh menyatakan bahwa hingga kini keamanan di NTT masih terus terjaga dengan sangat baik, oleh karena itu HTI di NTT sendiri dinilai belum merupakan sebuah ancaman.
"Tetapi kita akan terus waspada dan saya minta masyarakat untuk bersama-sama mewaspadai jika ada faham-faham radikalisme yang menggangu toleransi umat beragama di NTT ini," tuturnya.
Sementara itu Waka Polda NTT Kombes Pol Sumartono ditemui di Kupang mengatakan, bahwa sejauh ini kebaradaan kelompok radikal di NTT memang ada.
"Namun hal tersebut tidak terlalu merupakan sebuah ancaman bagi keberagaman di NTT ini," ujarnya.
Menurutnya walaupun ada, keberadaan meraka harus dibendung. Pihak kepolisian NTT sendiri sudah bertekad untuk tidak berleha-leha dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkaitan dengan munculnya paham radikalisme.
"Oleh karena itu dukungan dari semua eleman masyarakat kita berharap kalau ada hal-hal berkaitan dengan paham radikalisme sampaikan kepada kami dan kami akan bergerak dengan mempertahankan keamanan di Indonesia khususnya di NTT ini," tambahnya.
"Kalau untuk HTI di NTT belum ada aktivitasnya. Sehingga tidak mengancam keberagaman di NTT ini," katanya di Kupang, Sabtu.
Hal ini disampaikannya menyusul adanya berbagai penolakan kebaradaan HTI di NTT yang diduga kedepannya akan menggangu kehidupan toleransi umat beragama di provinsi NTT.
GP Ansor sendiri secara terang-terangan telah menyatakan bahwa pihaknya menolak keberadaan organisasi tersebut sebab keberadaan HTI ingin menganti ideologi Pancasila dengan ideologi Khalifah yang artinya menjadi negara agama.
Teguh menyatakan bahwa hingga kini keamanan di NTT masih terus terjaga dengan sangat baik, oleh karena itu HTI di NTT sendiri dinilai belum merupakan sebuah ancaman.
"Tetapi kita akan terus waspada dan saya minta masyarakat untuk bersama-sama mewaspadai jika ada faham-faham radikalisme yang menggangu toleransi umat beragama di NTT ini," tuturnya.
Sementara itu Waka Polda NTT Kombes Pol Sumartono ditemui di Kupang mengatakan, bahwa sejauh ini kebaradaan kelompok radikal di NTT memang ada.
"Namun hal tersebut tidak terlalu merupakan sebuah ancaman bagi keberagaman di NTT ini," ujarnya.
Menurutnya walaupun ada, keberadaan meraka harus dibendung. Pihak kepolisian NTT sendiri sudah bertekad untuk tidak berleha-leha dalam menjaga keamanan dan ketertiban berkaitan dengan munculnya paham radikalisme.
"Oleh karena itu dukungan dari semua eleman masyarakat kita berharap kalau ada hal-hal berkaitan dengan paham radikalisme sampaikan kepada kami dan kami akan bergerak dengan mempertahankan keamanan di Indonesia khususnya di NTT ini," tambahnya.