Kupang (Antara NTT) - Ribuan massa civitas akademika yang terdiri dari mahasiswa dan pimpinan Perguruan Tinggi negeri maupun swasta se-Provinsi Nusa Tenggara Timur, di Kupang, Kamis, menggelar aksi damai sebagai bentuk komitmen mengawal Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Dalam pantauan, aksi damai yang dimulai sekitar pukul 08.00 pagi di Taman Nolstagia, Jl Frans Seda, Kota Kupang itu, diisi dengan pendeklarasian dan penandatangan komitmen akademisi melalui pimpinan puluhan perguruan tinggi negeri dan swasta di provinsi kepulauan itu untuk mempertahankan Pancasila dan menjaga keutuhan NKRI.
Hadir pula perwakilan aparat keamanan TNI-Polri, serta tokoh lintas agama (Katolik, Islam, dan Kristen Protestan) setempat yang masing-masing turut membawakan doa bersama, mendoakan agar kemajemukan NKRI tetap utuh dan segera keluar dari berbagai macam hambatan dan tantangan.
Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Prof Ir Fredrik L Benu MSi PhD, dalam pernyataan sikap mewakili Komunitas Perguruan Tinggi se-NTT mengatakan, semboyan Bhineka Tunggal Ika bangsa Indonesia saat ini sedang diuji dengan berbagai persoalan.
"Eksistensi NKRI kini digugat sekelompok kecil elemen bangsa karena kepentingan sesaat yang pragmatis dan egoisme sesat," katanya.
Ia mengatakan, bangsa dan negara Indonesia telah dibangun dan dimerdekakan para pendahulu bangsa dengan mengorbankan nyawa, darah, dan air mata.
Untuk itu, menurutnya, keutuhan bangsa tidak boleh dikorbankan dengan kepentingan pragmatis segelintir orang yang berpaham radikal yang hanya berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa, katanya.
"Sikap dan perilaku intoleransi dan keinginan mengganti Pancasila dan UUD 1945 merupakan perilaku dan hasrat yang tidak boleh diberi ruang sekecil apapun untuk diaktualisasikan," katanya.
Ia mengatakan, menyadari potensi dan ancaman dis-integrasi itu maka seluruh insan civitas akademika, dari Perguruan Tinggi Negeri-Swasta, Sekolah Tinggi, Akademi, dan lainnya yang tergabung dalam Komunitas Perguruan Tinggi NTT itu menyatakan kesiapan sebagai pilar terdepan dalam mengawal tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila.
"Kita semua civitas akademika di sini tetap akan berkomitmen mempertahankan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika," katanya.
Selain itu, Komunitas Perguruan Tinggi NTT juga secara tegas menolak intoleransi dan radikalisme berkembang di semua kampus perguruan tinggi negeri dan swasta di daerah itu.
Untuk itu, pihaknya mengajak seluruh elemen anak bangsa agar mengambil peran masing-masing secara beradab dan berkelanjutan mengawal wawasan kebangsaan dengan senantiasa setia pada empat pilar kebangsaan.
Aksi damai itu diakhiri dengan teater menjaga Pancasila yang dipentaskan mahasiswa Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, disusul penandatangan komitmen mengawal Pancasila bersama ribuan civitas akademika setempat.
Dalam pantauan, aksi damai yang dimulai sekitar pukul 08.00 pagi di Taman Nolstagia, Jl Frans Seda, Kota Kupang itu, diisi dengan pendeklarasian dan penandatangan komitmen akademisi melalui pimpinan puluhan perguruan tinggi negeri dan swasta di provinsi kepulauan itu untuk mempertahankan Pancasila dan menjaga keutuhan NKRI.
Hadir pula perwakilan aparat keamanan TNI-Polri, serta tokoh lintas agama (Katolik, Islam, dan Kristen Protestan) setempat yang masing-masing turut membawakan doa bersama, mendoakan agar kemajemukan NKRI tetap utuh dan segera keluar dari berbagai macam hambatan dan tantangan.
Rektor Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Prof Ir Fredrik L Benu MSi PhD, dalam pernyataan sikap mewakili Komunitas Perguruan Tinggi se-NTT mengatakan, semboyan Bhineka Tunggal Ika bangsa Indonesia saat ini sedang diuji dengan berbagai persoalan.
"Eksistensi NKRI kini digugat sekelompok kecil elemen bangsa karena kepentingan sesaat yang pragmatis dan egoisme sesat," katanya.
Ia mengatakan, bangsa dan negara Indonesia telah dibangun dan dimerdekakan para pendahulu bangsa dengan mengorbankan nyawa, darah, dan air mata.
Untuk itu, menurutnya, keutuhan bangsa tidak boleh dikorbankan dengan kepentingan pragmatis segelintir orang yang berpaham radikal yang hanya berpotensi menimbulkan perpecahan bangsa, katanya.
"Sikap dan perilaku intoleransi dan keinginan mengganti Pancasila dan UUD 1945 merupakan perilaku dan hasrat yang tidak boleh diberi ruang sekecil apapun untuk diaktualisasikan," katanya.
Ia mengatakan, menyadari potensi dan ancaman dis-integrasi itu maka seluruh insan civitas akademika, dari Perguruan Tinggi Negeri-Swasta, Sekolah Tinggi, Akademi, dan lainnya yang tergabung dalam Komunitas Perguruan Tinggi NTT itu menyatakan kesiapan sebagai pilar terdepan dalam mengawal tegaknya NKRI berdasarkan Pancasila.
"Kita semua civitas akademika di sini tetap akan berkomitmen mempertahankan empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika," katanya.
Selain itu, Komunitas Perguruan Tinggi NTT juga secara tegas menolak intoleransi dan radikalisme berkembang di semua kampus perguruan tinggi negeri dan swasta di daerah itu.
Untuk itu, pihaknya mengajak seluruh elemen anak bangsa agar mengambil peran masing-masing secara beradab dan berkelanjutan mengawal wawasan kebangsaan dengan senantiasa setia pada empat pilar kebangsaan.
Aksi damai itu diakhiri dengan teater menjaga Pancasila yang dipentaskan mahasiswa Universitas Widya Mandira (Unwira) Kupang, disusul penandatangan komitmen mengawal Pancasila bersama ribuan civitas akademika setempat.