Kupang (ANTARA) - Ketua DPD Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur (NTT) Abed Frans, mengharapkan agar kebijakan pemerintah dalam mengatasi dampak COVID-19 tidak mengabaikan industri pariwisata dan penerbangan.

"Enam paket kebijakan pemerintah untuk membantu mereka yang terkena dampak COVID-19 sangat baik tetapi tidak boleh mengabaikan industri pariwisata dan juga airlines," kata Abed Frans kepada ANTARA di Kupang, Rabu (1/4).

Abed mengemukakan industri pariwisata dan penerbangan merupakan usaha yang paling menderita akibat serangan wabah virus Corona (COVID-19) saat ini.

Hal itu sudah terlihat dengan tidak lakunya paket perjalanan wisata karena para turis mulai mengurangi perjalanan ke destinasi wisata.

Kondisi ini yang menyebabkan banyak hotel yang sudah mulai merumahkan karyawannya, bahkan tidak sedikit juga yang untuk sementara meniadakan pelayanan.

Baca juga: Stakeholder diminta permudah "refund" akibat pembatalan wisata

Salah satu sektor usaha yang terdampak oleh COVID-19 adalah perusahaan perjalanan wisata.

"Sekarang ini pada umumnya travel agen dan tour operator praktis tidak bisa bekerja, dan dampaknya adalah merumahkan karyawan," katanya.

Untuk itu, kebijakan dari pemerintah untuk membantu meringankan usaha-usaha ini sangat dinantikan, terutama bagi para pekerja dan keluarga pada sektor pariwisata, katanya.

Baca juga: Paket wisata dibatalkan, Ratusan pramuwisata di Labuan Bajo menganggur

Pewarta : Bernadus Tokan
Editor : Kornelis Aloysius Ileama Kaha
Copyright © ANTARA 2024