Kupang (Antara NTT) - Pengamat Pertanian Agribisnis Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang Ir Leta Rafael Levis, M.Rur.Mnt, mengapresiasi Malaysia mengimpor jagung Indonesia di tengah adanya pergeseran peranan sektor pertanian tidak lagi dominan jika dibandingkan dengan sektor jasa.
"Pergeseran ini tidak berarti produksi jagung di Indonesia kurang, tetapi hanya terjadi loncatan kecil pada jumlah usaha non pertanian yang pada 2016 sebanyak 436,421 ribu unit atau meningkat sebesar 51,99 persen jika dibandingkan dengan hasil 2006 sebanyak 287,1 ribu unit usaha," katanya di Kupang, Rabu.
Ketua Penyuluh Pertanian Provinsi NTT itu mengatakan hal itu menanggapi Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan Malaysia mulai mengimpor jagung dari Indonesia sebanyak 3 juta ton.
"Saya bertemu dengan Menteri Pertanian dari Malaysia, saya tawari jagung kualitas dari Indonesia. Akhirnya Indonesia ekspor jagung ke Malaysia sebanyak 3 juta ton," kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian , Jakarta, Selasa.
Amran menegaskan hingga saat ini Indonesia tidak impor jagung sama sekali, biasanya pada tengah tahun sudah banyak permintaan untuk melakukan impor jagung.
Secara nasional kata Leta Levis luas tanam jagung di NTT per Desember 2016, mencapai 180.824 ha, terbesar di antara provinsi lainnya.
Karena itu menurut dia apabila dibandingkan dengan Nusa Tenggara Barat luas tanam jagung di NTT masih cukup luas yaitu sebesar 43.940 hektar.
"Kalau jika dibandingan dengan NTB luas lahannya hanya mencapai 28.679 hektar. Artinya luas lahan tanam jangung di NTT sangat besar," katanya.
Sementara kata dia total produksi jagung pada tahun 2015 sebanyak 685.081 ton atau naik sekitar lima persen dari tahun 2014 berjumlah 647.108 ton.
"Di Nusa Tenggara Timur ada dua sentra produksi yaitu sentra produksi padi di wilayah pulau Flores Barat dan Tengah dan sentra produksi jagung di pulau Timor dan Sumba," katanya.
Ia menyebut sentra produksi padi terdapat di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo dan sebagian kecil terdapat di Rote Ndao, Kupang, Sumba Timur dan Sumba Barat Daya.
Produktivitas hasil padi sawah rata-rata diperkirakan sebanyak 3,6 ton/ha lebih dan padi ladang sekitar 2,1 ton/ha lebih.
Sedangkan sentra produksi jagung terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Belu, Timor Tengah Utara, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur dengan produktivitas per hektar rata-rata sebanyak 2,5 ton/ha.
Dia menyebut produksi pangan terutama pangan jagung di daerah ini meningkat dari sekitar 524 ribu ton pada musim panen.
Sehingga wajar saja apabila produksi jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meningkat. "Pada tahun 2016, NTT berhasil menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan produksi jagung tertinggi di Indonesia," katanya.
"Produksi jagung di 2016, ternyata NTT menempati urutan pertama tertinggi dari provinsi- provinsi lain," katanya.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur terus berupaya mewujudkan salah satu dari enam tekad pembangunan yaitu menjadikan daerah itu sebagai provinsi jagung. Saat ini, pemerintah sedang membangun upaya khusus (Upsus) untuk penanaman jagung.
"Bersyukur karena kita mendapatkan dukungan yang cukup besar dari pemerintah pusat untuk mendorong pembangunan atau pengembangan jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur," kata Leta Levis.
"Pergeseran ini tidak berarti produksi jagung di Indonesia kurang, tetapi hanya terjadi loncatan kecil pada jumlah usaha non pertanian yang pada 2016 sebanyak 436,421 ribu unit atau meningkat sebesar 51,99 persen jika dibandingkan dengan hasil 2006 sebanyak 287,1 ribu unit usaha," katanya di Kupang, Rabu.
Ketua Penyuluh Pertanian Provinsi NTT itu mengatakan hal itu menanggapi Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman mengatakan Malaysia mulai mengimpor jagung dari Indonesia sebanyak 3 juta ton.
"Saya bertemu dengan Menteri Pertanian dari Malaysia, saya tawari jagung kualitas dari Indonesia. Akhirnya Indonesia ekspor jagung ke Malaysia sebanyak 3 juta ton," kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian , Jakarta, Selasa.
Amran menegaskan hingga saat ini Indonesia tidak impor jagung sama sekali, biasanya pada tengah tahun sudah banyak permintaan untuk melakukan impor jagung.
Secara nasional kata Leta Levis luas tanam jagung di NTT per Desember 2016, mencapai 180.824 ha, terbesar di antara provinsi lainnya.
Karena itu menurut dia apabila dibandingkan dengan Nusa Tenggara Barat luas tanam jagung di NTT masih cukup luas yaitu sebesar 43.940 hektar.
"Kalau jika dibandingan dengan NTB luas lahannya hanya mencapai 28.679 hektar. Artinya luas lahan tanam jangung di NTT sangat besar," katanya.
Sementara kata dia total produksi jagung pada tahun 2015 sebanyak 685.081 ton atau naik sekitar lima persen dari tahun 2014 berjumlah 647.108 ton.
"Di Nusa Tenggara Timur ada dua sentra produksi yaitu sentra produksi padi di wilayah pulau Flores Barat dan Tengah dan sentra produksi jagung di pulau Timor dan Sumba," katanya.
Ia menyebut sentra produksi padi terdapat di Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur, Ngada, Nagekeo dan sebagian kecil terdapat di Rote Ndao, Kupang, Sumba Timur dan Sumba Barat Daya.
Produktivitas hasil padi sawah rata-rata diperkirakan sebanyak 3,6 ton/ha lebih dan padi ladang sekitar 2,1 ton/ha lebih.
Sedangkan sentra produksi jagung terdapat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Belu, Timor Tengah Utara, Sumba Barat Daya dan Sumba Timur dengan produktivitas per hektar rata-rata sebanyak 2,5 ton/ha.
Dia menyebut produksi pangan terutama pangan jagung di daerah ini meningkat dari sekitar 524 ribu ton pada musim panen.
Sehingga wajar saja apabila produksi jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus meningkat. "Pada tahun 2016, NTT berhasil menempati urutan pertama sebagai provinsi dengan produksi jagung tertinggi di Indonesia," katanya.
"Produksi jagung di 2016, ternyata NTT menempati urutan pertama tertinggi dari provinsi- provinsi lain," katanya.
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur terus berupaya mewujudkan salah satu dari enam tekad pembangunan yaitu menjadikan daerah itu sebagai provinsi jagung. Saat ini, pemerintah sedang membangun upaya khusus (Upsus) untuk penanaman jagung.
"Bersyukur karena kita mendapatkan dukungan yang cukup besar dari pemerintah pusat untuk mendorong pembangunan atau pengembangan jagung di Provinsi Nusa Tenggara Timur," kata Leta Levis.